34

602 53 8
                                    

"GE, itu nyokap lo dateng? Tadi nanyain lo pas ketemu gue."

Gea yang sedang minum segelas es jeruk kesukaannya terbatuk-batuk saat mendengar laporan dari teman sekelasnya.

"Yang bener lo? Jangan ngadi-ngadi ah." jawab Gea, masih tidak percaya.

"Liat aja dah sendiri, nyokap lo ke ruang guru tuh kayaknya."

Gea beranjak, dengan terpaksa ia meninggalkan es jeruknya yang belum habis. Tapi sebelum pergi dari kantin, ia menepuk bahu temannya itu.

"Eh Baso Aci, tolong bayarin minuman gue dulu dong."

"Ih Gea, Aci aja jangan pake baso dong!" sungut Aci.

Gea mengangguk. "Iya Aci Aja, tolong bayarin minuman gue, ya? Nanti gue bayar kok, santuy."

"Bayarnya kapan?"

Gea nyengir. "Insya Allah kalo gak lupa."

Setelah itu Gea ngacir, meninggalkan Aci yang sudah memasang wajah sebal.

"Eh, Ge, tadi gue liat nyokap lo."

Gea menatap tajam orang yang dengan lancang menghadang jalannya.

"Udah tau, makanya ini gue mau nyusul. Awas napa!"

Gea melanjutkan lagi langkahnya menuju ruang guru. Di belakang Gea, Andra mengikuti.

Andra menabrak punggung Gea saat perempuan itu berhenti di depan pintu ruang guru.

Gea berbalik badan, memandang kesal ke arah Andra.

"Ngapain sih ngikutin gue? Pake segala modus-modus nabrak gue lagi."

"Ya siapa suruh berhenti gak bilang-bilang."

"Ya siapa suruh ngikutin gue ke ruang guru." balas Gea dengan ketus.

Andra menggaruk-garuk kepalanya, ia selalu kalah dalam beradu mulut dengan Gea.

"Ya refleks aja, kaki gue maunya ngikutin lo."

Gea ingin membalas, tapi pintu ruang guru sudah terbuka. Gea yang memang berada di depan pintu, ikut terdorong bersamaan dengan pintu yang di dorong dari dalam.

"Gea, ngapain di depan pintu? Nguping?" tanya Bu Nur.

Dengan cepat Gea menggeleng. "Enggak kok, Bu. Saya mau nungguin Mama saya."

"Dia nih yang mau nguping." lanjut Gea sambil menunjuk Andra.

Andra melotot. "Mana ada. Jangan fitnah gitu dong, sayang."

Gea berkacak pinggang. "Eh sayang pala lo peyang!"

"Duh, Gea, udah ah. Kamu teriak-teriak gini, gak malu?" tegur Mama.

"Saya permisi ya, Bu." pamit Mama kepada Bu Nur.

Gea mengikuti langkah Mamanya. "Kirain gak mau dateng."

"Keburu numpuk nanti surat panggilannya." ucap Mama sarkastik.

Gea masih mengikuti langkah Mamanya hingga gerbang. Gea heran, kenapa Mamanya tidak berkata apa-apa setelah keluar dari ruang guru? Sungguh tidak mungkin jika Bu Nur tidak membeberkan semua perbuatan buruknya kepada sang Mama.

"Kok kamu ngikutin Mama sampai keluar gini? Udah bel itu, masuk! Jangan coba-coba bolos lagi ya."

"Mama kok gak ngomelin Gea? Bu Nur tadi ngomong apa aja? Gea gak diskors 'kan?"

"Ish, bawel kamu. Masuk sana."

Gea cemberut. "Yaudah Gea masuk. Mama hati-hati di jalan."

Mama tersenyum hangat, ia merapikan anak rambut yang menempel di kening Gea.

"Dasar anak bandel, sukanya bikin khawatir orang tua."

Dengan canggung Gea membalas senyuman Mamanya.

"Ini tadi Papa nitipin uang, buat ongkos pulang ya."

Gea memeluk Mama. "Makasih, Ma. Tolong bilangin makasih juga ke Papa. Maafin Gea."

"Iya, Gea, enggak apa-apa. Sekarang masuk, ya. Inget, jangan bolos!"

"Oke!"

Setelah itu Gea berlari kecil menuju kelasnya. Belum sampai di depan kelas, Gea sudah dikejutkan kembali oleh kehadiran Andra yang entah dari mana dia muncul.

"Ish, gila lo bikin kaget mulu."

Andra nyengir. "Sorry."

"Ngapain sih? Gue mau cepet-cepet ke kelas, udah masuk tau."

"Gue mau minta maaf, Ge. Pasti kemarin lo dimarahin orang tua lo, ya?"

Gea mendengus. "Makanya punya mulut jangan ember!"

"Ya 'kan gue mana tau kalo ternyata lo belum ngasih tau nyokap lo."

"Yaudah. Udah 'kan cuma mau ngomong itu? Gue mau masuk kelas nih."

Andra menahan lengan Gea saat perempuan itu hendak melangkah.

"Pulang naik apa?"

"Terbang."

Andra menyentil dahi Gea. "Yang bener, Markonah!"

"Jalan kaki."

Alis Andra terangkat satu. "Serius?"

Gea hanya mengangguk.

"Pulang sama gue, mau?"

"Gak mau." Gea menjawab cepat.

"Kenapa?"

"Gue pulang sama Kak Dimas."

Raut wajah Andra berubah tak suka. "Tadi katanya jalan kaki."

"Baru inget kalo ada janji sama dia."

Andra melepaskan cekalan tangannya pada lengan Gea.

"Oh yaudah. Have fun ya sama Dimas." ujar Andra tanpa ekspresi.

Gea menggaruk hidungnya. "Dia kenapa?"




_______

Helauuu!

Akhirnya bisa update lagiii. Maaf ya buat part ini aku cuma bisa ngetik segini, buat next part aku usahain buat panjangin ceritanya deh.

Terimakasih sudah sabar menunggu. Sayang readers banyak-banyak~💕

Sampai jumpa di part selanjutnya👋

Salam,

San❣

GEANDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang