Rencananya, Sasuke akan pergi menemui Naruto bersama Sakura. Namun, Sakura memiliki tanggung jawab besar di rumah sakit. Perasaan rela membuatnya mau tak mau pergi sendiri.
Langkahnya pelan namun tegas. Ia masuk ke dalam restoran dengan tenang. Pandangannya yang tajam ia sapukan mengelilingi setiap inci ruangan. Terhenti pada sebuah meja dengan dua orang berbeda gender di ujung sana. Tepat di samping akuarium besar berisi ikan-ikan hias kecil.
"Ah, Selamat siang, Sasuke."
"Selamat siang, Sasuke."
"Hn."
Dingin. Ya, seperti biasanya. Namun, tidak untuk keduanya.
"Selamat siang, Hinata."
Hanya Hinata yang dibalas sapaannya. Naruto memberikan senyum masam pada Sasuke yang dengan tenang duduk di depan dirinya dan Hinata.
"Bagaimana kabar Sakura-chan dan anak-anak?" Naruto membuka suara setelah meneguk sesedot jus mangga.
Sejenak terdiam, Sasuke lantas menjawab dengan suara ringan. "Mereka semua baik."
"Syukurlah." Sahut Hinata.
Naruto berdeham. "Tumben sekali kau tidak langsung bicara, biasanya tanpa basa-basi kau akan langsung mengatakan sesuatu,"
"Aku ingin memesan makanan dulu."
Naruto mengangkat kedua bahu. Malas dengan sikap Sasuke yang tidak pernah berubah. Hinata membuka ponselnya lalu mengirim pesan untuk Ino agar menjemput Himawari sekalian jika dirinya akan ke mall.
"Aku rasa, kalian sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya."
Sasuke memandang keduanya, santai. Naruto dan Hinata menatap sepenuhnya ke wajah Sasuke. Berpikir tentang hal apa yang telah mereka ketahui untuk masa yang akan datang. Sasuke mengetuk jari di atas meja, rautnya sulit dibaca namun pergerakannya menunjukkan kekhawatiran akan keraguan dalam diri yang terpendam.
Hinata menyadari sesuatu sebelum Naruto—yang memang lebih sulit membaca situasi—lebih dulu. Ia merasakan perubahan yang kentara dari mimik Sasuke.
"Apa yang sudah kami ketahui?" Hinata bertanya tenang.
Sasuke menghela napas. Ingin membuka suara namun seorang pelayan datang membawakan pesanannya. Ia berterima kasih lalu mendiamkan makanan yang dipesan selagi panas. Matanya tertuju pada iris biru laut Naruto lalu berpindah ke Hinata.
"Tahun depan, Boruto akan tinggal bersama kalian selama setahun. Saat ia menginjak kelas delapan. Aku tahu, ini mungkin bisa jadi masalah, tapi, aku akan bertanggung jawab jika Shion dan yang lainnya berani mengusik kehidupan kalian."
Hinata menutup mulutnya, terkejut. Naruto terkekeh, ia tahu hal ini. Kendati tak pernah didiskusikan secara langsung namun sejak awal Sasuke memang tak ingin dirinya dan Hinata selalu berjauhan dengan Boruto. Hei, ia juga memiliki seorang anak dan Sasuke pasti mengerti saat dirinya jauh dari sang anak dengan kurun waktu yang cukup lama.
"Boruto sudah memakai nama Uzumaki di sekolahnya. Biarlah teman-teman sekolahnya menganggap kalian orang tuanya, yang memang benar pada kenyataannya." ucap Sasuke. Ia lalu mulai menyantap sup miso tomatnya tanpa menghiraukan suami istri di depannya yang masih saling memandang dengan raut berbeda-beda.
"Oh, Sasuke ... aku ingin menangis saat ini juga."
Sasuke melirik Naruto, jijik. Ia cepat-cepat membuang muka agar selera makannya tak hilang.
*****
"Mitsuki!"
Bocah laki-laki bersurai putih kebiruan itu menoleh ke belakang. Rautnya datar, menatap Boruto yang berjalan santai dengan kedua tangan di dalam saku celana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated Feeling ✔
FanfictionTinggal dalam satu atap, berbagi kehangatan keluarga satu sama lain selama hampir seumur hidup. Bagaimana kisah mereka? ~Complicated Feeling~ Hidup bersama sedari bayi sampai usia dewasa, Boruto dan Sarada tentu saling menyayangi satu sama lain. Nam...