21

951 47 0
                                    

GEA mengerjapkan matanya, tangannya meraih ponsel yang ada di atas nakas, seketika matanya membulat saat melihat jam yang tertera pada layar ponsel.

Gea berdiri dari kasur, kemudian memegang ujung bajunya yang sudah berganti menjadi piyama.

"Lah, siapa yang gantiin?" gumamnya.

Ia keluar kamar, hendak mencari keberadaan Mamanya.

"Ma."

"Eh udah bangun? Enak ya yang diantar pulang, digendong sampai kamar pula." sindir Mamanya.

"Ih Mama apaan sih." dengus Gea.

"Lagian kamu ini kebo banget sih, tidur gak tau tempat. Dimana-mana pules, gampang diculik nih kamu."

Gea berdecak, lalu mencomot keripik singkong yang ada di toples.

"Ini Mama yang gantiin baju aku?"

"Bukan, pacarmu yang gantiin."

Setelah itu Gea terbatuk-batuk, lalu menoleh dengan cepat ke arah Mamanya, membuat Mamanya itu tertawa geli.

"Pacar apaan kali. Boro-boro pacar, temen juga enggak."

Mamanya menepuk-nepuk lengan Gea. "Heh, gak boleh gitu. Dia anak baik tau, Ge."

Bibir Gea mengerucut. "Sok tau Mama. Baik dari mana?"

"Kalo gak baik mah, udah dibuang kali kamu ke jurang, gak mungkin dia nganterin kamu. Sampe susah-susah ngegendong lagi, padahal kan kamu berat."

Gea mendengus kesal, kemudian ia berdiri.

"Mau kemana kamu?"

"Dapur, Ma. Laper." teriak Gea yang sudah melangkah menuju dapur.

"Mau makan apa, toh? Aku belum masak. Mau ngacak-ngacak dapur juga gak bakalan ketemu lauk." gumam Mamanya itu sambil cekikikan.

•••

"Ma, aku berangkat!" teriak Gea dari ruang tamu.

"Jangan lupa bawa pulang itu motornya, Ge. Kalau sampai hilang, Mama potong uang jajan kamu!" balas Mamanya yang juga berteriak karena ia sedang berada di dapur.

Setelah itu, dengan tergesa-gesa Gea berlari menuju halte untuk menunggu bus.

"Papa segala keluar kota, jadi naik bus 'kan gue." gerutu Gea sambil menendang botol bekas yang ada di jalanan, untungnya tidak ada korban dari lemparan Gea.

"Bus! Woy bus, berhenti! Orang cantik belum naek ini!"

Gea menggeram, kalau sudah begini mending Gea memilih bolos saja sekalian.

"Dasar bus butut, gue ditinggalin." racaunya.

Gea merogoh tasnya, ia mengambil cardigan abu-abu miliknya lalu memakainya. Tangannya menyumpalkan earphone ke kedua telinganya.

Di perjalanan kakinya tak henti-hentinya menendang sesuatu yang ada di aspal, masa bodoh jika akan terkena orang. Moodnya sedang tidak baik hari ini.

Ia melihat ada sebuah cafe di sebrang jalan. Ia memutuskan untuk menyebrang. Matanya dengan awas memastikan bahwa tidak ada kendaraan yang melaju dengan sembrono. Kan tidak lucu jika dirinya tertabrak saat ingin bolos, Gea sadar diri jika dirinya banyak dosa.

Setelah memastikan bahwa jalanan lenggang, Gea menyebrang dengan langkah cepat. Sesungguhnya Gea sangat takut jika menyebrang jalan raya sendirian seperti tadi. Tapi demi melancarkan aksi bolosnya, Gea harus memberanikan diri.

Gea masuk ke dalam cafe tersebut, ia berdecak kagum melihat interior di dalamnya. Terdapat aroma coklat yang hangat menguar sampai ke indera penciumannya.

Ia duduk di pojok, di dekat rak buku yang penuh dengan buku-buku. Gea yang penasaran pun menghampiri rak buku tersebut, tangannya mengambil salah satu novel yang ada disitu.

"Sudah pesan sesuatu, Kak?"

Gea sedikit berjengit, membuat pelayan tersebut meringis sambil meminta maaf.

"Ah, saya pesan lemon tea sama pancake caramel almond saja." kata Gea, lalu meletakkan buku menu di atas meja.

"Itu saja, Kak?" Gea mengangguk.

Saat pelayan tersebut hendak berbalik, Gea memanggilnya.

"Buku ini boleh saya baca?" tanya Gea sambil mengangkat novel yang tadi diambilnya.

Pelayan tersebut tersenyum. "Boleh, Kak. Buku-buku ini memang diperuntukkan untuk pengunjung kok, agar tidak jenuh saat menunggu makanannya tiba."

Pelayan tersebut akhirnya melangkah pergi saat Gea mengucapkan terimakasih.

Gea membolak-balikkan buku tersebut sebelum akhirnya membukanya, ia membaca lebar per lembar pada halaman buku itu.

"Seru juga." komentarnya.

Tak lama, makanan yang ia pesan datang. Setelah menandai halaman terakhir yang ia baca, Gea pun menutup buku tersebut, lalu memakan makanannya.

"Enak juga tempatnya, kayaknya gue harus sering-sering kesini nih. Apalagi kalo lagi dalam keadaan badmood kayak gini."

Gea membuka ponselnya, lalu menyalakan data selulernya.

Gea mengernyit saat melihat pesan masuk di pop-up pada layar lockscreen.

"Nomor siapa ini?" tanyanya heran.

Ia membuka pesan tersebut.

+62 857XXXX
Lo bolos?

Gea mengerutkan keningnya, lalu membiarkan pesan tersebut tanpa mau membalasnya.

_______

Hai readers tercintaahh~ aku balik lagi>•<

Sorry buat kelambatan updatenya hehe, aku lagi fokus sama ceritaku yang satu lagi soalnya.

Semoga masih ada yang setia baca kisah Mbak Gea dan Mas Andra ya. Kalau gak ada yang baca nanti mereka sedih:<

Ok, sampai jumpa di chapter selanjutnya yaaa:>

Babay~

GEANDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang