18. Sudden Gathering

906 141 19
                                    

Semilir angin menerpa wajah, membuat Sarada menutup mata sebab debu yang terbawa nyaris masuk lebih dalam ke kelopaknya.

Ia merenung sendirian. Tadinya, hari minggu ini ia berniat pergi bersama Boruto. Namun, ajakan Sasuke yang mengatakan bahwa dirinya harus ikut dengan papanya itu membuatnya membatalkan perjanjian itu. Jadilah, Sarada menunggu Sasuke bersiap sembari mengamati kolam ikan koi di teras belakang.

Tak lama, Sasuke datang dengan pakaian santai yang cukup sederhana namum terkesan-terlalu-rapi dengan sepatu kets hitam putih yang membuat setelannya cocok dari atas hingga ke bawah. Sarada takjub melihatnya, sejak dulu ingin sekali melihat Boruto memakai celana jins hitam panjang dengan kaos berkerah warna biru tua. Sama seperti yang dikenakan papanya saat ini.

"Ayo."

Sarada mengangguk saat ajakan tangan Sasuke membuatnya bangkit berdiri dan menerima tangan papanya itu. Ia membiarkan Sasuke membawanya masuk ke mobil.

"Papa, hari ini kita ke panti, kan?" Sarada mengusap blazer cokelat yang ia kenakan seraya tetap fokus ke depan. "Setelahnya, kita akan ke mana?"

"Terserah kau saja. Papa akan menuruti keinginanmu."

"Bagaimana kalau ke tempat Paman Naruto, mengajak Boruto lalu kita bertiga pergi makan di restoran?"

Sasuke sejenak terdiam sebelum berdeham pelan, lalu menoleh singkat pada putrinya. "Boleh saja."

Sarada tersenyum lebar, ia senang Papanya mau mengajak Boruto. Padahal ia pikir, hal ini akan sulit.

Setelahnya, selama perjalanan berlangsung, mereka tak membicarakan apa pun. Semua berjalan dengan kesunyian dalam mobil putih tersebut.

*****

Sarada bisa melihat banyak anak-anak yang sekiranya berusia tiga sampai delapan tahun, tengah berlarian ke sana-kemari. Ada yang bermain di taman dan ada juga yang hanya diam menatap langit sendirian.

Ia sedikit terenyuh ketika tatapan gadis kecil itu seolah tengah menerawang masa depan. Ia merasakan dirinya terlalu beruntung dibanding gadis itu. Sarada lalu menghela napas dan tersenyum syukur pada apa yang ia miliki. Kemudian dirinya berpikir untuk mendatangi anak itu, namun tak jadi sebab Sasuke memanggilnya untuk ikut masuk ke dalam.

"Kau sedang apa tadi?"

"Ah, tidak, Papa. Aku hanya ingin sedikit berinteraksi dengan anak-anak di sini."

Sasuke tersenyum, "Kau bisa berkenalan dengan anak-anak yang seumuran denganmu di dalam. Papa pikir, mungkin saja ada beberapa teman Boruto."

"Benarkah?"

Sasuke mengangguk. Ia lalu berjalan mendahului Sarada. Sasuke berhenti tepat di ujung sebuah ruang yang Sarada ketahui adalah sebuah ruang pengurus panti. Sasuke mengetuk pintu itu lalu membukanya setelah orang di dalam menyuruhnya untuk masuk. Sarada mengikuti dari belakang.

"Hei, Sasuke!" Seorang pria bersurai sama dengan Sasuke secara tiba-tiba langsung menghambur untuk memeluk Sasuke. Sarada tersenyum lebar ketika mengetahui bahwa itu adalah pamannya, sepupu Sasuke, Uchiha Obito.

"Apa kabarmu? Wah, ada keponakanku di sini!" Obito memekik tidak etis saat pandangannya bertemu dengan eksistensi Sarada. "Hai, Sarada-chan!"

Sarada tak bisa menyembunyikan senyumannya, "Hai juga, Paman Obito..."

"Aku baik, dan putriku juga baik."

"Syukurlah kalau begitu."

"Bagaimana denganmu? Rin di mana?" Sasuke mencari ke segala arah.

"Ah, Rin sedang mengurus ruangan anak-anak..." kata Obito, ia lalu mempersilakan Sasuke dan Sarada duduk di sofa untuk menunggu.

Sedikit konversasi terjadi antara Sasuke dengan Obito mengenai perkembangan anak-anak di panti dan juga dana yang sekiranya dibutuhkan untuk beberapa bulan ke depan. Sasuke juga membicarakan tentang anak-anak seumuran Sarada yang bersekolah di Rikkyo Ikebukuro-sekolah Boruto-dan menanyakan soal bagaimana kehidupan mereka setelah satu tahun bersekolah di sana.

Complicated Feeling ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang