38. Mystery Sustainable

647 108 37
                                    

Boruto dan Sarada berlari bersamaan hingga sampai ke sebuah gang yang lengang. Suhu dingin mulai mengganggu diri Boruto dan ia mengusap kedua bahu hingga lengannnya bergantian, namun tetap berlari bergandengan tangan dengan Sarada.

"Semoga dia ada di rumah!" Harap cemas, Boruto berkata dengan menggigil.

Mereka sampai di depan pagar rumah. Gelap yang menginvasi seisi rumah dari luar membuat perasaan keduanya perlahan dirasuki ketakutan. Boruto dengan gemetar membuka kunci lalu masuk, diikuti Sarada di belakang.

"Selamat malam, Paman, Bibi." kata Boruto, ia melangkah lebih dalam sampai ke depan pintu.

Sarada mengernyit, "Sepertinya mereka semua memang tidak ada di sini,"

"Ayo kita masuk." Ajak Boruto.

"Masuk? Bagaimana bisa?!"

Boruto lantas mengeluarkan kunci dari dalam tasnya, serta-merta memperlihatkan benda itu di depan wajah Sarada. "Aku punya kunci cadangan mereka. Bibi Hinata memberikannya saat mereka pergi ke rumah ayahnya Paman Naruto, kakeknya Hima."

Sarada mengangguk lalu membiarkan Boruto membuka pintu. Boruto menggenggam tangan kanan Sarada lebih erat lalu keduanya masuk ke dalam.

Gelap gulita menguasai pandangan. Sunyi dalam pendengaran dan dingin rasanya. Tak ada siapa pun. Boruto yang sudah tahu letak saklar rumah pun segera berjalan perlahan ke sisi sebelah kiri, ia nyaris melepas genggamannya hingga Sarada bergumam khawatir. "Jangan tinggalkan aku!"

"Tidak. Aku akan menyalakan lampu."

Setelah berucap, ia menekan stop kontak lalu ruangan jadi terang. Netra mereka berdua menangkap sekeliling ruangan dan tidak menemukan presensi siapa pun. Benar-benar tidak ada orang.

"Kita ke atas." Ajak Boruto, Sarada mengangguk lalu ikut dengannya.

Satu persatu ruangan diperiksa dan tidak ada siapa-siapa.

"Aku akan berganti baju dulu, bagaimana kalau kau ke rumah Inojin? Mungkin kita bisa dapat petunjuk darinya," Boruto berkata sambil menggaruk belakang kepala.

Sarada menghela napas. "Ya, baiklah, lagi pula kau butuh pakaian hangat." katanya lalu berbalik pergi.

Boruto masuk ke dalam kamar yang telah ia tempati selama hampir setahun di rumah itu, ia memilih sweater biru tua dan celana longgar berbahan tebal. Melepas seragam milik Sarada—yang telah membuatnya malu selama seharian penuh—dengan perlahan lalu menggantinya dengan yang sudah disiapkan tadi. Ia sedikit menggigil karena suhu ruangan terlalu rendah. Ia lantas memakai syal cokelat dan menggulungnya pada ceruk lehernya.

Sebelum keluar kamar, ia mengernyit sesaat sebelum netranya membelalak kaget karena melihat seekor rubah tengah bergelung di bawah meja belajar, tampak sekali tengah kedinginan dan lapar.

"Kurama?"

Boruto melangkah ke sana. "Ah, sepertinya Paman lupa memberinya makan, tadi aku melihat mangkuk makanannya kosong dan masih bersih, aku khawatir dia akan sakit." Tangannya terulur dan mengusap tubuh Kurama yang lantas memandangnya sayu.

"Aku akan memberimu makan dulu, ayo." Ia membawa Kurama ke kamar Naruto dan Hinata, sedikit mengucap salam permisi saat masuk, lalu bergegas mencari kunci gudang tempat makanan Kurama disimpan.

Setelah memberi makan Kurama dan melihat keadaan Gamabunta yang dipindahkan ke dalam akuarium selama musim dingin, ia lalu ke atas lagi untuk mengembalikan kunci.

Cepat-cepat Boruto turun ke bawah setelah usai untuk menemui Sarada yang sepertinya masih berusaha mencari informasi dari tetangga sebelah.

Di luar, di samping kiri rumah, ia melihat eksistensi Sarada dan Inojin yang tengah berbincang tegang di sana. Boruto lantas pergi ke sana untuk mengetahui apa yang terjadi.

Complicated Feeling ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang