59.1. Option

561 104 29
                                    

Ponsel Sarada berdering, tepat ketika Boruto menggeram kesal di tengah-tengah perjalanan.

Sarada segera mengambil ponselnya di tas dan melihat siapa yang meneleponnya. Nama Kawaki terpampang di layar, kemudian tanpa basa-basi ia menerima panggilan dengan suara pelan.

"Ya?"

Boruto menoleh, mengangkat alis skeptis lalu mendekat untuk sedikit menguping, kemudian langsung mendapat dorongan keras dari Sarada tak lupa dengan raut garangnya agar tak mendekat dan menguping seenaknya. Boruto hanya mendengus keras-keras lalu mencibir kesal.

"Kurasa kita bisa bertemu hari Sabtu," Sarada tersenyum tipis. "Ya, sampai jumpa." Setelah itu memandang layarnya sejenak sebelum memasukkannya kembali ke dalam tas.

"Kau kenapa, sih?!"

Boruto mengembuskan napas kasar. "Kenapa kau masih berhubungan dengannya? Kenapa tidak putus saja?! Aku tidak setuju. Cepat katakan padanya untuk mengakhiri hubungan kalian!"

"Apa maksudmu?" Sarada kini tepat menatap Boruto intens. "hei, kau baru mengetahui hubungan kami semalam dan tanpa angin tanpa badai sekonyong-konyong bilang dan memerintahku untuk mengakhiri hubungan. Apa masalahmu?!"

"Tentu saja masalah! Aku tidak menyukainya! Jadi kau tidak boleh bersamanya!"

"Hah?!" Sarada menatap Boruto marah, "Aku yang memiliki hubungan! Bukan kau! Lalu apa untungnya buatmu jika aku putus dengannya?!"

"Aku tidak tahu! Tapi tetap saja kau harus mengakhiri hubungan itu!"

Mereka akhirnya saling berteriak di pinggir jalan, beberapa orang yang lewat melihat dan tak peduli, namun sedikit demi sedikit kala mereka tak menyudahi acara ribut tak penting tersebut, khalayak mulai ramai dan akhirnya Sarada tersadar untuk mengalah dan pergi meninggalkan Boruto dengan serangkaian emosi yang telah memuncak.

Boruto tentu saja mengejar, namun berhenti beberapa langkah di belakang Sarada. Ia benar-benar jengkel, padahal tinggal beberapa puluh meter lagi mereka sampai di mansion, bangunan rumah besar itu bahkan sudah terlihat dan tampak sekali gerbang terbuka ketika sebuah mobil yang dibawa sang nyonya besar akan masuk ke halaman.

Sampai di dalam, Yamato menutup gerbang dan lantas mengernyit mendapati tuan dan nona rumah datang tepat saat ia mengintip keluar, dua orang itu masuk dengan wajah ditekuk. "Kalian pulang terlambat, dari mana?" tanyanya, menahan gerbang sambil menerbitkan senyum ramah.

"Bukan urusan Paman!"

Keduanya berseru kesal. Tanpa berbalik dan menyapa, mereka sama-sama masuk ke dalam mansion sementara Yamato mengusap dada, syok. Ia benar-benar terkejut dengan jawaban spontan sang majikan kecil yang kini membuatnya berpikir untuk tak lagi-lagi berbasa-basi dengan dua anak remaja tersebut. Dasar anak Sasuke! Pikir Yamato.

Di dalam, Sakura menyapa Boruto dan Sarada dan hanya dibalas sapa singkat yang terkesan dingin hingga Sakura terbatuk kaget, serta-merta berkonklusi bahwa mereka pasti baru saja bertengkar. Rasanya sudah lama sekali. Sejak Boruto tinggal di rumah keluarga kandungnya, mereka tak pernah lagi bertengkar, hanya ribut sedikit dan kembali seperti biasa. Baru ini mereka saling bersikap kecut dan kembali melakukan kebiasaan menyebalkan—dingin terhadap semua orang—sampai hubungan keduanya membaik.

Sakura hanya geleng-geleng sambil terkekeh, lalu masuk ke dapur untuk meminta Ayame menunggunya bersiap, sementara dia lakukan semuanya dulu bersama pelayan lain dan akan membantu memasak makan malam setelah bersih-bersih sejenak.

*****
{6.46 p.m}

Boruto sungguh dalam mood yang buruk. Ia kecewa dan tentu saja kesal dengan Sarada.

Complicated Feeling ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang