Keningnya berkerut tatkala cahaya masuk melewati celah-celah ventilasi di atas jendela. Ia mengernyit sejemang sebelum membenarkan posisi dan tertidur nyaman kembali.
Jam di dinding sama sekali tak menjadi pilihan utama atensi netranya kendati jarumnya berdenting setiap sekon. Kesadaran dalam dirinya tidak penuh, menyebabkan kelopak matanya hanya berkeinginan untuk tertutup hingga siang hari. Rasanya sungguh nyaman dan nikmat.
Ia terlarut kembali pada enigma mimpi yang membawanya pergi pada lautan fantasi. Menggiringnya tuk menyelam lebih dalam pada cerita-cerita acak yang barangkali akan membuatnya merasa aneh saat terbangun nanti.
Ketika ia terlalu lama larut dalam angan-angan. Suara besar dari luar kamar menginterupsi diri, sehingga kelopak itu mengerjap cepat dengan raga yang masih lengket pada hangatnya kasur, namun hati dan jantung berdegup resah tatkala suara bak tembakan terdengar dua kali lebih kencang.
Boruto bangkit. Ia mendengar teriakan Sakura di bawah sebelum suara tembakan diluncurkan lagi. Ia benar-benar tak mengerti apa yang terjadi, bahkan, dirinya melupakan bahwa dia telat bangun untuk pergi sekolah. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.
"Ada apa di bawah?"
Takut-takut Boruto melangkah ke arah pintu, rasa penasaran mengambil alih ketakutan akan suara tadi. Pintu dibuka dan ia berhasil keluar.
Sepi.
Boruto mengusap wajahnya sebelum benar-benar kembali ke dalam untuk mencuci muka. Setelahnya, ia keluar kembali dan berniat turun.
"Ke mana semuanya? Mereka bahkan tidak membangunkanku sama sekali! Ah, aku juga lupa memasang alarm!" Ia bergumam sepanjang lorong. Entah kenapa, jalan menuju tangga terasa panjang nan mencekam. Rasa-rasanya ia tengah berada di dunia lain yang persis seperti mansion Uchiha.
Langkahnya terhenti kala dirinya melihat sebuah benda di depannya. Ia mengambil itu dan menyangka-nyangka kalau benda tersebut adalah sebuah liontin dengan bandul sebuah batu bulat berbentuk bak bulan.
"Apa ini?"
"Ini sangat aneh, aku harus cepat-cepat turun untuk mencari yang lain."
"Ah, iya! Papa dan Mama pasti sudah berangkat. Sarada juga, tapi, tadi suara siapa?"
Ia menyimpan kalung tadi pada saku piyamanya. Mulai melangkah kembali dan sampai pada ujung paling atas tangga.
Di bawah, tepat di ruang keluarga, genangan darah masih segar berceceran di mana-mana. Bercak merah itu bahkan sampai pada tembok di sekitarnya. Semuanya berantakan dan terkesan menakutkan. Boruto terpaku, tak tahu dan tak mengerti pada apa yang terjadi. Jantungnya sudah berdetak kencang tak keruan. Hatinya dilanda gundah dan panik bersamaan.
"A-apa ini?" tanyanya pada entah siapa, bergetar.
"Kenapa? Kenapa jadi begini?" Ia menutup mulutnya, kepalanya pusing dan ia tak tahu apa yang harus dilakukan.
Pada akhirnya, Boruto memutuskan untuk mencari semuanya, namun nihil. Di setiap sudut dan ruangan bagian bawah rumah, tidak ada siapa pun. Hanya ada sesuatu yang sama seperti di ruang keluarga, selebihnya ada beberapa genangan darah lebih banyak di dapur. Ia terlalu panik hingga berlari menuju tangga lagi untuk mencari di lantai atas.
Anak-anak tangga terasa panjang dan lebih tinggi. Boruto mulai lelah dan benar-benar kalut. Napasnya terengah, harap-harap cemas, semoga semuanya baik-baik saja. Pikirnya yang sudah amburadul tak terbayangkan.
"Ke mana semuanya?!"
"Mama!"
"Papa!"
"Sarada!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated Feeling ✔
FanficTinggal dalam satu atap, berbagi kehangatan keluarga satu sama lain selama hampir seumur hidup. Bagaimana kisah mereka? ~Complicated Feeling~ Hidup bersama sedari bayi sampai usia dewasa, Boruto dan Sarada tentu saling menyayangi satu sama lain. Nam...