"UDAHAN ah gue."
"Ah payah lo giliran kalah mulu malah udahan." dumel Zikri sambil menjitak kepala Aldi.
Aldi balas menjitak Zikri. "Males gue main sama lo, kartu UNO gue lo umpetin mulu."
Andra menggelengkan kepalanya, sudah biasa melihat keributan antar teman-temannya ini.
"Gue 'kan udah bilang, gak usahlah main kartu-kartu gitu lagi. Mending main congklak sana deh biar gak ribut terus."
"Lo kalo ke rumah gue cuma numpang tidur doang mending balik aja dah sana." cibir Zikri.
Dubrak!
"WOY AELAH PELAN-PELAN NAPA KALO BANGUN, ITU PIALA KEBANGGAAN GUE JAMAN TK HAMPIR JATOH NOH."
Andra nyengir, lalu membetulkan posisi piala milik Zikri yang sudah diujung meja.
"Cafè Mentari yang di sebrang jalan komplek lo 'kan, Zik?"
Zikri mengangguk. Kemudian, Andra buru-buru memakai jaketnya.
"Lo mau ke mana, heh?"
"Cabut dulu gue ya, guys. Ada urusan."
Zikri berdecak. "Dasar, kesini cuma numpang rebahan."
Setelah itu ia melirik Aldi yang sedang melahap pisang goreng.
"Lo gak pulang?"
Aldi menaikkan alisnya. "Lo ngusir?"
Zikri melempar bantal sofa tepat ke arah Aldi. "Gue nanya, jancuk!"
Aldi terkekeh. "Entar aja gue pulangnya, abisin pisang gorengnya dulu. Sayang nih, masih banyak."
•••
Setelah memarkirkan motornya, Andra masuk ke dalam cafè yang penuh dengan anak remaja seusianya.
Bukannya mencari tempat duduk yang nyaman, cowok itu berjalan menuju toilet.
Ia bersandar di tembok depan toilet laki-laki yang menghadap ke toilet perempuan. Saat matanya menangkap bayangan dari lorong toilet perempuan, ia menegakkan badannya lalu berpura-pura merapikan pakaiannya.
"Dih, kok lo di sini?"
Andra menaikkan sebelah alisnya. "Ini cafè buat tempat umum 'kan, bukan rumah lo? Suka-suka gue lah mau nongkrong di mana."
Gea berdecak sebal, lalu berjalan meninggalkan Andra yang diam-diam menyunggingkan sudut bibirnya.
Kemudian Gea berbalik badan dengan kasar sambil menunjuk Andra dengan telunjuknya.
"Lo jangan ngikutin gue terus dong!"
Andra menepuk pelan kening Gea. "Gak usah kepedean gitu deh. Gue mau duduk di sini, kok."
"Awas deh, badan buntel lo ngalangin." sambung Andra sambil menarik kursi di samping Gea.
Gea yang tak terima dikatai menendang tulang kering Andra, lalu meninggalkan Andra tanpa berkata apa-apa lagi.
Andra mengusap tulang keringnya yang malang. "Bar-bar bener buset dah, bisa buyar nih tulang gua kena hantam dia."
Kemudian Andra mengambil buku menu yang ada di atas meja. Ia membolak-balikkan halamannya sambil sesekali melirik Gea yang kini sedang mencatat pesanan pelanggan di meja yang tak jauh dari tempatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
GEANDRA
Teen FictionIni tentang Gea dan Andra. Gea adik kelasnya Andra, sementara Andra kakak kelasnya Gea. Andralie Zafran, si kakak kelas tengil yang menyukai Sargea Wulandari. Punya setumpukan sepatu milik Gea, yang sayangnya hanya sebelah. Gea suka yang berbau Kor...