"BELANJAAN dia saya yang bayar, Mbak."
Gea berdecak. "Gue punya duit kali. Ambil aja nih kartu lo."
"Terima aja napa sih, Ge. Itung-itung balas budi gue gara-gara lo udah bantuin gue."
"Kalo gue bilang enggak ya enggak. Gue patahin juga nih kartu lo."
Perdebatan mereka akhirnya dihentikan oleh mbak-mbak kasir yang sudah ketar-ketir, takut kalau dua anak muda di depannya ini tak jadi belanja.
"Mas, Mbak, jadinya belanjaannya dibayar siapa ya? Maaf, tapi di belakang udah banyak yang antre, Mas."
Dengan cepat Andra memberi kartu debit kepada Mbak-Mbak kasir, membuat Gea berdecak kesal.
"Tanggung. Bawain noh sekalian belanjaan gue!" kata Gea dengan ketus, lalu keluar dari supermarket.
Tak lama kemudian Andra keluar. Ia terkekeh melihat Gea yang duduk di kursi depan supermarket sambil memanyunkan bibirnya.
"Ayo, Ge."
Gea menatap tajam Andra. "Sini belanjaan gue, jangan dicolong!"
"Eum, anu, Ge."
"Apaan?" ketus Gea.
"Ikut gue ke rumah, yuk?"
Mata Gea membulat. "Ogah. Mau culik gue ya, lo?"
Andra meringis. "Lo liat belanjaan gue banyak gini, Ge. Sedangkan gue bawa motor, susah bawanya. Lo tolong gue bawain belanjaan gue ya, Ge?"
Gea menggeleng. Lalu tangannya ingin merebut plastik belanjaannya yang masih ada di tangan Andra.
"Gue gak bakalan kasih belanjaan lo kalo lo gak mau bantuin gue."
Gigi-gigi Gea bergemeletuk. Kesal menghadapi sikap Andra yang sukanya maksa.
"Udah malem, Andra. Gue bisa dicariin nyokap gue nanti."
Andra memasang wajah melasnya. "Ayolah, Ge."
Kening Gea berkerut, merasa mengingat sesuatu.
"Ei, sepatu gue lo ambil kan tadi sore." todong Gea.
Andra nyengir. "Gue balikin kalo lo bantuin gue deh."
Memang tak ada cara lain lagi. Kalau Gea pulang tanpa membawa tentengan yang disuruh Mamanya itu, bisa-bisa Gea disuruh tidur di luar.
"Yaudah lah. Tapi cepetan ya, jangan kebanyakan modus."
Andra tersenyum lebar. Lalu menyerahkan 2 kantung ukuran sedang milik Gea dan 4 kantung besar belanjaan milik Maminya.
"Ih buset dah main ngasih-ngasih aja, untung gak jatoh nih plastik." gerutu Gea.
"Ayo, Ge, naik!"
"Ih ini susah." gumam Gea.
Andra meraih semua plastik yang ada di genggaman Gea. Lalu membiarkan gadis itu menaiki motornya.
"Ke rumah lo dulu kali ya, Ge?" tanya Andra sambil menyerahkan kembali plastik-plastik belanjaan kepada Gea.
"Ngapain?"
"Rumah lo lebih deket dari sini, kan? Ini belanjaan lo taro rumah dulu, sekalian minta izin sama nyokap lo."
Gea mengibaskan telapak tangannya. "Terserah deh terserah. Ayo jalan dulu, tangan gue pegel."
Setelah itu Andra mulai menjalankan motornya menuju rumah Gea.
Tak butuh waktu lama. Sekitar 10 menit mereka sampai di depan rumah Gea.
"Ini bantuin ih. Banyak banget, hampir jatuhan nih isinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
GEANDRA
Ficção AdolescenteIni tentang Gea dan Andra. Gea adik kelasnya Andra, sementara Andra kakak kelasnya Gea. Andralie Zafran, si kakak kelas tengil yang menyukai Sargea Wulandari. Punya setumpukan sepatu milik Gea, yang sayangnya hanya sebelah. Gea suka yang berbau Kor...