50

277 27 3
                                    

ANDRA menghembuskan asap rokok dari mulutnya, matanya menatap kosong jalanan yang sepi.

Seseorang menepuk bahunya.

"Kenapa lagi, sih? Tumbenan mau bolos, katanya udah tobat."

"Gak usah berisik, kalo gak mau cabut nemenin gue mending balik ke sekolah aja kalian."

Zikri dan Aldi saling pandang, tak menyahuti dan juga tak meninggalkan Andra.

Dengan melihat wajah Andra yang kaku, mereka bisa tahu bahwa Andra tidak sedang baik-baik saja, maka mereka hanya bisa menunggu sahabatnya itu kembali baik-baik saja dan mau cerita pada mereka.

Tapi tidak dengan kebiasaan buruk Andra, mereka tidak bisa diam saja saat Andra kembali mengambil Satu batang benda bernikotin itu.

Zikri mengambil rokok itu sebelum Andra membakarnya.

"Dra, udah, Dra. Lo udah abis berapa batang itu?"

Andra menatap tajam Zikri. "Lo mau gue pukul?"

"Lebih bagus lo lampiasin ke gue daripada paru-paru lo rusak gara-gara rokok ini."

Andra menarik kerah seragam Zikri. Sementara Aldi berusaha menenangkan Andra.

"Dra, hei, lepasin!"

Zikri menatap Aldi sambil menggeleng. "Gak pa-pa, Di."

Andra menutup matanya sejenak, lalu melepaskan cekalannya pada seragam Zikri.

Zikri tersenyum kecil sambil menepuk pelan pundak Andra dua kali.

Andra kembali duduk di kursi panjang sambil mengusap wajahnya.

"Gea gak inget gue." adunya dengan lirih.

"Amnesia?" sahut Aldi terkejut.

Tiba-tiba Andra berteriak sambil menjambak rambutnya.

"Ah! Belum disukain Gea, udah dilupain aja. Jadi gue harus berjuang apa coba ngelepas Gea?"

"Berjuang dari nol lagi kalo emang lo bener-bener sayang sama Gea. Mungkin ini kesempatan lo?"

Andra mengernyit. "Kesempatan apa?"

"Ya karena Gea gak ngenalin lo, dia jadi gak ada alasan buat benci sama lo 'kan. Kali aja kalo lo pepet dia lagi, dia jadi suka sama lo."

Andra tersenyum kecut mendengar perkataan Zikri, ia jadi merasa menjadi cowok pengecut dengan memanfaatkan ketidaksadaran Gea terhadap dirinya.






•••

"Udah jam istirahat, nih. Balik ke sekolah gak?"

Andra mengangguk. "Balik aja."

Saat sudah di belakang sekolah, handphone Andra berdering.

"Kalian berdua manjat duluan aja, gue nyusul."

Setelah memastikan teman-temannya itu sudah turun ke dalam halaman sekolah, Andra mengangkat panggilannya.

"Kenapa, Bang?"

"Soal Gea, gue minta maaf."

Andra tersenyum kecut. "Ngapain minta maaf sih, Bang? Gak ada yang tau 'kan kalo bakalan begini keadaannya."

Jeda beberapa detik, tidak ada yang berbicara.

GEANDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang