43

321 38 2
                                    

Happy reading, guys <3

°°°

"BURUAN Gea, entar telat!"

Gea menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa.

"Bawel! Siapa yang sekolah, siapa yang ribut."

Shaidan menoyor kening Gea dengan gemas. "Upacara, goblok!"

"Gue juga tau, gob—"

"Eh Gea mau ngomong apa tuh? Gak boleh ngomong yang gak sopan ya." tegur Papa yang sudah rapi dengan setelan kerjanya.

Shaidan memeletkan lidahnya ke arah Gea yang sudah mendengus kesal.

"Nih minum susunya aja, Ge. Gak keburu kamu kalau sarapan. Apa mau dibikinin bekal?"

"Gak usah, Ma. Minta mentahannya aja, dong." katanya sambil nyengir kuda.

Mama mengangkat satu butir telur yang masih mentah dan daun bawang. "Ini mau?"

Shaidan dan Papa tertawa, sementara Gea sudah berdecak kesal. Sepagi ini sudah jadi bahan ledekan se-keluarga.

"Ayo deh, Bang, anterin."

"Udah nih, mau berangkat sekarang?" tanya Shaidan.

"Tadi disuruh cepet, sekarang malah nanya kayak gitu. Tidur lagi aja nih Gea."

Shaidan terkekeh, lalu meneguk susu putihnya hingga tandas.

"Yuk deh! Pamit dulu sana, Abang mau panasin mobil."

"Ma, Pa, berangkat dulu."

"Iya hati-hati, belajar yang bener kamu. Jangan macem-macem di sekolah." Mama mewanti-wanti, takut Gea khilaf lagi.

Gea hanya mengangguk saja, lalu keluar rumah sambil mengucap salam.

"Pulang sekolah kerja?" Shaidan membuka suara begitu mobilnya sudah keluar dari gerbang rumahnya.

"Kerja."

"Pulangnya jam berapa?"

"Malem, jam 10."

Shaidan menoleh sekilas ke arah Gea. "Kalo ditanyain Mama sama Papa jawabnya gimana? Jangan sampe Mama Papa mikirnya lo keluyuran gak jelas ya, Ge."

"Belum kepikiran alasannya juga, sih. Soalnya 'kan kemarin-kemarin Mama sama Papa lagi gak di rumah, jadinya gue bebas pulangnya."

"Apa nanti pas jamnya lo pulang sekolah, gue keluar kali ya? Bilangnya mau jemput lo sekalian nyari sesuatu buat bahan kuliah gue. Nah pas gue udah balik lagi ke Bandung, lo cari sendiri dah sana alasannya."

"Nanti Abang mau kemana emangnya?"

"Ke rumah temen Abang. Nanti jam 9 Abang susul Gea ke tempat kerja, biar pulangnya sama Abang."

Gea tersenyum lebar. "Mantep banget, Abang! Top markotop deh."

Shaidan memberhentikan mobilnya di depan gerbang sekolah Gea. Sebelum Gea turun, ia kembali berbicara pada Gea.

"Tapi inget, bohongnya jangan lama-lama, Ge. Gak bagus bohongin orang tua."

Gea mengangguk. "Iya iya, nanti cari waktu yang pas buat ngasih taunya."

"Gue turun ya, Bang? Thanks."

Shaidan mengawasi adiknya itu sampai masuk ke dalam sekolah. Setelah merasa Gea sudah aman, ia menyalakan mesin mobilnya.

Tuk tuk.

Shaidan mengernyitkan dahinya, lalu membuka jendela mobilnya yang diketuk oleh anak perempuan dengan seragam yang sama dengan adiknya.

"Akhirnya ketemu juga, lo Shaidan 'kan?"




•••

Cuaca hari ini terik sekali, seolah-olah matahari siap mendukung kegiatan upacara pada pagi hari ini.

"Upacaranya gak lama banget sih sebenernya, yang ngasih wejangan-nya yang lama banget buset deh." gerutu salah seorang anak perempuan, teman sekelas Gea.

Dalam hati Gea membenarkan. Rasanya Gea pengen jongkok deh, saking pegalnya karena berdiri terlalu lama.

Gea menghembuskan napas lega karena akhirnya upacara Senin pagi ini sudah berakhir.

Tanpa berlama-lama lagi, Gea segera ngacir ke kelasnya. Ingin menikmati sejuknya AC di ruangan kelasnya.

Untungnya kelas Gea di lantai satu, jadi tidak perlu repot-repot menaiki undakan tangga. Tapi malasnya gini nih kalau habis upacara, harus mengitari lapangan yang luasnya bisa bikin nguras tenaga.

Sialnya lagi, gara-gara jalannya Gea gak santai, dirinya sampai menabrak orang di lapangan itu.

"Jalan yang bener, dong! Lapangan se-gede ini, bisa-bisanya lo nabrak orang."

Ya namanya juga Gea, paling tidak mau dimarah-marahi gini padahal dirinya tidak sengaja. Alhasil, Gea menatap orang itu dengan tak kalah tajam.

"Orang gak sengaja juga, lagian ngapain sih minum di tengah lapangan gini."

"Heh udah salah nyolot. Liat!" katanya sambil menunjuk seragamnya yang basah. "Air minum gue tumpah semua, jadi basah ini."

Gea memutar bola matanya. "Ya terus? Gue mesti buka seragam gue, terus ngasih ke lo gitu?"

Orang itu bersidekap dada, lalu perlahan berjalan mendekati Gea. "Berani lo buka baju lo di sini?"

Gea berkacak pinggang. "Heh sialan, mesum lo!"

"Lo tadi—"

"Andra, buruan masuk! Ngecengin adik kelas mulu, ada tugas nih dari Pak Hendar." suara Zikri menggema dari lantai dua.

Andra berdecak, lalu kembali menatap Gea dengan tajam. "Istirahat nanti, beliin gue es teh manis anget."

Gea melotot. "Woy sinting lo ya, mana ada es tapi anget!"

"Bodo, harus ada!"

"Eh tapi— woy ah elah!" Gea berteriak karena dengan seenak jidat Andra meninggalkan dia yang tengah kesal di tengah lapangan.

Gea akhirnya berjalan kembali, melanjutkan perjalanannya ke kelas. Tak lupa bibirnya masih misah-misuh, mengeluarkan dumelannya.

"Pantesan gak waras, minumnya es teh manis anget!"








________

To be continued...

Salam,

San❣

GEANDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang