"MASIH pusing?"
Gea menggeleng. "Kagak. Udah lo balik sana, entar dicariin emak."
Andra terkekeh. "Lo kira, gue anak gadis yang harus dicari-cari sama emaknya kalo jam segini belum balik?"
Gea menggedikan bahunya. Kemudian ia meraba saku seragam dan juga saku roknya.
"Cari ini?" Andra menggoyang-goyangkan kunci mobil milik Gea.
Gea ingin mengambil kunci tersebut dari tangan Andra, tapi Andra sudah lebih dulu menjauhkannya dari jangkauan Gea. "Gue yang nyetir. Lo tinggal duduk manis sembari liatin gue yang kece ini aja." Andra menaik-turunkan alisnya.
Gea berdesis. "Najong! Geleuh aing mah."
"Eh, lo ngomong apa?"
"Kepo!" teriak Gea, setelah itu ia berjalan pelan menuju Honda jazz putih milik Abangnya itu.
Sebelum memasuki mobil, Gea lebih dulu menoleh ke arah Andra. "Lo kok tau gue naro mobil di mana? Mobil gue kok udah ada di sini aja?" tanya Gea bertubi-tubi.
Karena seingatnya, mobilnya ini ia parkir di rumah sepupunya.
Andra senyum-senyum sambil mengedikkan bahunya, membuat Gea masuk ke dalam mobil sambil merengut kesal.
Gea memasang seatbelt-nya, lalu menyenderkan kepalanya di sandaran kursi. "Motor lo gimana?"
"Gampang itu mah. Nanti bisa diambil abis nganterin lo balik." jawab Andra, lalu mulai menarik pedal gas.
Gea merogoh-rogoh tasnya, ia mengerutkan dahinya saat benda yang ia cari tak ditemukannya. Ia menoleh ke kanan. "Lo liat handphone gue gak?"
Andra mengangguk. "Nih, ambil aja."
Gea berdecak. "Ya, di mana?"
"Di saku celana gue. Saku sebelah kanan, nih."
Gea melotot, kemudian ia memukul lengan Andra dengan kencang. "Lo nyuruh gue udek-udek kantong celana lo gitu?!" tanya Gea dengan sewot.
Andra tertawa kecil. "Udek-udek? Apaan kali dah!"
Kemudian Andra mengarahkan telunjuknya ke saku seragamnya. "Tenang aja, tadi gue bercanda. HP lo ada di sini, nih ambil sendiri."
Gea mencibir, lalu menarik cepat ponselnya ke luar dari dalam saku Andra, yang justru malah menghantam dagu Andra.
Andra meringis sambil mengusap dagunya yang barusan terhantam oleh benda pipih milik Gea. "Lo ngambilnya selow aja sih. Aduh, sakit nih. Untung tadi gue gak refleks banting stir ke trotoar, bisa kecelakaan nih."
Gea tertawa sambil menggumamkan kata "Maaf."
"Lagi nge-chat siapa lo itu?"
Gea mendelik. "Gak usah tanya-tanya deh, fokus nyetir aja lo."
"Lagi sakit masih aja songong, minta ditempeleng nih bocah." gerutu Andra.
Gea mendengar gerutuan Andra, tapi ia lebih memilih menyandarkan tubuhnya lalu memejamkan matanya.
Andra menoleh sekilas kepada Gea. "Tidur apa pingsan?"
"Bawel! Gue mau tidur dulu, jangan macem-macem ya lo! Cukup nyetirin ini mobil aja sampe rumah gue dengan selamat."
Andra mencibir. "Iya, Kanjeng Ratu."
•••
"Loh! Ini Gea kenapa?"
Andra tersenyum kecil. "Gak papa kok, Tan. Gea-nya cuma tidur, kecapek-an mungkin dia."
Wanita setengah baya yang diyakini Andra sebagai Ibu dari Gea tersebut mengangguk paham, lalu menyuruh Andra untuk membawa masuk Gea yang masih dalam gendongan Andra.
"Taruh di situ aja Gea-nya, tidur di sofa dia mah udah biasa."
Andra tertawa kecil, lalu merebahkan tubuh Gea di atas sofa dengan perlahan.
"Yaudah, saya pamit dulu, Tante. Udah sore juga ini."
"Loh kok buru-buru? Gak nungguin Gea bangun dulu?"
Andra melirik sekilas ke arah Gea yang masih memejamkan matanya. "Gak usah, Tante. Saya pamit pulang aja, permisi."
"Jangan!"
Andra yang sudah ingin menyalami tangan Mama-nya Gea, terlonjak kaget mendengar seruan Gea.
Gea merubah posisinya menjadi duduk, ia mengucek kedua matanya. "Motor lo?"
Andra tersenyum kecil saat melihat Gea yang menguap tanpa menutup mulutnya. "Ya ini makanya mau pulang cepet biar bisa ngambil motor gue."
Gea menggeleng, lalu menepuk sofa sebelahnya yang kosong. "Duduk aja dulu, motor lo udah diambilin sama temen gue. Bentar lagi paling."
"Nah iya, mending duduk aja dulu. Temenin Gea, Tante bikinin minuman dulu ya?"
"Gak usah repot-repot, Tante. Duh, jadi enak."
Fara—Mamanya Gea itu hanya tertawa kecil, lalu melangkah menuju dapur.
Andra menjatuhkan tubuhnya di sofa, jarinya menoyor dahi Gea. "Tidur, bego! Lagi sakit bukannya tidur malah main hape mulu."
Gea memandang tajam Andra. "Suka-suka gue lah. Situ yang sewot sih?"
Andra berdecak. "Keras kepala."
Andra merebut ponsel dari genggaman Gea. Gea memandang tidak terima, tapi Andra tidak memedulikan itu. Kemudian ia menarik kaki Gea untuk berselonjor di sofa, kemudian membetulkan posisi Gea. "Tidur aja. Kalo main hape terus yang ada lo makin pusing."
Gea berdecih, kakinya menendang punggung Andra. "Gak usah sok care deh lo."
Andra tersenyum kecil. "Terserah lo mau bilang gue apa. Yang pasti, gue tulus peduli sama lo."
Andra melepas jaket yang ada di tubuhnya, lalu menyelimuti tubuh Gea dengan jaketnya.
Gea memerhatikan gerak-gerik Andra. Lalu mengalihkan pandangannya saat Andra menatap matanya lekat.
"Kalo gue gak bisa jadi pacar lo, seenggaknya lo bisa terima gue sebagai temen lo, bukan musuh lo."
Gea tertegun.
Bisa kah?
_______
Hollaaa...
Pa kabs nii?
Lama tidak update hehe. Akhirnya bisaa update lagi setelah sekian lama hiatus.
Masih adakah pembaca GEANDRA? Kalo masih, ya alhamdulillah:')
Jangan lupa bintangnya guys. Tunggu chapter selanjutnya, see you❤

KAMU SEDANG MEMBACA
GEANDRA
Dla nastolatkówIni tentang Gea dan Andra. Gea adik kelasnya Andra, sementara Andra kakak kelasnya Gea. Andralie Zafran, si kakak kelas tengil yang menyukai Sargea Wulandari. Punya setumpukan sepatu milik Gea, yang sayangnya hanya sebelah. Gea suka yang berbau Kor...