55. Resolve!

558 90 77
                                    

Boruto sudah mendengarkan penjelasan singkat dari Sarada mengenai tragedi kemarin sore. Dan sekarang, Boruto sudah memutuskan untuk menyelesaikan semuanya. Baginya, ini sudah keterlaluan, entah mengapa ia tak rela jika Sarada diperlakukan seperti itu kendati ia tak benar-benar tahu apa masalah sebenarnya di antara dua gadis itu.

Kini, Boruto menutup kedua mata, menunggu bel pulang berbunyi sekitar dua menit lagi. Hingga pada akhirnya ketika suara bel berdering kencang dan Aburame Shino, wali kelas mereka, sekaligus yang memang tengah mengajar pada jam akhir sekolah itu serta-merta pergi dari kelas diiringi beberapa murid lain yang juga bersiap untuk pergi pulang.

Boruto masih diam. Pandangannya lurus ke depan, tepat pada kursi dan meja milik Sarada yang kosong. Semua teman-temannya sudah mulai berlalu dari kelas, namun Boruto menunggu seseorang di sebelah tempat Sarada untuk berbicara dengannya.

Ketika gadis itu akan berlalu dari tempatnya, Boruto lantas berdiri, mencekal tangan kirinya dan menatap datar padanya. "Tunggu,"

Sumire menoleh cepat. Spontan mengernyit bingung, kemudian menunduk melihat lengan kirinya masih digenggam erat oleh Boruto. Ia memerah tipis.

Semua murid telah keluar dari kelas. Menyisakan mereka berdua yang masih bergeming dengan posisi dan keadaan cukup canggung.

"Ada hal yang harus kubicarakan padamu, Sumire,"

Sumire terpaku. Rasa takut mulai menjalar ke seluruh tubuh, hingga ia sedikit bergetar cemas. Ia takut Boruto marah padanya, tatapan lelaki itu merefleksikan emosinya. Dan juga karena kemarin, sebelum ia benar-benar pergi dari area sekolah, ia melihat Boruto berjalan keliling untuk mencari Sarada. Suara Boruto bergema di seluruh gedung sekolah yang sepi. Sumire merasa sakit ketika mendapati hal itu. Kenapa pula Boruto harus repot-repot mencari Sarada? Apakah hubungan mereka sedekat itu? Batin Sumire, hatinya tertampar.

Setelah mengontrol diri agar tidak terlihat khawatir, Sumire dengan gaya khasnya sekonyong-konyong bertanya polos, "Apa yang mau kau bicarakan, Boruto-kun?"

Setelah pertanyaan itu meluncur, Boruto melepas genggaman tangannya dari lengan kiri Sumire, lalu mengembuskan napas kasar.

"Ini tentang sweater yang kautitipkan untukku pada Himawari. Sebelumnya, aku ingin meminta maaf terlebih dahulu. Himawari baru mengatakan kalau kau menitipkan sesuatu padanya yang diperuntukkan padaku. Dan harusnya kemarin aku memakainya atas amanat yang kau berikan pada Himawari," Boruto berhenti sejenak, ia memperhatikan raut wajah Sumire yang tampak tak nyaman. Kemudian melanjutkan setelah lima detik.

"Himawari tidak langsung memberikannya padaku, maka dari itu aku tidak tahu apa pun. Kebetulan, malam saat aku pulang dari Akita, Sarada bilang perkiraan cuaca hari Senin akan hujan lebat dan ia memberikan sweater abu-abu miliknya untuk kupakai ke sekolah. Ini adalah salah paham. Mungkin kau menyalahkan Sarada. Aku tak tahu apa yang telah kau harapkan dariku, tapi Sarada tidak bersalah di sini. Jangan khawatir, aku berterima kasih atas kerja kerasmu selama ini, aku pasti akan memakainya lain waktu. Aku sangat menghargai hal itu. Tapi, yang kaulakukan kemarin itu salah, kuharap kau meminta maaf pada Sarada."

Sumire menunduk. Tak dapat bersuara. Lidahnya kelu, jantungnya berpacu, hatinya linu. Namun emosi dalam dirinya telah menguasai diri sejak kemarin, maka, ia dengan tegas menatap Boruto. "Sarada sudah mengetahuinya. Dia sengaja memberikan miliknya padamu," "agar dia menang dariku." lanjutnya dalam hati.

Boruto mengernyit. "Apa maksudmu?"

Sumire melupakan rasa malunya saat ia berpikir bagaimana reaksinya dan reaksi Boruto ketika ia sendiri yang akan memberikan langsung sweter buatannya itu padanya. Karena baginya, Boruto harus tahu siasat licik Sarada yang pura-pura polos padahal bermain lewat belakang. Sumire sadar kalau ia dan Sarada bersaing tanpa diketahui siapa pun, namun kali ini Boruto benar-benar harus tahu bagaimana Sarada yang sebenarnya.

Complicated Feeling ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang