"SARGEAAA! Jangan lari kamu!"
Gadis yang diteriaki itu, Sargea. Sargea atau yang kerap disapa Gea itu berlari menjauhi Bu Dona.
Bukan tanpa alasan Bu Dona mengejar Gea. Pasalnya, pagi ini gadis itu membuat onar lagi.
Pagi tadi, Gea menendang dua tempat sampah di dekat koridor kelas dua belas, dan saat itu juga Bu Dona lewat. Alhasil, Bu Dona yang badannya... ehm—tahu kepala sekolah yang ada di film kartun upin ipin itu 'kan? Nah sekiranya segitulah— terpeleset kulit pisang.
"SARGEA WULANDARI, BERHENTI!"
Gea menengok ke belakang, lalu ia tertawa saat dilihatnya jarak diantara Bu Dona dengannya terlampau jauh.
"AYO KEJAR DONG, BU." sahut Gea dari kejauhan.
Koridor pagi ini yang tadinya sepi, kini menjadi gaduh dan berisik. Murid-murid yang berlalu lalang di sekitarnya hanya menggelengkan kepalanya, maklum. Sudah hal biasa melihat pemandangan seperti ini setiap pagi. Oh ralat, bahkan hampir seharian ini. Sudah tidak kaget lagi jika melihat keonaran yang terjadi di sekolah ini. Semua tahu, ini penyebab dari Gea. Si Troublemaker Queen. Mereka menyebutnya begitu.
Gea tersenyum cerah saat melihat pintu kelasnya yang tinggal sejengkal itu. Setelah sampai, ia membuka pintu itu.
Kakinya berjalan santai menuju ke singgasananya, kursi paling pojok di dekat jendela. Gea mendaratkan bokong seksinya itu ke kursinya, lalu meniup pelan poninya yang mengganggu penglihatannya itu. Terpikir di benaknya untuk menggunting poninya yang menjuntai sampai matanya itu.
Ia melipat kedua tangannya di atas meja. Lalu mulai menelungkupkan kepalanya di atas lipatan tangannya itu. Pagi yang lelah untuk Gea.
Brak!
Suara dentuman yang amat keras itu menghentikan kegiatan seluruh manusia di kelas X IPS 3 ini. Hampir semua mengusap dadanya, ada juga yang merapalkan istighfar.
Pandangan murid-murid itu kini tertuju kepada Bu Dona yang berjalan menghampiri meja Gea.
Sedangkan Gea sendiri masih asik di alam mimpinya.
Pelan-pelan Gea membuka matanya, tangannya meraba-raba telinganya yang panas. "Aduh ih, sakit. Siapa sih yang—" ucapannya terputus saat kepalanya menoleh ke samping.
Gea nyengir. "Eh si Ibu yang seksi, bohai, pokoknya yang aduhai lah. Ngapain Bu?"
Bu Dona melotot tajam ke Gea. "Berdiri kamu! Ayo ikut Ibu!"
Gea beranjak dari tempat duduknya itu, sesekali meringis meresapi jeweran Bu Dona yang maknyos itu.
"Mau ke mana sih, Bu? Ibu ngajakin saya bolos ya? Ih, gak baik tau Bu— Wadaw!" Gea memekik saat Bu Dona kembali menarik telinganya.
"Sakit ih si Ibu mah, narik-narik kuping saya terus. Kalo copot gimana nih, Bu?"
Bu Dona menggeram kesal. "Kamu itu bawel sekali sih. Diam bisa? Ikuti Ibu saja sih!"
Bu Dona memijat pelipisnya yang berdenyut. Kapan sih kepala cantiknya itu tidak berdenyut saat berhadapan dengan gadis mungil tapi punya segudang kelicikan itu? Hanya orang yang memiliki iman kuatlah yang dapat sabar dan tahan dengan tingkah Gea ini. Kecil-kecil tapi kok nakal?
KAMU SEDANG MEMBACA
GEANDRA
Teen FictionIni tentang Gea dan Andra. Gea adik kelasnya Andra, sementara Andra kakak kelasnya Gea. Andralie Zafran, si kakak kelas tengil yang menyukai Sargea Wulandari. Punya setumpukan sepatu milik Gea, yang sayangnya hanya sebelah. Gea suka yang berbau Kor...