"GE, bangun. Mau ke sekolah jam berapa kamu?"
Gea menggeliat sambil bergumam tidak jelas, membuat mamanya itu menggeleng heran.
"Bangun ih! Sekolah!" titah mamanya lagi.
Gea menarik selimutnya yang melorot. "Aku gak sekolah lagi, boleh ya, Ma?"
Mamanya itu berkacak pinggang, lalu menarik sebelah telinga Gea. "Alesan lagi? Kemaren-kemaren Mama suruh istirahat malah kemana? Keluyuran, hm?"
"Aduh! Iya, iya. Gea bangun. Lepas dong, Ma."
Dengan setengah sadar akhirnya Gea beranjak dari ranjangnya yang empuk itu. Berjalan sempoyongan hingga menabrak pintu kamar mandi yang tertutup, membuat sang mama cekikikkan di tempatnya.
"Jomblo ya? Sampe pintu kamar mandi aja dicium, hihi."
•••
Hari ini Gea tidak telat datang ke sekolah. Untungnya mamanya yang cantik itu ingin mengantarnya ke sekolah, coba kalau tidak. Dapat dipastikan Gea akan terkena hukuman untuk yang kesekian kalinya.
"Jangan bandel. Gak usah macam-macam kamu kalo di sekolah. Mau uang jajannya mama potong?"
Begitulah pesan beserta ancaman yang dikatakan mamanya tadi pagi, dan dengan patuh Gea mengangguk daripada uang jajannya dipotong.
"Gea, bisa fokus ke pelajaran saya? Jika tidak, silahkan keluar."
Gea menegakkan badannya, lalu setengah memperhatikan guru perempuan di depannya itu. Entahlah, Gea hanya merasa tidak mood saja hari ini. Mungkin dikarenakan hari ini yang memang hari pertama Gea kedapatan tamu bulanannya. Perutnya terasa nyeri, jadi tidak ada niatan untuk membalas teguran gurunya tersebut seperti hari-hari sebelumnya.
Pelajaran kedua adalah pelajaran Pendidikan Jasmani. Yang artinya ia akan berpanas-panasan di tengah-tengah lapangan.
Bel usai pelajaran pertama sudah berbunyi, digantikan dengan pelajaran kedua. Dengan malas Gea berdiri dari kursinya, mengambil kaos olahraganya di dalam tas, lalu melangkah menuju toilet dengan tangan yang memegang perutnya.
Gea memasuki salah satu bilik yang ada di toilet, lalu mulai mengganti pakaiannya.
Setelah selesai, Gea keluar dari dalam toilet tersebut. Kembali menuju kelasnya untuk menaruh seragam putih abu-abunya ke dalam tas.
"Ge! Tolong ambilkan bolanya!"
Gea yang baru saja sampai di lapangan, sedikit terkejut karena adanya bola basket yang menggelinding ke arah kakinya. Dengan lemas ia menendang bola oren itu. Kemudian duduk di pinggir lapangan, memperhatikan anak-anak cowok yang sedang mengoper-oper bola bulat berwarna oren itu.
Hari ini guru olahraga mereka tidak hadir, alhasil pelajaran olahraga kali ini free alias bebas berolahraga sendiri. Hal itu membuat Gea menjadi bosan karena hanya duduk-duduk saja di pinggir lapangan.
Gea beranjak dari lapangan menuju rooftop. Setelah sampai, gadis itu membuka pintu rooftop yang memang tidak pernah terkunci. Angin menerpa wajahnya saat kakinya melangkah.
Gadis itu tersenyum lebar. "Nah, gini 'kan enak. Seger, gak semrawut kayak tadi."
Criett...
Pintu terbuka, menampilkan wajah cantik perempuan yang kini menghampirinya.
"Hai, Gea..."
Gea mengernyit. "Lo ngapain di sini? Gak belajar?"
Gadis itu terkekeh. "Lo tau gue 'kan? Mana betah sih gue di dalam kelas terus."
Setelah mengatakan itu, tangan gadis itu menyalahkan pematik untuk membakar ujung gulungan tembakau. Gea pun baru sadar kalau gulungan tembakau itu sudah ter-apit manis di bibir gadis tersebut.
Gea berkedip dua kali. "Masih ngerokok aja lo."
Gadis itu tertawa kecil. "Mau?"
Gea bergidik, lalu menggeleng. "No, thanks."
"Gimana hubungan lo sama Dimas?"
Gea terdiam, kemudian ia terduduk di lantai. Mengabaikan pertanyaan gadis itu.
"Kok gak dijawab? Gak berjalan mulus ya? Why?"
Terdapat nada mengejek di dalam perkataan gadis itu. Membuat Gea menghembuskan napasnya. Lalu beranjak dari tempatnya duduk.
"Udah diapain aja lo sama dia?"
Perkataan gadis itu membuat Gea menghentikkan langkahnya. Lalu mengepalkan kedua tangannya.
"Jaga omongan lo itu ya, Kak!"
"Oh? Kenapa? Omongan gue ada yang salah ya?" Ia menutup mulutnya, menampilkan ekspresi terkejutnya yang dibuat-buat. "Gue ralat deh. Udah sejauh mana nih Dimas memperlakukan lo?"
"Kak Brita! Jaga omongan lo. Jangan pikir gue gak tau ya, semua itu ulah lo 'kan? Dasar bitch! Tega-teganya lo ngelakuin hal bodoh itu. Gak waras lo."
Setelah itu, dengan cepat Gea pergi dari tempat itu, meninggalkan Brita yang tertawa sumbang.
"Gue gak akan begini kalo aja abang lo gak sebrengsek itu ngehancurin masa depan gue."
Kemudian Brita mengambil selembar foto di dalam saku roknya, lalu membakar foto itu hingga hangus tak tersisa.
'I hate you, Shaidan.'
_______
Woahh kenapa niii?
Ada apa dengan abang shaidan yang kece badai?
Baca terus ceritanyaaa yaaa. Jangan bosen-bosennnn.
Kalo saya lama apdetnya, ya ditunggu aja toh he he. Maklum, minggu kemaren lagi pts jadinya baru apdet sekarang.
Stay terus ya di GEANDRA.
See you. Babayy~❤

KAMU SEDANG MEMBACA
GEANDRA
Teen FictionIni tentang Gea dan Andra. Gea adik kelasnya Andra, sementara Andra kakak kelasnya Gea. Andralie Zafran, si kakak kelas tengil yang menyukai Sargea Wulandari. Punya setumpukan sepatu milik Gea, yang sayangnya hanya sebelah. Gea suka yang berbau Kor...