45

295 32 6
                                    

GEA duduk di kursi belakang dengan wajah tertekuk masam. Ia tak habis pikir, bagaimana bisa si Mak Lampir musuhnya ini ada di dalam mobil Abangnya. Duduk di kursi depan pula.

"Kenapa si, Bang, nebengin Mak Lampir ini?"

Dengan pandangan yang masih lurus ke depan, Shaidan menjawab, "Duh, bentar dulu, Ge. Diem sampai kita nyampe di cafè tempat lo kerja."

"Gue gak minta dijemput sekarang ih, bisa berangkat sendiri ke cafè juga." dumelnya.

Brita menoleh ke belakang. "Berisik tau gak lo!"

Gea melotot. "Eh lo diem aja ya, gembel. Gak usah ikut-ikut!"

Shaidan mendesah, kepalanya sudah cukup sakit hari ini.

"Kita perlu ngelurusin sesuatu, Ge, jadi mending lo diem dulu. Tunjukin aja jalannya kemana lagi ini."

Gea memanyunkan bibirnya. Ia memilih menyandarkan tubuhnya, lalu memejamkan matanya.

•••

"Gue mau kerja, Bang!"

Shaidan menarik lengan Gea. "Duduk dulu sini, Ge. Gue udah izinin lo, kok."

Gea memanyunkan bibirnya, lalu menghempaskan bokongnya dengan kasar di kursi sebelah Shaidan.

Shaidan duduk menyerong, menghadap Gea. "Ge, coba lo jelasin sama dia. Mana mungkin 'kan gue perkosa dia."

Gea melototkan matanya dengan bibir yang terbuka. "Ma—maksudnya gimana?"

Brita memandang marah ke arah dua orang di depannya. "Abang lo, udah buat masa depan gue hancur."

Shaidan mengusap kasar wajahnya. "Bukan gue yang apa-apain lo!"

Brita merogoh tasnya, mengambil ponselnya. Tangannya membuka galeri di ponselnya, lalu menunjukkan sebuah gambar ke depan wajah Shaidan.

"Ini apa? Malam itu, lo yang udah perkosa gue 'kan? Gak usah ngelak, gue butuh tanggung jawab lo!" kata Brita dengan bibir yang bergetar, hendak menangis.

Shaidan menggeleng. "Sumpah demi apapun, gue cuma nolongin lo. Gue gak tau apa-apa."

Gea berdehem. "Brit, kayaknya lo salah paham."

"Lo gak usah ikut campur. Jangan mentang-mentang dia Abang lo, lo ngebela dia ya."

Gea menggeram. "Gue ada di sana juga malem itu. Gue sama Abang gue emang yang nolongin lo waktu itu."

Gea menunjuk ponsel yang ada di genggaman Brita. "Foto itu, kayaknya sengaja diambil orang. Seolah-olah emang Abang gue pelakunya."

Gea mengangkat tangannya, menghentikkan Brita yang hendak membuka suara. Lalu, ia mengambil paksa ponsel milik Brita.

"Liat ini," Gea mengetuk layar ponsel Brita yang ia zoom.

"Ini gue, lagi buka pintu mobil buat lo masuk. Jadi guenya gak begitu keliatan di foto ini." jelas Gea sambil menunjuk seorang gadis yang mengenakan hoodie abu-abu tengah membelakangi kamera.

Brita menangis, ia meremas kencang rambutnya. "Ja—jadi, siapa yang ngelakuin itu ke gue?"

Gea dan Shaidan saling pandang, mereka pun cukup merasa kasihan melihat kondisi Brita. Terutama, Gea. Permusuhan mereka ini ternyata karena salah paham. Pantas saja selama ini Brita selalu berniat menyakitinya. Gea jadi paham.

GEANDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang