GEA mengendarai motor maticnya dengan kecepatan di atas rata-rata, bersamaan dengan klakson motornya yang ia bunyikan sepanjang perjalanan sebagai tanda bahwa kendaraan lain harus segera menepi kalau tidak mau Gea tabrak.
Alasan Gea kebut-kebutan sepagi ini dikarenakan ia yang telat bangun. Ia lupa kalau semalam orang tuanya mengatakan akan menginap di rumah Neneknya, dikarenakan menjaga Neneknya yang tengah sakit. Jadilah Gea tidak ada yang membangunkan.
Padahal dirinya sudah bertekad ingin berubah, tidak mau datang terlambat ke sekolah lagi. Tapi nyatanya gelar 'kesiangan' dalam dirinya masih saja melekat.
Belajar dari pengalaman, Gea kembali menitipkan motornya di warung sebrang sekolahnya. Gadis itu akan memanjat gerbang di belakang sekolah. Tapi kali ini ia tidak melepas sepatunya, trauma katanya. Jangan sampai sepatunya ini hilang lagi.
Gea tersenyum puas saat berhasil masuk ke dalam halaman belakang sekolahnya. Sekarang ia harus mengendap-endap untuk bisa masuk ke dalam kelasnya tanpa ketahuan guru-guru.
Gea bersandar di dinding, lalu mengamati koridor yang sepi dari balik dinding. Setelah dipastikannya sudah aman ia berjalan menuju kelasnya dengan hati-hati.
Ia menunduk saat melewati kelas-kelas agar tidak kelihatan dari balik jendela kelas oleh guru-guru yang sedang mengajar.
Gea berhenti berjalan saat matanya menangkap sepasang kaki yang dibalut sepatu pantopel ber-hak, yang saat ini tengah berdiri tepat di hadapannya.
Perlahan Gea menegakkan badannya, lalu mengangkat kepalanya, bertujuan untuk melihat siapa kali ini guru yang berhasil memergoki dirinya.
Gea nyengir kuda sambil bergumam, "Eh, Ibu,"
"Eh, Gea," balas guru berhijab di depannya.
"Telat, hm?"
Gea mengangguk, masih dengan cengirannya.
"Jangan masuk kelas dulu. Ke lapangan sana, hormat ke bendera."
Gea mencebikkan bibirnya sambil membalikkan badannya.
"Eh, sebentar. Sini dulu."
"Ih kenapa, Bu? Gak jadi dihukum?"
Guru yang tidak Gea ketahui namanya itu mengambil ponselnya dari saku seragamnya, lalu membidik kamera ke arah Gea.
"Ih, Ibu mau ngapain poto-poto saya? Nge-fan sama saya, Bu?" kata Gea sambil menyilangkan tangannya di depan wajahnya.
"Ih, ngawur! Mau Ibu kirim ke wali kelasmu lho, biar tahu kalau anaknya telat lagi, telat lagi, telat teruuus."
Gea berdecak. "Baru telat lagi saya ini lho, Bu. Saya 'kan mau jadi anak baik-baik sekarang."
Guru itupun mengacungkan jempolnya. "Nah, betul itu! Jangan betingkah aje kerjaanmu itu lho, Gea."
"Sekarang, kerjain dulu itu hukumannya. Bel mata pelajaran kedua baru boleh masuk kelas ya! Ini Ibu catat namamu, jangan telat-telat lagi!"
Gea mengangguk, lalu berjalan ke lapangan untuk melaksanakan hukuman yang sudah ke-sekian kalinya ia dapatkan.
Gea melihat ada seorang laki-laki yang sedang berdiri sambil melakukan pose hormat, tengah berdiri membelakangi Gea.
"Ada yang dihukum juga?" gumamnya.
Gea berdiri di samping orang itu. Karena Gea orangnya kepoan, ia memiringkan kepalanya untuk melihat wajah laki-laki di sampingnya.
"Lho, Andra? Dihukum juga?"
Andra hanya melirik sekilas ke arah Gea tanpa menjawab pertanyaan gadis itu.
Gea mendengus kesal karena diabaikan oleh Andra.
"Dih, sombong banget." ujar Gea dengan ketus.
Jangan kira Gea itu orang yang gak peka ya. Gea ini tahu alasan Andra mendiami Gea, tidak seperti hari-hari biasanya yang suka sekali menjahili dirinya. Soal Andra yang berkata akan berhenti mengganggunya ia kira hanya sekedar omongan belaka, tapi ternyata Andra benar-benar mendiami dirinya.
Gea menggedikkan bahunya, kenapa juga ia harus memikirkan soal Andra yang berhenti mengganggunya? Harusnya Gea merasa senang karena kini tidak ada lagi yang menjahili atau bahkan merecoki hari-harinya.
Dua orang itu berdiri bersisian tanpa ada yang membuka suaranya, mereka hanya fokus pada hukumannya masing-masing.
Tiba-tiba Gea menjerit kencang saat sebuah bola basket berwarna orange terlempar mengenai pelipis kanannya. Gea tidak pingsan, tapi ia jatuh terduduk sambil memegangi mata kanannya yang terasa sakit karena hantaman bola orange itu.
"S—sorry, gue gak sengaja. Gue lagi pelajaran olahraga, bola basketnya gak sengaja kelempar ke arah lo. Sorry banget."
Gea memandang sinis kepada dua orang laki-laki yang berjongkok di hadapannya.
"Bacot! Lo kira gak sakit apa kena hantam bola seberat ini?"
Salah seorang yang tidak sengaja melempar bola itu meringis mendengar perkataan jutek Gea.
"Ya maaf deh, sini gue bantu lo ke UKS."
Gea menepis tangan laki-laki itu yang hendak menggendong tubuhnya. "Gak usah lo pegang-pegang gue. Sono pergi aja lo!"
Karena tidak ingin dimarahi Gea abis-abisan, akhirnya dua orang itu beranjak meninggalkan Gea yang masih duduk di aspal.
"Eh, bolanya siniin!"
Dua orang itu menatap ngeri ke arah Gea yang mengambil ancang-ancang untuk melempar bola basket tersebut. Mereka kira Gea akan balik melempar mereka dengan bola itu, tapi ternyata dugaannya salah. Gea malah melempar bola itu ke dalam tempat sampah yang tidak jauh dari tiang bendera.
"Buang aja tuh bola kalo lo pada gak bisa maininnya." sarkasnya.
Setelah dua orang itu pergi, Gea sama sekali belum berdiri. Matanya melirik-lirik ke arah Andra yang dari tadi masih tenang aja hormat ke bendera merah putih.
Ia berdehem cukup keras. "Aduh bola sialan, kepala gue nyut-nyutan."
"Woy Andra, lo gak mau bantuin gue ke UKS?"
Jeda 5 detik Andra baru menjawab.
"Yang kena hantam bola 'kan kepala lo, bukan kaki lo. Kakinya masih bisa digunain buat jalan sendiri, 'kan? Berdiri sendiri, gak usah manja!"
Setelah mengatakan itu, Andra mengambil tasnya yang ia letakkan di bawah tiang bendera, lalu pergi meninggalkan Gea yang ternganga tidak percaya bahwa seorang Andra bisa mengatakan kata-kata sarkastik seperti itu padanya.
_______
Hallooo guys!
Akhirnya bisa update lagiii. Maaf baru bisa update lagi, aku lagi sibuk bikin short film buat tugas sekolah. Harap maklum yaaa🙏
Gimana sama part iniii? Semoga suka! :D
Sampai jumpa di chapter selanjutnya 👋
Salam,
San❣

KAMU SEDANG MEMBACA
GEANDRA
Teen FictionIni tentang Gea dan Andra. Gea adik kelasnya Andra, sementara Andra kakak kelasnya Gea. Andralie Zafran, si kakak kelas tengil yang menyukai Sargea Wulandari. Punya setumpukan sepatu milik Gea, yang sayangnya hanya sebelah. Gea suka yang berbau Kor...