10. Freak Situation

1.4K 153 24
                                    

Mansion Uchiha, Tokyo, 6 Maret 2012 {6.48 a.m}

Keheningan melanda Minggu pagi yang cukup cerah ini. Burung-burung berkicau di atas ranting-ranting pohon yang tak terlalu tinggi dari permukaan tanah. Sarada menarik diri dari genggaman tangan saudaranya yang tertidur pulas di teras tanpa balutan selimut untuk menutupi tubuhnya.

Saat pegangan tangannya terlepas, Boruto merasa terusik dan sesekali mengerjap sebelum membuka kedua kelopak matanya. Sekilas siluet seorang gadis membuatnya tersenyum bodoh dalam khayalnya, membuat wajah dengan dua garis di pipi itu tampak seperti seorang anak lelaki nakal yang diselimuti hawa nafsu masa pubertas.

Plak.

"Boruto!"

Rasa sakit pada pipinya menyadarkan seluruh jiwa yang tengah berlarian ke sana-kemari memikirkan segenap hawa indah yang sulit dilupakan. Boruto meringis ketika suara cempreng milik Sarada memenuhi indra pendengarnya, tepat di atas wajahnya.

"Hei, bangun! Kenapa kau senyum-senyum begitu?!" Sarada berkacak pinggang, "Kau menakutiku."

Boruto bangkit dengan wajah lesu. Tentu saja. Barusan ia bermimpi, ah tidak, mungkin bukan mimpi tapi sebuah bayangan yang hampir nyata. Ia melihat Sarada dalam balutan kimono putih dengan garis merah di pinggirnya. Gadis yang menjadi saudarinya itu sungguh terlihat cantik dan menawan, meski baru menginjak usia sepuluh tahun.

Namun, kini pada kenyataannya, Sarada tengah memperhatikan dirinya dengan tatapan tajam. Sejenak tertegun, Boruto menghela napas dalam.

"Hei, Boruto," panggil Sarada. Ia rasa, Boruto belum sepenuhnya mengumpulkan nyawa. Ah, ia jadi ingin sekali mendorongnya ke kolam renang samping mansion.

"Hm?" Boruto menoleh, malas.

Sarada mengembuskan napas. "Oh, ternyata sudah sadar," katanya.

"Apa yang kaulakukan tadi?"

"Aku? Memangnya, apa yang kulakukan?" tanya Sarada seraya menaikkan sebelah alis.

"Tadi kau itu menampar pipiku, tahu!" seru Boruto.

Sarada malah menghela napas malas, ia berdiri kemudian masuk ke dalam rumah tanpa mengucap sepatah kata untuk menjawab perkataan Boruto. Hari ini, ia harus bersiap mengingat keluarga Papanya akan datang.

Gadis bersurai raven itu mengintip sedikit dengan kepalanya yang menyembul ke luar di balik pintu geser berlambang kipas merah putih. Ia melihat Boruto sejenak sebelum mengeluarkan suara, "Hei, sebaiknya kau mandi. Kau ingat, kan? Nanti siang Kakek dan Nenek akan datang."

"Ah? Oh iya... Aku hampir lupa!"

Boruto spontan berdiri, membuat Sarada menggelengkan kepala sebelum berbalik, berjalan ke kamar. Diam-diam Boruto berjalan di belakang Sarada kemudian masuk ke kamar setelah Sarada menutup pintu kamarnya.

Di kamar Sarada, sang gadis tengah memilih-milih pakaian mana yang barangkali akan cocok saat akan bertemu dengan orang tua Papanya. Ia berpikir akan memilih pakaian agak formal—kimono— ketika mengingat bagaimana ciri khas juga tata krama klan Uchiha.

Barangkali sang kakek akan menilainya lebih baik ketimbang beberapa waktu lalu ketika kakeknya datang bersama neneknya sementara ia dan Boruto masih memakai baju seragam sekolah. Hal tersebut tentunya membuat sang kakek menegur keduanya hingga menanyakan kapan mereka pulang sekolah. Boruto saat itu yang menjawab, namun berakhir pada mereka berdua yang kena ceramah karena tidak langsung berganti baju padahal sudah pulang sedari tadi.

"Hah." Sarada menghela napas.

Ia keluar dan mengetuk pintu kamar Boruto sebelum membukanya perlahan. Di sana, ia melihat Boruto tengah terbaring di atas ranjang dengan dua buah baju di sisi kanan dan kirinya. Sarada berkonklusi bahwa Boruto juga sedang dilanda kebingungan.

Complicated Feeling ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang