44

278 33 0
                                    

SUARA bel istirahat yang biasanya dinanti-nantikan oleh Gea, kini rasanya Gea tak mau mendengarnya. Jika bisa, bel istirahat itu digantikan saja dengan bel pulang.

Ingin menetap di kelas, tapi perutnya tidak bisa diajak kompromi. Rasa lapar membuat Gea mau tak mau melangkahkan kedua kakinya menuju kantin.

Matanya menyipit, celingukan mencari orang yang akan ia hindari hari ini. Jangan sampai bertemu, batinnya terus berucap.

Tapi namanya jodoh ya mungkin. Bukannya Gea yang menemukan Andra, tapi cowok itu yang sudah lebih dulu melihat Gea. Bahkan, kini telapak tangan cowok itu sudah bertengger di atas kepala Gea, membuat perempuan itu berjengit.

"Eh tangan lo gak sopan amat nemplok-nemplok di kepala gue." protes Gea.

"Meja gue di sono, cepet beliin pesenan gue."

Rasanya Gea ingin menimpuk Andra dengan meja yang ada di kantin ini deh. Songong betul cowok itu, main suruh-suruh Gea seenaknya. Untung Gea orangnya sabar, jadinya meja-meja di kantin tidak melayang ke muka songong Andra.

Dengan menghentak-hentakkan kakinya, Gea pergi untuk memesan minuman pesanan Andra.

Wajah kesal Gea tak luput dari penglihatan Andra. Cowok itu terkekeh di tempatnya, membuat beberapa temannya menggelengkan kepalanya.

Zikri melempar kulit kacang ke arah Andra. "Katanya mau udahan, gak ganggu-ganggu lagi."

"Sok cool aja dia bilang begitu di depan Gea, padahal mah abis ngomong gitu uring-uringan tiga hari tiga malam." cibir Aldi yang masih teringat kelakuan Andra tempo hari.

"Ya gimana, gangguin Gea tuh udah kayak makanan sehari-hari buat gue. Mau jauhin, tapi kalo ketemu refleks terus. Bawaannya pengen godain aja." katanya sambil senyum-senyum.

Zikri dan Aldi bergidik geli.

"Najisin banget temen lo, Di. Bucin banget."

Aldi mengangguk, lalu tangannya memukul-mukul meja heboh, membuat irama.

"Cinta ditolak emang gak enak,"

"Hoya hoye!" Zikri menambahkan sambil memajukan wajah tengilnya kepada Andra.

"Cinta ditolak emang gak enak." dengan suara sumbangnya, Aldi bernyanyi lagi.

"Ya! Ya!" Zikri kembali teriak.

Dengan geram, Andra menggeplak kepala Zikri dan Aldi yang gesreknya sedang kambuh.

Di tengah-tengah kericuhan antara tiga sekawan itu, datang Gea dengan segelas teh manis pesanan Andra.

Andra bersidekap, gaya-gayaan pasang wajah cool gitu.

"Lama amat." cibirnya.

"Ngantre!" Nahkan Gea ngegas.

Andra mengerutkan keningnya, menatap isi yang ada pada gelas di hadapannya.

"Kok anget? Esnya mana?"

Gea menggeram, lalu berbalik badan meninggalkan Andra yang berteriak memanggilnya.

"Emang lo mintanya gimana tadi? Kasian anak orang lo suruh-suruh gitu." kata Aldi.

"Es teh manis anget."

"Hah?" Aldi dan Zikri sama-sama bingung ini kawan-kawan.

"Iya, gue pesennya es teh manis anget."

Zikri dengan paksa tertawa tanpa suara, kepalanya tertoleh pada Aldi sambil menunjuk-nunjuk Andra.

"Temen lo, Di. Makin gak waras."

GEANDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang