GEA masih berada di rumah Andra, sekarang sedang duduk bersama Maminya Andra. Andra pamit ke kamar si kembar untuk menidurkan dua adiknya itu.
"Gea, muka si Andra kenapa ya? Kok Tante lihat, bonyok gitu."
Gea menggaruk tengkuknya sambil meringis, ia kira Maminya Andra tak menyadari perubahan wajah anaknya itu.
"Anu, tadi waktu di jalan mau ke sini, kita dihadang sama preman jalanan gitu, Tan. Terus Andra dihajar, deh." jelas Gea.
Mami menggeleng-gelengkan kepalanya, tangannya menyentuh pundak Gea. "Tante ambilin kotak P3K dulu, nanti kamu tolong bersihin luka Andra ya, Nak?"
Gea tak bisa menolak, mau tak mau ia mengangguk. Lalu Mami pergi meninggalkan Gea untuk mengambil kotak P3K.
Kaki Gea bergerak-gerak tak nyaman, sebenarnya ia ingin pamit pulang pada Maminya Andra, tapi wanita paru baya itu sudah lebih dulu meminta tolong kepadanya.
Tak lama Mami Andra datang dengan membawa kotak P3K, lalu memberikannya pada Gea.
"Tante minta tolong ya, anak cantik? Tante tinggal ke kamar gak apa-apa, sayang?"
Gea tersenyum kecil. "Iya gak apa-apa, Tan. Selamat istirahat, Tante."
Gea menatap kotak berwarna putih di tangannya. Tak lama kemudian Andra kembali ke ruang tamu, ia langsung menjatuhkan tubuhnya di samping Gea.
Gea yang terkejut atas kedatangan Andra memukul lengan Andra dengan kencang.
"Bisa gak sih lo kalo dateng gak dadakan gini?" gerutu Gea.
"Dadakan, emangnya gue tahu?" canda Andra.
Gea memutar bola mata, malas meladeni candaan Andra yang kelewat receh. Kayak celengan kodok milik Gea yang isinya recehan semua.
"Sini muka lo!"
Andra terkejut atas tindakan Gea yang dengan tiba-tiba memegang kedua pipinya, lalu menariknya lebih dekat. Bahkan bola mata Andra hampir lepas saking besarnya dia melotot.
"Ge, lo agresif ya." gumam Andra.
Gea berdesis, lalu menjitak kepala Andra. "Gak usah mikir yang enggak-enggak. Gue cuma mau ngobatin muka lo, bonyok tuh."
Gea membuka kotak P3K dengan tidak sabaran, lalu mengambil sebotol alkohol dan kapas untuk membersihkan luka di wajah Andra agar tidak infeksi.
"Nundukkan dong, gue capek dongak terus."
Dengan senyum tertahan Andra menurut, ia menurunkan kepalanya. Dengan pelan Gea mengaplikasikan kapas itu pada luka memar Andra.
"Mampus lo bonyok, gak bisa tebar-tebar pesona lagi."
Niat ingin mengejek, malah Gea yang jengkel saat mendengar balasan Andra.
"Oh, lo cemburu ya kalo gue tebar-tebar pesona sama degem-degem selain lo?"
"Gak usah pede lo, Jono!"
Dengan kesal Gea menekan kuat kapasnya pada luka Andra, membuat Andra berteriak kesakitan dengan sumpah serapah yang tidak sengaja keluar.
"Lo gila, ya! Sakit ini woy."
Gea berdecih. "Lo yang gila."
Gea memasukkan kembali alkohol dan sisa kapas yang belum dipakai, lalu merapikan kotak obat itu.
"Gue mau pulang."
Sadar atau tidak, kini bibir Andra sudah mengerucut. Ia masih ingin berlama-lama dengan gadis ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
GEANDRA
Teen FictionIni tentang Gea dan Andra. Gea adik kelasnya Andra, sementara Andra kakak kelasnya Gea. Andralie Zafran, si kakak kelas tengil yang menyukai Sargea Wulandari. Punya setumpukan sepatu milik Gea, yang sayangnya hanya sebelah. Gea suka yang berbau Kor...