GEA merebahkan kepalanya di lipatan tangannya yang ada di atas meja. Bel istirahat sudah berbunyi dari 5 menit yang lalu, tapi gadis itu sama sekali tidak tertarik untuk mengisi perutnya di kantin.
Matanya mengedip dengan badan yang menggeliat tak nyaman saat suara-suara teman sekelasnya mengusik tidurnya.
"Kenapa sih berisik-berisik? Gak liat orang lagi tidur?" ketus Gea.
Salah seorang teman perempuannya memisahkan diri dari gerombolannya, lalu menghampiri Gea.
"Ge, itu Kak Andra sama Kak Dimas berantem di kantin. Lo gak mau misahin?"
Dahi Gea berkerut. "Kenapa harus gue yang misahin? Panggil guru-guru lah!"
"Soalnya mereka berantem pake bawa-bawa nama lo, Ge. Kali aja lagi rebutin lo." teriak seorang cowok dari kursi pojok kelas.
Gea berdecak, lalu bangkit dari kursinya. Ia akan menghampiri Andra dan Dimas. Mau Gea pites-pites rasanya dua orang itu, malu-maluin Gea saja berantem pakai bawa-bawa nama dirinya.
Gea berdecak sebal saat melihat kantin yang ramai. Bukannya memisahkan, siswa-siswi itu malah asyik menonton perkelahian dua makhluk itu. Sayup-sayup ia mendengar suara Andra dan Dimas yang saling membentak.
"Gimana gue bisa minta maaf ke Gea kalo lo aja ngehalangin gue buat ketemu sama dia, bangsat!" teriak Dimas sambil melayangkan pukulan ke wajah Andra.
Dengan cepat Andra menangkis gerakan tangan Dimas. "Gak guna lo minta maaf. Gea trauma gara-gara lo. Kalo gak bisa nepatin janji, ya gak usah sok-sokan mau nganter Gea pulang!"
"Gue 'kan udah bilang dari tadi, gue ada urusan kemarin. Lo gak usah sok peduli gini deh sama Gea."
Andra melayangkan tinjunya tepat di pelipis Dimas. "Gue peduli sama Gea karena gue sayang sama Gea. Gak ada yang boleh nyakitin Gea! Gara-gara lo Gea hampir diperkosa, setan! Gara-gara lo dia jadi nangis kemarin!"
"Andra, cukup!" teriak Gea saat berhasil membelah kerumunan siswa-siswi.
Raut wajah Gea merah padam, ia mendekati Andra. Begitu sampai di hadapan Andra, ia menampar pipi kiri Andra.
"Ge... " ujar Andra yang tak menyangka bahwa Gea akan menamparnya.
"Kenapa lo sebar kejadian itu? Lo mau buat gue malu?" desis Gea.
Andra yang telah sadar ternyata perkataannya tadi menyinggung Gea pun dengan cepat meraih tangan Gea.
"Ge, sorry gue gak bermaksud. Gue bener-bener lagi emosi, Ge."
Gea menepis tangan Andra. "Lo ngomong sekenceng itu seakan-akan lo lagi bikin pengumuman, Dra. Lo gak berhak buat umbar-umbar kejadian itu."
Gea berbalik badan, ingin segera pergi dari kantin. Ia tak mau menjadi pusat perhatian dan menjadi bahan gosip lambe-lambe turah yang ada di sekolahnya.
Andra menarik lengan Gea. "Ge, tunggu, Ge. Maafin gue."
Gea berhenti melangkah, tapi tidak membalikkan badannya untuk menghadap Andra.
"Gue kecewa sama lo."
•••
Begitu bel pulang berbunyi, dengan cepat Andra keluar dari kelasnya, bahkan guru yang mengajar pelajaran terakhir di kelasnya baru akan bangkit dari kursinya.
Tujuan Andra adalah kelas Gea, ia harus bisa mendapatkan maaf dari gadis itu. Gea tidak boleh kecewa padanya, apalagi membenci dirinya.
Andra sampai di kelas Gea dengan napas yang tersenggal-senggal, lumayan juga lari-larian dari lantai dua ke lantai satu.
Ia bersandar di tembok samping pintu kelas Gea, menunggu gadis itu keluar. Begitu Gea sudah keluar, dengan gerakan spontan Andra menarik pergelangan tangan Gea.
Gea terkejut, lalu langsung menepis tangan Andra.
"Gea, gue minta maaf ya? Pulang sama gue 'kan?"
"Gue gak pulang sama lo. Lo juga gak perlu anter jemput gue, Dra. Jadi, besok gak usah ke rumah gue lagi."
"Gak masalah kalo lo masih marah sama gue, tapi demi keselamatan lo, Ge. Izinin gue buat anter jemput lo, sesuai perkataan gue kemarin." ujar Andra dengan lembut.
"Gue bisa berangkat dan pulang sekolah sendiri, gue bukan anak TK."
Andra memejamkan matanya sejenak sambil menghela napasnya. "Terus sekarang lo mau pulang sama siapa? Ada jemputan?"
"Sama gue."
Andra berbalik badan, lalu dengan tajam menatap Dimas. Hanya sebentar melirik Dimas, setelahnya ia berbalik menghadap Gea kembali.
"Lo gak bakal pulang sama dia 'kan, Ge?" tanya Andra harap-harap cemas.
Raut wajah Andra berubah datar saat melihat kepala Gea yang ter-angguk, membenarkan kalau dirinya akan pulang bersama dengan Dimas.
Andra terkekeh lirih. "Gue heran sama lo. Gue udah rela babak belur gini demi lo,"
Andra memandang kecewa pada Gea. "Lo masih aja milih dia? Setelah apa yang menimpa lo kemarin?"
Gea terdiam, lebih baik menunggu Andra selesai berbicara.
"Lo gak tahu seberapa khawatirnya gue sama lo? Gue marah, Ge, sangat. Kalau aja bunuh orang gak ada hukumannya dan gak berdosa, kemarin udah gue habisin orang-orang yang mau ngelecehin lo. Hati gue sakit waktu lo nangis-nangis di pelukan gue. Lo anggep apa arti peduli gue ini?"
Andra tersenyum kecut. "Tapi sekarang terserah lo, Ge. Emang dari awal gue cuma jadi pengganggu buat lo. Apa yang gue lakuin buat lo selalu salah di mata lo,"
"Silakan lo pulang sama Dimas.
Gue cabut."Itu kata-kata terakhir dari Andra sebelum akhirnya ia memutuskan untuk pergi meninggalkan Gea dan Dimas dengan membawa rasa kecewa dan amarah yang bersarang di hatinya.
_______
Helauuu gess!
Akhirnya aku update lagi huhu. Maaf banget aku selalu update lama. Aku lagi sibuk banget. Sekolah online malah bikin tambah sibuk guys, apalagi kalo ada tugas yang deadline parah T_T
Kegiatan kalian apa aja nih selama #dirumahaja ? Bosen kah?
Baca cerita-cerita aku aja ya buat nemenin kegabutan kalian 😂
Sampai jumpa di part selanjutnya~
Salam,
San❣

KAMU SEDANG MEMBACA
GEANDRA
Fiksi RemajaIni tentang Gea dan Andra. Gea adik kelasnya Andra, sementara Andra kakak kelasnya Gea. Andralie Zafran, si kakak kelas tengil yang menyukai Sargea Wulandari. Punya setumpukan sepatu milik Gea, yang sayangnya hanya sebelah. Gea suka yang berbau Kor...