9. Accidental

1.4K 164 22
                                    

Kelas empat sekolah dasar. Kini, Boruto dan Sarada hanya memiliki sisa kurang lebih tiga tahun sampai lulus sekolah dasar. Tak terasa, semua berjalan seperti biasa; menyenangkan, menyebalkan, membosankan, dan yang paling Sarada suka ialah sejauh ini, tidak ada Tsubaki di sekolahnya itu.

Inojin dan Shikadai pindah kelas saat kenaikan kelas tiga. Mereka berenam satu kelas sejak tingkat itu. Tak ada yang berubah hingga sekarang.

"Dor..."

"Ah?!?!"

Chouchou dengan gayanya yang selalu memukau, mengelus pundak Sarada seraya berkacak pinggang dengan satu tangan.

"Hei, apa yang kaupikirkan?"

"Tidak. Aku hanya bosan," kata Sarada. "Kau tidak ke kantin?"

"Aku baru saja dari sana,"

"Lalu?" Sarada menolehkan kepala ke samping. Melihat ke luar jendela kelas.

"Apa kau tidak lapar? Aku membawakanmu ini," Chouchou memberikan sebungkus roti dengan selai kacang di atasnya.

"Kau tahu, kan... Aku lebih suka cokelat daripada kacang."

"Tentu saja aku tahu. Hanya tersisa ini di kantin," kata Chouchou.

"Hanya ini di kantin? Sudah pasti, kau yang habiskan jadi hanya tinggal ini."

Chouchou tertawa cukup keras. Beberapa murid berkepribadian pendiam yang tengah melamun, menoleh ke arah mereka berdua. "Tidak Sarada. Tadi memang hanya tersisa roti selai kacang dan pistachio."

"Baiklah, terima kasih." Sarada mengambil sebungkus roti tersebut dari tangan Chouchou. Ia mengambil kursi kosong milik seorang teman yang duduk di seberangnya, menepuk kursi itu untuk tempat duduk Chouchou.

"Hei, kau tahu tidak?" Chouchou mendekatkan bibirnya ke telinga Sarada. Sarada sudah paham maksud temannya itu, gadis bertubuh gempal itu pasti akan bergosip.

"Apa?" jawab Sarada, nadanya seperti seekor kucing malas yang sulit dibangunkan dari tidur.

"Aku dengar, besok Inojin pindah rumah," kata Chouchou. Sarada mengangkat sebelah alis, skeptis.

"Lalu? Apa yang menarik dari itu? Biarkan saja."

"Dengarkan dulu!" Chouchou menarik tangan Sarada yang hendak memakan roti pemberiannya, "dia akan pindah ke Odaiba, dan yang membuatku memberitahumu tentang hal ini adalah Inojin akan pindah ke samping rumah Paman Naruto lho..."

"Ah... Benarkah?"

Chouchou mengangguk.

"Jadi, kalau kita main ke rumah Inojin, kita juga bisa sekalian mampir ke rumah Paman Naruto! Apa Boruto sudah tahu hal ini?" Sarada berucap berbinar. Rasa-rasanya, ini adalah sebuah kebetulan.

"Mungkin sudah. Ya, kau tahu, dia teman dekatnya, kan." sahut Chouchou.

"Aku yakin, Boruto pasti senang! Soalnya, akhir-akhir ini dia sering sekali mengeluh di rumah," kata Sarada, "dia berkata ingin bermain ke rumah Paman Naruto, mencicipi masakan buatan Bibi Hinata dan bermain bersama Himawari."

"Wah, kalau begitu Boruto bisa lebih sering ke sana setelah Inojin pindah."

Sarada mengangguk antusias. Sungguh, ia juga senang. Sudah beberapa bulan ini dirinya dan Boruto tidak main ke Odaiba, karena Papa dan Mamanya sibuk. Kendati demikian, ia tahu kalau Papanya sering berjumpa dengan Naruto. Ia kadang berpikir, kenapa tidak mengajak dirinya atau Boruto. Walau hanya sekadar refreshing——jalan-jalan—— dan juga hitung-hitung bisa memanjakan diri dengan tertawa lepas karena ulah seorang paman bersurai sama seperti Boruto tersebut.

Complicated Feeling ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang