6. A Clue

1.6K 188 49
                                    

Fuji Kindergarten, Tachikawa, Tokyo, 12, Juni 2007 {7.32 a.m}

Anak-anak berlarian ke sana-kemari. Saling berkejar-kejaran dengan riang gembira. Tawa bebas terdengar di mana-mana. Sarada mengeratkan genggaman tangannya pada telapak kiri sang Mama, sementara Boruto menampilkan wajah berseri di sebelah kanannya lagi.

Sakura merasakan tangan kirinya diremas agak kuat oleh Sarada, ia menunduk lalu berjongkok. "Sarada, jangan takut. Kemarin kau yang minta masuk ke sini, kan? Tenanglah, kau bersama Boruto," katanya lembut. Sarada merasa hangat saat Mamanya memberi ucapan yang membuatnya mulai percaya diri.

"Mama benar, Sarada. Aku akan menemanimu selalu, kau akan berkenalan dengan banyak teman di sini!" sahut Boruto, bersemangat.

Sakura tertawa. Sarada akhirnya tersenyum dan mengangguk antusias.

Seorang anak lelaki datang dengan senyum yang terpatri di wajah putih pucatnya. Rambut biru muda agak pudar itu melambai-lambai saat dirinya berlari turun melewati anak tangga.

"Selamat pagi, Boruto," sapa anak itu. Boruto dengan cepat membalas dengan raut senang.

Sakura berpikir kalau anak itu cukup pintar dan sopan. Ia bahkan datang dengan membari sapa pagi. Iris hijau itu mendapati anak tadi tersenyum ke arahnya. Sakura membalas senyumannya.

"Mama, Sarada, kenalkan... Ini temanku Mitsuki," ujar Boruto.

"Selamat pagi, salam kenal. Aku Mitsuki, Hai, Bibi..." Mitsuki menunduk hormat. Sakura hampir menganga lebar karenanya. Ah, moralnya sangat baik. Ia jadi merasa malu pada dirinya sendiri yang masih sulit mengajarkan sikap hormat pada Boruto. Yah, walau dirinya hampir 100% berhasil jika tentang Sarada.

Mitsuki beralih pada Sarada setelah Sakura tersenyum dan mengusap kepalanya. "Hai, namaku Mitsuki, siapa namamu?"

"Aku Sarada," Sarada masih malu-malu, sementara Boruto akan mengajak Sarada ke kelas setelah melihat siluet Hinata lewat beberapa langkah di depannya, menuju kelas.

"Baiklah, Sarada, berkenalan dan bermainlah dengan baik. Jangan nakal! Boruto, Mama harap kau tidak meninggalkan Sarada sendiri. Kalian harus saling menjaga satu sama lain, mengerti?"

Boruto dan Sarada serentak mengangguk paham. Mereka akhirnya pergi bersama Mitsuki setelah Sakura pamit pulang dan berkata akan menjemput mereka nanti sore.

*****
{9.50 a.m}

"Jadi, Hinata bekerja di sana?"

"Ya, tuan,"

"Hm, baiklah kalau begitu. Apa Boruto juga di sana?" tanya seorang pria paruh baya yang tengah duduk di teras pekarangan rumah.

"Ya. Sebulan lalu, kami menemukan Hinata bersama anak keduanya yang baru lahir ke sebuah restoran di pinggir Tokyo dan ia bertemu dengan Uchiha Sakura yang menggandeng Boruto. Mereka cukup lama di sana, dan salah satu dari kami sempat lewat lalu mendengar percakapan mereka saat Boruto sudah pulang kalau Hinata meminta agar anak pertamanya itu dimasukkan ke Fuji Kindergarten," kata seorang wanita bersurai pirang dengan poni yang sedikit terbelah di tengah dahi.

"Jadi, Hinata masih berani bertemu anaknya?" Pria paruh baya itu berujar agak marah, terlihat dari urat di sisi kanan-kiri dahinya. Juga alisnya yang menyatu dalam.

"Ya, tuan."

Pria paruh baya itu menghela napas. Ia lalu menyesap teh hijau hangatnya dan beberapa kali menahan napas kala mengingat sosok Naruto dan Hinata tengah bersama. Ia tak bisa menyalahkan hal itu, namun, tak dimungkiri, ia kesal jika harus memikirkan kenyataan tersebut.

"Mulai sekarang, biarkan Hinata dan tetap awasi pergerakan mereka. Tapi, jangan pernah buat masalah dengan Uchiha! Aku tidak ingin berurusan dengan mereka." kata pria itu, mutlak.

Complicated Feeling ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang