11

1.2K 56 2
                                    

INI hari minggu, yang berarti weekend.

Kebanyakan orang akan pergi jalan-jalan, menikmati waktu senggang, ataupun refreshing. Beda dengan Gea. Gea lebih memilih mendekam di kamarnya seharian, menonton drama Korea yang sudah didownloadnya, serta cemilan yang membludak untuk menemani waktu weekendnya.

Kalau kata Gea mah, "Menatap jodoh-jodoh gue di laptop jauh lebih fresh ketibang refreshing di luar rumah yang cuma ngabisin duit."

Gea menutup laptopnya setelah selesai menonton drama Korea favoritnya. Minggu ini, Strong Woman Do Bong Soon lah drama yang dipilih Gea.

Kini Gea beralih membuka ponselnya. Kemudian ia menyetel lagu Overdose dengan volume yang full. Tangan kanannya mencomot keripik singkong  yang ada di bungkus kemasan berwarna merah-kecoklatan.

"GEA!"

Gea mendengus, dengan kesal ia beranjak dari kasur empuknya. Gea membuka pintu kamarnya dengan setengah hati.

"Ada apa, Ma?" tanya Gea dengan lesu.

Fara menatap anak gadisnya dari atas sampai ke bawah, kemudian berdecak. "Kamu belum mandi, Gea?"

Gea menggaruk tengkuknya, lalu menggeleng polos.

Fara berkacak pinggang. "Ini udah jam sebelas siang, Gea. Mau mandi jam berapa kamu?"

Gea memutar bola mata malas. "Mamaku yang cantiknya ngalahin Mimi Peri—Aduh!"

Gea mengusap dahinya yang baru saja terkena jitakan manja dari Mamanya itu.

"Mimi Peri, Mimi Peri. Dia sama Mama ya jelas cantikan Mama lah! Kamu ini, gak ada yang lebih elit dari Mimi Peri apa?!"

Gea meringis. "Iya Ma, iya. Jadi, kenapa Mama manggil-manggil Gea?"

Fara tersenyum manis. Senyum yang malah membuat Gea bergidik. Mamanya ini pasti ada maunya. Senyum mautnya itu lho! Jangan mau ketipu sama senyuman manis Mamanya. Kalo kata Gea, itu bullshit.

"Mama mau minta Gea buat ngapain?" tembak Gea to the point..

Fara nyengir. "Ah kamu nih tau aja."

Dan untuk yang kedua kalinya, Gea memutar bola matanya lagi. "Yaudah, suruh apaan nih?"

Fara memberi segulung kertas kepada Gea. Gea menerimanya, lalu membuka gulungan kertas itu. Oh, ternyata isinya tulisan berupa daftar belanja.

Gea mencibir. "Kenapa gak Mama aja yang beli sih? Lagian tumben banget nyuruh Gea buat belanja ke Supermarket. Biasanya juga Mama sama Papa yang belanja. Gea gak mau ah, Ma!"

Fara berkacak pinggang. "Mama minta tolong. Kamu gak mau nolongin Mama? Mau duit jajannya dipotong?"

Gea mendengus. Lagi-lagi uang jajannya yang menjadi taruhannya. "Yaudah. Mana uang belanjanya?"

Fara mengernyit. "Kamu gak mandi dulu?"

Gea nyengir. "Enggak usah lah. Lagian Supermarketnya juga cuma di depan komplek. Gea gak mandi juga tetep cantik."

Fara menggeleng-gelengkan kepalanya. Punya anak gadis kok ya males banget toh.

Fara merogoh uang di saku daster rumahan yang dikenakannya. Kemudian menyerahkannya kepada Gea.

Gea menuruni tangga rumahnya. Tangannya terampil untuk mengikat rambut sepunggungnya menjadi satu.

Gea berjalan santai menyusuri jalan. Sesekali tersenyum menanggapi sapaan para ibu-ibu komplek perumahannya yang sedang bergosip ria.

Setelah sampai, Gea langsung mengambil trolley, lalu beranjak ke rak-rak khusus bahan-bahan kue. Mamanya itu memang suka sekali membuat kue.

Gea berdecak saat melihat benda yang ingin diambilnya, terlampau tinggi di atas rak. Ia berjinjit, bahkan sesekali melompat kecil untuk meraihnya.

Derita orang pendek! umpat Gea yang sudah jengah.

"Eh?" Gea tersentak saat tubuhnya mulai limbung akibat dirinya yang melompat.

Dirasakannya ada sebelah tangan yang melingkar cantik di pinggangnya, tujuannya untuk menahan tubuh Gea yang limbung. Sementara sebelah tangannya mengambil benda yang ingin diambil Gea.

Gea membalikkan tubuhnya. Matanya melotot saat melihat seorang cowok berprawakan jangkung tengah nyengir di hadapannya.

Gea bergidik, ngapa suka banget nyengir sih ni orang? Jadi silau gue.

"Makanya gak usah belagu. Udah tau pendek, bukannya minta bantuan." Cowok itu, Andra. Ia mengulurkan benda yang tadi diambilnya ke arah Gea.

Gea menerimanya. "Makasih!" katanya dengan ketus, membuat Andra terkekeh.

Gea beranjak dari tempatnya, sementara Andra terus mengikutinya, sesekali bersiul.

Gea berhenti melangkah secara tiba-tiba, dan untungnya Andra bisa ngerem. Kalau bablas, terus nabrak punggung Gea 'kan yang ada Andra-nya malah jadi enak sendiri. Ehh...

Gea berbalik badan, matanya menatap nyalang Andra. "Lo ngikutin gue ya?"

Dengan wajah santainya, Andra menjawab, "Demi keselamatan adik kelas sekaligus pujaan hati gue, gue selaku kakak kelas lo yang paling tampan tiada tara. Ini sudah kewajiban sebagai umat yang paling ganteng untuk menemani, mengekori, dan melindungi lo dengan setulus hati, jantung, ginjal, dan segala jenis anggota tubuh bagian dalam lainnya."

Andra nyengir, sedangkan Gea menatap Andra dengan muka datarnya. Kemudian menjawab, "Oh."

Setelah itu, Gea berjalan meninggalkan Andra yang mematung beserta suara 'nyesss' yang bersarang di hatinya

Miris sekali jadi Andra. Udah ngomong panjang lebar, dan responnya hanya kata 'oh'.

Hah! Andra mah sudah kebal menghadapi spesies sejenis Gea itu. Untung Andra sayang, jadi gak perlu repot-repot untuk menendang Gea ke Antartika. Cukup kekepin Gea di hatinya saja Andra udah seneng kok.


_______

Halohaaa!👋

Alhamdulillah Try Outnya sudah selesai, jadi bisa update lagi deh🙌

Tapi maaf nih ye kalo pendek. Makluminlah anak seumur jagung ini:"

Hope like it. See you

GEANDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang