Mansion Uchiha, Tokyo, 25 Desember 2016 {7.27 a.m}
Cahaya masuk lewat celah-celah ventilasi. Kernyitan samar tercipta tatkala sinar mentari pagi yang mengenai kedua matanya yang masih terpejam itu menyilaukan keadaan. Ia melenguh tertahan dan berbalik ke kiri, menghindar dari terang.
Sedikit gerakan yang terasa di samping membuatnya menoleh sambil terpejam. Mengerjap perlahan untuk melihat. Himawari masih tertidur pulas di sana. Sarada mengucek mata sebentar sebelum bangun terduduk dan bersandar pada kepala ranjang. Boruto dalam ingatannya semalam sudah tidak ada di sisi sebelah kirinya, mungkin bocah lelaki itu sudah kembali ke kamarnya.
"Kenapa pagi ini terang sekali? Bukankah salju sudah turun semalam? Salju turun telat tahun ini, tapi ini sangat aneh." gumam Sarada, agak serak.
Gadis Uchiha itu mengusap wajah hingga kepalanya, kemudian bangkit menuju kamar mandi. Mencuci muka sambil sesekali terbatuk saat dirasa tenggorokannya kering. Musim dingin membuatnya malas untuk minum dan ia tidak minum sejak makan malam berakhir semalam.
Ia keluar dan sedikit terkejut ketika melihat suasana rumah terang seperti musim panas. Tiap sisi tembok sekitar lorong telah dihias oleh beberapa pernak-pernik natal. Lalu gadis itu turun ke bawah, menahan napas tatkala seluruh ruangan yang terlihat di lantai satu telah penuh oleh hiasan di tiap-tiap sisinya. Sarada berpikir bahwa perayaan tahun ini terlalu berlebihan, bahkan jika untuk pesta besar sekalipun.
"Selamat pagi, dan ... selamat Natal, Sayang."
Sakura mengecup pipinya dari arah belakang secara tiba-tiba. Sarada sedikit terkesiap kemudian tersenyum manis. "Selamat Natal, Ma!"
"Kenapa kau bangun pagi-pagi sekali? Yang lain bahkan masih di balik selimut masing-masing. Omong-omong, apa kau tidak kedinginan? Kau hanya memakai piyama tipis,"
"Tidak. Aku bahkan merasa hangat. Himawari memasang temperatur suhu di kamarku ke titik hangat. Lagi pula, cahaya matahari di musim dingin ini sudah sangat menghangatkan ragaku."
"Cahaya?"
Sarada mengangguk. Sementara di sana, sang ibu mengernyit bingung.
"Ah iya! Itu sepertinya ulah Boruto! Dia memasang lampu sorot di atas ventilasi jendelamu di luar semalam,"
"Untuk apa?" tanya Sarada skeptis.
Sakura tersenyum lembut. Ia lalu mendekat pada sang putri dan berbisik di telinganya. "Katanya, kau dan Himawari mengalami hari yang canggung seharian kemarin. Jadi, ia bermaksud menghangatkan hati kalian agar kembali berbaikan,"
"Eh? Apa hubungannya? Dia memang gila!" seru Sarada. "Lagi pula, aku dan Himawari baik-baik saja. Kami hanya memiliki suatu pendapat yang berbeda, itu saja."
"Apa itu?" Dari arah tangga, suara berat menginterupsi keduanya. Sakura dan Sarada menoleh ke atas. Sasuke tersenyum tipis.
"Em, tidak, Pa."
Sasuke mengerutkan kedua alis. "Tidak ada rahasia di antara kita, Sarada." Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Sasuke lantas tertegun sendiri sebab merasa dirinya munafik. Jelas banyak sekali rahasia di antara mereka, bahkan rahasia terbesar dalam hidupnya.
Sasuke spontan berdeham, "Katakan jika kau ingin bercerita, tapi jika tidak baiklah. Omong-omong, Selamat Natal!"
Sarada tersenyum membalas kemudian pergi ketika ayah dan ibunya meninggalkannya sendiri di ruang tamu setelah berbasa-basi dan mengatakan bahwa persoalan antara dirinya dan Himawari bukanlah suatu hal yang perlu diperdebatkan lebih jauh. Orang tuanya langsung sibuk pada perbincangan masing-masing, pergi ke ruang keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated Feeling ✔
FanfictionTinggal dalam satu atap, berbagi kehangatan keluarga satu sama lain selama hampir seumur hidup. Bagaimana kisah mereka? ~Complicated Feeling~ Hidup bersama sedari bayi sampai usia dewasa, Boruto dan Sarada tentu saling menyayangi satu sama lain. Nam...