Hari Minggu telah tiba, tidak ada yang spesial. Hanya akhir pekan seperti biasa. Sarada yang berlatih musik bersama Sakura atau Karate bersama Sasuke. Di lain waktu, terkadang ia mempelajari ilmu pedang dan memainkannya agar bisa menguasai ilmu bela diri seperti Samurai.
Hari ini, yang dilakukan Sarada adalah membantu ibunya memasak di dapur. Hal yang sejak dulu jarang ia lakukan. Hanya sesekali, itu pun jika tak ada waktu luang lain.
Sakura memotong daging salmon dan mengirisnya hingga tipis. Sarada membantu dengan menyiapkan bumbu dan kelengkapan bahan. Ia menuang minyak zaitun ke dalam mangkuk lalu menaburkan Ashitaba setelahnya.
*Ashitaba: Seledri Jepang.
"Ma, aku ingin menambah masakannya dengan Edamame." Sarada lantas membuka lemari berisi kacang-kacangan seraya menunggu jawaban.
*Edamame: Kacang polong.
"Edamame? Ah, aku pikir hari ini Papamu sedang tidak menginginkannya," kata Sakura, menaruh irisan salmon ke dalam mangkuk yang telah disiapkan Sarada. "Tapi, kalau kau mau, kau bisa membuat lagi. Agar terpisah dengan milik Papa."
Tadinya, Sarada akan kecewa namun setelah Sakura mengizinkan dirinya untuk membuat yang baru, ia lantas bersemangat. Entah mengapa hari ini kacang tersebut menjadi selera utamanya. Karena, biasanya di minggu pagi yang terjadi selama beberapa tahun yang lalu, ia dan Boruto seringkali menjadikan Edamame sebagai camilan sambil menonton tayangan akhir pekan.
Dan sekarang, Boruto tak ada jadi kini ia ingin mencampurnya dengan masakan sekaligus berinovasi. Barangkali hasil masakannya bisa menjadi ikon inovasi makanan baru yang disukai banyak orang. Ah, tidak mungkin! Pikir Sarada. Dirinya merasa baru saja berkhayal aneh.
"Setelah membuat ini, minuman pendamping yang cocok, apa ya?" Sarada mencari-cari berbagai macam jenis minuman di dalam lemari pendingin. Beberapa bubuk minuman instan pula ia cari di rak lemari dapur. Ia sempat ragu untuk memodifikasi minuman sebab dirinya pernah salah meracik sampai menyebabkan Boruto masuk rumah sakit karena sakit perut yang tak berkesudahan setelah meminum minuman aneh buatan Sarada. Sarada meringis mengingat hal itu. Ia merasa bersalah namun jadi mendapat pelajaran agar tak melakukannya dengan asal lagi.
"Apa yang akan kau buat? Kenapa tidak menyeduh teh atau susu saja?" Sakura berkata sembari mengaduk kaldu jamur buatan sendiri di dalam panci. "Jangan membuat yang aneh-aneh lagi, ingatlah kau pernah membuat seseorang masuk rumah sakit karena minumanmu yang beracun itu."
Sarada tertohok, ucapan Mamanya sungguh di luar dugaan. Baru saja dipikirkan sudah dibuat candaan yang menyebalkan. "Huh, tidak, tidak. Aku tidak akan melakukannya lagi, Ma." katanya.
Sakura tertawa kencang melihat raut putrinya yang tampak merah karena malu sekaligus kesal. Bukannya apa, tapi kejadian itu dulu sempat membuat Hinata dan Naruto panik. Untung saja Sasuke bisa membuat keduanya tak perlu khawatir sebab Boruto telah ditangani olehnya dan dokter spesialis, keadaannya tak cukup parah. Hanya sakit perut akibat racun dan mual-mual seminggu. Ah, itu cukup parah sebenarnya. Sasuke saja yang sedikit berbohong kalau Boruto hanya sakit dan mual selama dua hari agar orang tua kandungnya tak membuat keributan. Ayah angkat yang terlalu teladan memang.
"Sudah, Ma!" seru Sarada.
Sakura menghentikan tawanya dengan susah payah. Ia masih ingat ekspresi ketakutan Sarada waktu itu. Dirinya seolah ditimpa oleh batu-batu lalu disiram dengan air yang sangat dingin. Jujur saja, raut putrinya itu sangat lucu. Merasa khawatir, takut, sekaligus berkeringat dingin. Justru malah Sarada yang harus dikhawatirkan sebab mimik wajahnya terlalu pucat. Ia mengalahkan raut pucat sang pasien yang sedang dirawat karena ulah konyolnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated Feeling ✔
FanfictionTinggal dalam satu atap, berbagi kehangatan keluarga satu sama lain selama hampir seumur hidup. Bagaimana kisah mereka? ~Complicated Feeling~ Hidup bersama sedari bayi sampai usia dewasa, Boruto dan Sarada tentu saling menyayangi satu sama lain. Nam...