"INGET, besok jangan berangkat duluan. Tunggu gue jemput!" kata Andra dengan tegas.
Gea hanya mengangguk tanpa ada protes sama sekali, ia masih cukup shock dengan kejadian tadi.
Andra mengacak rambut Gea. "Jangan dipikirin. Masuk ke dalam, mandi, abis itu istirahat."
"T-tapi gue la-per." ujar Gea masih dengan sesenggukan.
Andra memejamkan matanya sejenak, Gea terlalu menggemaskan jika seperti ini.
"Yaudah, abis bersih-bersih badan makan, ya? Abis itu istirahat."
Gea menggeleng. "Enggak nafsu makan. Nanti langsung tidur aja, deh."
Sekali lagi Andra mengacak rambut Gea dengan gemas. "Masuk, gih. Pasti capek 'kan?"
Gea mengangguk. "Pulangnya hati-hati."
Andra mengangguk. Cowok itu tak langsung menjalankan motornya, ia menunggu Gea masuk ke dalam rumahnya. Setelah memastikan Gea sudah aman, ia menjalankan motornya.
Gea masuk dengan langkah gontai. Bahkan ia melewati Mamanya yang sedang nonton televisi di ruang tamu, membuat Mamanya itu menaikkan alisnya heran.
"Ge, kok datang-datang langsung nyelonong aja? Gak salim dulu sama Mama?"
Gea berhenti, ia berbalik badan dan menghampiri Mamanya hanya untuk menyalimi tangan wanita paru baya itu. Setelahnya ia kembali berjalan menaiki tangga.
Sesampainya di kamar, ia merebahkan dirinya di kasur, lalu kembali menangis saat mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Begitu mendengar suara dentingan notifikasi dari ponselnya, Gea menyeka air mata beserta ingusnya yang keluar dengan lengan seragamnya.
+62 857XXX
Jangan nangis lagi, ya. Mending tungguin abang go food, gue udah beliin lo makanan. Ada es krim juga, semoga ga cair deh. Dimakan ya :)•••
"Ge, bangun. Kamu ih gak malu apa jam segini masih tidur? Udah ada Andra itu di bawah."
Gea tak mengindahkan suara sang Mama. Ia meraih gulingnya yang tadi ditarik oleh Mama, lalu memeluknya erat agar tidak dicuri lagi.
"Ada Andra, Gea. Bangun apa mau Mama siram?" ancam Mamanya yang sudah kepalang geram melihat anak gadisnya yang susah dibangunkan.
Dengan berat hati Gea mulai merenggangkan otot-ototnya sambil membuka matanya perlahan.
"Masih ngantuk, Ma."
Mama berkacak pinggang. "Itu ada Andra di bawah, kasihan dia nungguin dari tadi."
Dengan cepat ia langsung beranjak dari kasurnya, bibirnya maju beberapa senti. Ia lupa jika mulai hari ini Andra akan menjemputnya.
Gea yang notabenenya malas mandi, akhirnya mandi dengan kecepatan kilat. Bahkan jika dihitung, Gea hanya menyirami tubuhnya dengan air sebanyak 7 kali siraman.
Sesudah mandi, Gea memakai seragamnya. Masih dengan baju yang nge-pas badan, tapi seenggaknya Gea sudah tidak mengeluarkan bajunya dari rok.
Tak lupa ia memoleskan lipgloss rasa cherry ke bibirnya, setelah itu ia memasukkan buku ke tas sesuai jadwalnya.
Di tangan kanan menenteng tas ranselnya, lalu di tangan kiri memegang sepatu. Kemudian, Gea berlari menuruni tangga. Dapat dilihat, di ruang tamu sudah ada Andra yang sedang mengobrol dengan Papanya.
"Ih ngapain sih jemput jam segini? Masih pagi buta, juga." gerutu Gea begitu sampai di ruang tamu.
"Matamu itu yang buta, Ge. Lihat jam makanya." Mama nyeletuk sambil menuruni anak tangga.
"Yaudah berangkat sekarang yuk, Ge. Keburu telat."
"Iya sabar, gak liat apa gue lagi pake sepatu?"
Andra tersenyum saat melihat Gea yang sedang memakai sepatu pemberiannya.
"Dah, yuk berangkat! Pa, Ma, berangkat dulu."
Gea menyalimi tangan orang tuanya, diikuti oleh Andra. Lalu, Gea nyelonong keluar rumah duluan, Andra pun mengikuti lagi.
"Nih, pake helm!" Andra menyodorkan helm berwarna putih.
"Dih merah putih, udah kayak bendera aja." Gea berkomentar.
Andra terbahak. Ia baru sadar jika membawakan helm berwarna putih untuk Gea, sedangkan dirinya mengenakkan warna merah.
"Bisa gak naiknya?" tanya Andra.
"Bisa lah. Naik pagar sekolah yang menjulang aja bisa, masa cuma naik motor kayak gini aja gak bisa." jawabnya sewot.
Andra bersyukur Gea sudah lebih baik dari kemarin. Kalau nyolotnya sudah kembali, berarti Gea sudah tidak sedih memikirkan kejadian kemarin lagi.
"Pegangan."
"Gak usah modus, Bambang!"
Andra terkekeh. "Gak usah gengsi, Markonah! Itu tangan lo udah pegang-pegang gue."
"Aelah pegang jaket doang ini, gak usah kepedean Anda."
Andra menggeleng-gelengkan kepalanya, gemas dengan Gea dan gengsinya yang tinggi. Pada akhirnya, dengan jahil ia menambah laju motornya.
"Bangciaat, kalo mau ngebut bilang-bilang dong! Kalo gue kejengkang gimana, Andraaa?" teriak Gea sambil memukul helm belakang Andra.
Andra tertawa, reaksi Gea sangatlah lucu. Karena Gea yang terus memukul punggung Andra dengan kesal, akhirnya ia kembali mengendarai motor dengan kecepatan normal. Bisa-bisa, begitu sampai di sekolah punggung Andra jadi bolong karena terus ditampol Gea.
Tak lama kemudian, mereka sampai di sekolah. Gea turun dari motor begitu Andra sudah memarkirkan motornya dengan benar.
Gea menepuk-nepuk punggung Andra agar berbalik badan ke arahnya.
"Apa?"
Gea hanya menunjuk-nunjuk kepalanya dengan jari telunjuk. Untungnya Andra cowok yang peka. Ia mengerti jika gadis itu meminta untuk dibukakan helmnya.
"Manja." ejeknya.
Gea memeletkan lidahnya. "Biarin lah. Tangan gue lagi mager."
Begitu sudah dibuka, Andra menaruh helmnya di kaca spion motornya.
"Kak Dimas!"
Air muka Andra berubah. Ia menarik lengan Gea begitu melihat gerak-gerik Gea yang akan menghampiri Dimas.
"Gue anter lo sampai kelas. Jangan hampirin Dimas!"
_______
Hallo kawan-kawan~
Semoga suka dengan part ini :)
Sampai jumpa di part selanjutnya👋
Salam,
San❣

KAMU SEDANG MEMBACA
GEANDRA
Teen FictionIni tentang Gea dan Andra. Gea adik kelasnya Andra, sementara Andra kakak kelasnya Gea. Andralie Zafran, si kakak kelas tengil yang menyukai Sargea Wulandari. Punya setumpukan sepatu milik Gea, yang sayangnya hanya sebelah. Gea suka yang berbau Kor...