20. Inconsiderable

952 127 73
                                    

Angin malam berembus kencang. Bunga-bunga Sakura gugur lalu terbang dibawa hilir ke arah barat. Boruto hanya merenung sendirian di kamar. Tak ada yang dilakukan, ponselnya bahkan disita oleh Naruto karena usulan Sasuke.

Biasanya memang seperti itu. Setiap hari dirinya dan Sarada tak pernah menggunakan ponsel kecuali jika diperlukan. Namun, ia pikir setelah pindah dari mansion, ia bisa lebih sering menggunakannya untuk menghubungi teman-teman yang lain.

Kemarin, setelah bermain bersama elang cokelat milik Sasuke, ia dan Sarada tertidur bersama di kamar lamanya. Dan berakhir dirinya yang dibangunkan paksa oleh Naruto agar segera pulang ke rumah. Menyebalkan, pikirnya.

"Besok sekolah, untung saja tidak ada PR jadi aku bisa langsung tidur."

Sekarang pukul sembilan malam. Boruto sudah menetapkan alarm di jam wekernya tepat pukul enam pagi. Ia lalu menggelar futon di atas lantai kemudian berbaring di sana seraya memandangi langit-langit setelahnya sebelum benar-benar tertidur.

*****
Rikkyou Ikebukuro, Tokyo, 2 Mei 2016 {9.38 a.m}

"Hei!"

Boruto menoleh ketika bahunya ditepuk keras oleh Iwabe, ia memasang raut terkekeh yang datar.

"Kau tidak ke kantin?"

"Aku membawa bekal."

"Kau tampak berbeda. Apa yang membuatmu lebih berseri hari ini?" Iwabe mendekatinya dan berbisik tepat di telinga Boruto. "Apa seorang gadis pendiam dari kelasnya Mitsuki?"

"Ah, menjauhlah!" Boruto menepis wajah Iwabe.

"Ah, ternyata benar."

"Apanya yang benar?"

"Kau menyukainya ya?"

"Hah?" Boruto membuat tubuhnya mengarah ke samping, menatap Iwabe dengan alis terangkat, skeptis. "Menyukai siapa?"

"Jangan berpura-pura," tukas Iwabe, terkekeh.

"Aku tidak tahu apa yang kaubicarakan, tapi apa pun itu ... itu tidak benar!"

"Benarkah?"

Oh, sekarang Boruto rasanya ingin sekali mengajak Iwabe berkelahi di lapangan, mencari nama buruk untuk dirinya sendiri dan memberi masalah untuk Naruto juga Sasuke, barangkali. Ia kesal jika terus-terusan dipermainkan oleh teman yang berkonversasi soal seorang gadis yang bahkan ia tak tahu siapa yang dibicarakan.

"Jangan mengelak jika aku bilang, kau menyukai gadis berambut ungu itu." Iwabe berlalu pergi, ia cukup tahu bahwa mencari masalah dengan Boruto bukanlah suatu hal yang menyenangkan. Ia pernah melakukannya dulu di sekolah dasar.

"Apa?!" seru Boruto. "Sialan kau Iwabe! Kenapa kau membahas itu!"

Boruto menyusul Iwabe keluar, ia tak berhasil menangkap tubuh Iwabe sebab sang teman berlari ke kelas Mitsuki dan langsung menarik Mitsuki kabur ke kantin. Ia mengalah lalu berjalan di balkon. Menghela napas lalu berpikir soal gadis yang baru saja menjadi bahan konversasi tak jelas dari Iwabe.

Padahal, Boruto tidak memikirkannya sama sekali. Ia malah memikirkan Sarada. Ya, pada awalnya. Namun, sekarang ia jadi bertanya-tanya di mana gadis bersurai ungu itu. Biasanya ia sering lewat lalu memanggil dengan iming-iming basa-basi, kemudian mengajaknya pergi ke kantin bersama. Tidak selalu berdua, terkadang Mitsuki ikut nimbrung.

"Boruto-kun?"

Boruto menoleh ke samping kanan. "Ah, Sumire?"

Panjang umur! Pikir Boruto.

Complicated Feeling ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang