03

2.1K 104 11
                                    

"NGAPAIN lo ke rumah gue?" Gea menatap Andra dengan tajam.

Shaidan melirik Gea yang sudah turun dari tangga, setelah Gea sudah dekat dengannya, ia pun menjitak adiknya itu dengan penuh kasih sayang.

Yang dijitak pun mengelus jidatnya, dan tak lupa bibirnya yang tipis sudah maju dengan seksinya, "Abang durhaka lo. Kalo gue bego kayak lo gimana?"

Tuk! Lagi-lagi jidatnya yang seksi ini kena pukul, kali ini menggunakan kunci mobil milik Abangnya itu.

Shaidan tak mempedulikan Gea yang sudah mencak-mencak tidak jelas, ia menarik Andra yang sedari tadi melongok melihat kelakuan ajaib adik-kakak itu.

Shaidan mendaratkan bokongnya ke sofa yang ada di ruang tamu, begitupun dengan Andra.

Gea datang dengan tampang kusutnya, "Ngapain masih disini? Enyah lo dari rumah gue!"

Shaidan melempar bantal sofa ke arah Gea, dan sasarannya tepat mendarat di wajah Gea, "Bangsul lo Bang!"

"Elo tuh bangsul! Orang mah makasih, kakak kelas lo ini udah berbaik hati biayai mobil gue ke bengkel, pake segala repot-repot bawa kemari lagi," Shaidan melotot tajam pada adiknya, "Tanggung jawab lo, gantiin duit yang tadi dipake Andra buat bayarin mobil gue yang mogok!"

Gea mendelik tajam ke Andra yang sudah tersenyum tidak jelas, macam orang gila baru, pikirnya.

"Ogah!" Gea berbalik badan, meninggalkan kedua pria gesrek tersebut di ruang tamu.

Andra terkekeh, "Gak usah dibayar gak papa Bang. Lo udah ngerestuin gue sama adik lo aja gue udah bersyukur banget,"

Shaidan tertawa kecil, "Ah masalah kecil itu mah, gue restuin kok. Semangat ya calon adik ipar," Andra ikut tertawa mendengar celetukan Shaidan.

•••

"Eh, Mama sama Papa udah pulang," Gea cengengesan saat melihat kedua orang tuanya itu sudah ada di hadapannya.

"Baru juga ditinggal sehari udah bikin ulah aja kamu, ini rumah kenapa kayak kapal pecah begini sih Gea?" Mamanya itu mengusap wajahnya, bingung dengan tingkah laku anak gadisnya itu.

"Maaf Ma hehe, tadi aku khilaf berantakin ini"

"Khilaf Ibumu!" desis Mamanya.

Gea menggaruk kepalanya, "Ibu aku kan Mama, bukan khilaf," jawabnya sambil menunjuk Mamanya yang sudah menggeram kesal.

"Kamu kalau lagi diomelin ngejawab mulu sih ih! Mama capek sama kamu Gea,"

"Loh kok capek sama Gea sih, salah Mama sendiri, siapa suruh jalan-jalan sampe malem begini. Inget umur Ma, Mama udah TUA, jangan kebanyakan jalan-jalan, entar masuk angin lho,"

Loh? Sebenernya yang lagi dinasehatin ini siapa sih? Kenapa jadi Gea yang menasehati Mamanya yang jelas-jelas lebih tua darinya? Sepertinya harus di ruqyah ini si Gea, pikir Mamanya jengkel.

Papanya yang sedari tadi diam, menghela napasnya. Sudah sering melihat istri dan anaknya ini adu mulut seperti ini, kalau tidak ada yang memisahkan, bisa sampai pagi mereka akan terus beradu mulut.

"Udahlah Gea nurut aja sama Mama, sekarang kamu beresin ini semua, habis itu tidur. Mama sama Papa mau istirahat dulu,"

Nah kan! Kalau Tuan Besar sudah mengeluarkan kalimatnya, bisa apa Gea? Kalau membantah bisa-bisa uang jajannya dipotong jadi seribu. Dapat apa seribu? Cimin?

Akhirnya dengan sangat terpaksa, Gea merapikan ruang tamu yang sudah berantakan akibat ulahnya itu. Bungkus makanan dimana-mana, bantal sofa yang sudah tak beraturan, bahkan bantal dan sofanya saja sudah jauh terpisahkan.

Gea memungut kulit kacang yang berserakan di bawah karpet, "Halah, gak di sekolah, gak di rumah, mungutin sampah mulu gue. Kayaknya gue berbakat jadi tukang sampah ini mah,"

"SARGEAAA WULANDARIII, LIPSTIK MAMA KOK PATAH, BEDAK MAMA KENAPA KAMU KASIH MERICA GEAAA?!"

Gea menepuk jidatnya, "waduh! Mampus dah gue. Lipstik Mama kan tadi gue potek buat nandain mangga tetangga, kalo bedak Mama yang gue campur pake merica buat ngejailin Abang,"

Gea menghela napasnya, besok ia harus irit. Nasib-nasib, bersabarlah Gea.

_____

TBC~

GEANDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang