8. School?

1.5K 173 18
                                    

Mansion Uchiha, Tokyo, 13 April 2009 {6.15 a.m}

"Ma, sepatuku mana?"

"Ma, Boruto mengacak laci sepatuku!"

Sakura menahan amarahnya sedari tadi. Tentu saja. Di pagi hari yang cerah seperti ini, ketenangannya diganggu oleh kedua anaknya. Sakura sudah menyiapkan perlengkapan mereka dua minggu yang lalu! Kenapa sekarang sangat ribut? Seolah peralatan dan perlengkapan itu hilang ditelan alam. Atau mungkin berserakan terpisah entah di mana.

"Mama sudah menyiapkannya waktu itu! Kalian simpan di mana, hah?!" teriak Sakura. Ia sudah sampai batas.

Boruto dan Sarada meneguk ludah susah payah. Tangan-tangan kecil mereka saling bertautan ketika langkah kaki Sakura yang pelan namun terdengar cepat mulai mendekat.

"Bagaimana ini? Ini hari pertama kita bersekolah, dan kita malah membuat Mama marah," Boruto menatap Sarada yang menggigit bibir bawahnya.

"Aku tidak tahu. Ini salahmu! Kenapa kau tidak merapikan semuanya kembali, Mama sudah menyimpannya tapi kau malah mengeluarkan sepatu barumu itu tanpa ditaruh lagi."

"Tapi,'kan, aku hanya melihatnya, Sara—,"

Boruto menahan suaranya kala presensi Sakura tampak di mata birunya. "M-mama?"

"Di mana kalian menaruh barang-barang kalian, hm?"

"A-aku lupa, Ma."

Tamatlah riwayat Boruto. Sarada merutuk dalam hati. Ah, saudaranya itu bodoh atau bagaimana? Kenapa tidak bilang, "Aku akan menemukannya" atau yang lain. Sarada hanya menghela napas pasrah saat Boruto diberi tatapan tajam oleh sang Mama.

*****
Narihira Elementary School, Sumida City, Tokyo {7.35 a.m}

"Ini hari pertama sekolah, tapi pagi-pagi saja sudah terkena marah,"

Boruto bergerutu sedari tadi di sepanjang jalan menuju sekolah baru mereka. Sasuke hari ini yang mengantar keduanya, karena Sakura tidak jadi menemani anak-anaknya itu datang ke sekolah di hari pertama.

Mereka berhenti tepat di depan sebuah kelas yang tadi sempat diberitahu oleh seorang guru pengajar di situ. Sasuke mengajak mereka berdua masuk ke dalam. Suasana ramai didapati ketiganya. Banyak anak-anak yang juga diantar oleh orang tua mereka--sedang bercengkerama--, ada yang baru saling berkenalan ditemani orang tuanya, rata-rata mereka terlihat bersama. Hanya ada beberapa yang tengah berdiam diri dan ada juga yang sudah bermain bersama teman barunya dan tak ditemani orang tuanya lagi.

"Sarada, Boruto... Kalian duduk di sini ya. Berkenalan dan belajarlah dengan baik. Papa harus berangkat kerja sekarang." kata Sasuke, senyumnya tipis dan terkesan dingin untuk anak-anak seumuran Boruto dan Sarada.

"Pa, nanti siapa yang menjemput kami?" Sarada berujar setelah menaruh tas merahnya.

"Mungkin Mama jika dia sudah tidak marah, atau Paman Yamato," kata Sasuke.

"Baiklah. Sampai jumpa Papa."

Sasuke memberikan kecupan singkat di dahi Sarada dan Boruto setelah sebelumnya melihat-lihat ke sekeliling dan tak ada yang memerhatikan mereka. Pria itu akhirnya pergi meninggalkan keduanya di ruang kelas yang semakin ramai tersebut.

"Sarada, kau tidak mencoba berkenalan dengan yang lain?" tanya Boruto.

"Hm? Aku masih malu," Sarada hanya duduk dan menunduk saat menjawab. Ia malu pada seseorang yang melihatnya dari kejauhan. Orang itu duduk di pojok sebelah kiri ruangan.

Boruto menangkap sesuatu yang aneh pada gelagat Sarada. Ia menyapu pandangan ke seluruh ruangan. Ketika iris shappire-nya menemukan presensi seorang bocah bermanik hitam tengah memerhatikan saudarinya, Boruto membuat raut kesal.

Complicated Feeling ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang