17

1K 50 0
                                    

GEA menangis tersedu-sedu, sesekali menggigit ujung bantal yang ada di pangkuannya. Tisu-tisu berserakan di lantai dan di kasurnya.

Gea mengelap buliran air yang merosot dari dalam lubang hidungnya dengan tisu. Matanya menatap sendu layar datar di hadapannya. "Ih be–berasa ditinggal pas lagi sayang-sayangnya, nih."

Ia meremas gulungan tisu di tangannya, lalu melemparnya asal. "Ba–baru gue suka, ma-masa udah mau bubar aja, sih! Sa–sakit hati gue liatnya."

"Yang sabar ya kesebelasannya gue, Oppa-oppa gue, bebep-bebep gue. Tenang aja, nanti gue bikin agensi sendiri deh. Isinya cuma kalian, gak ada yang la–laen." ujarnya lagi, lalu terisak kembali.

Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dengan kasar, hingga menimbulkan suara berdebam yang membuat telinga berdengung. Di sana berdiri seorang wanita setengah baya dengan daster andalannya.

"Kamu kenapa, Ge? Ceurik? Why atuh, Neng? Ada yang nyakitin? Sok atuh bilang sama Mama! Berani-beraninya nangisin anaknya Mama Fara yang cetar membahenol ieu."

Gea diam sejenak, lalu melanjutkan sesi tangis-menangisnya, membuat Mamanya itu menatap Gea dengan heran.

"Kamu kenapa sih, Ge? Sini cerita sama Mama. Duh, ya ampun! Ini kamar apa kapal pecah?" Fara bergidik geli melihat tisu-tisu bertebaran di mana-mana.

Gea menoleh ke arah Mamanya yang berdiri jauh dari ranjangnya, lalu menunjuk layar datar di depannya. Perlahan Mamanya itu berjalan mendekat ke ranjang, lalu duduk di pinggir ranjang.

"Tuh Ma, liat!" tunjuk Gea yang masih memasang wajah sendu.

Penasaran dengan apa yang ditunjuk oleh anak gadisnya itu, perlahan mendekatkan wajahnya ke layar laptop. Dahinya mengernyit. "Siapa itu, Gea? Eleuh-eleuh mukanya sama semua, Ge. Kembar banyak, ya? Banyak banget kembarnya, Ge."

Gea menepuk keningnya dengan gemas. Kembar dari mananya, sih? Mamanya itu perlu kacamata minus kayaknya.

"Ih, Mama mah gak ngerti." Gea mencebikkan bibirnya.

Fara tertawa kecil. "Iya-iya Mama bercanda, Ge. Oppa kamu 'kan itu? Bihun? So'un? Shaun?"

Gea memutar bola matanya dengan kesal. "Apa sih, Ma. Biasku Sehun Ma namanya. Lagian itu EXO. Ini beda lagi tau. Yang ini nama grupnya Wanna One." Gea menjelaskan dengan sabar. Mamanya itu hanya menganguk-anggukkan kepalanya. Entah mengerti atau tidak.

"Lah terus kenapa kamu itu nangis-nangis tadi? Kayak yang ditinggal sama pacarnya aja."

"Nah!" Gea berseru keras sambil menjentikkan jarinya, membuat Fara melotot karena terkejut.

"Aku tuh korban 'ditinggal pas lagi sayang-sayangnya', Ma."

"Siapa emang yang ninggalin?"

Gea menunjuk layar laptopnya yang videonya sudah ter-pause. "Ya mereka ini, Ma. Nanti mereka mau bubur, Ma!"

"Bubur? Mereka suka bubur?" tanya Fara tidak mengerti.

Gea membanting tubuhnya ke belakang, menjadi terlentang di kasur. "Masa harus aku perjelas, sih? Yaudah deh ah. Bubar, Ma. Disband!"

"Ya terus kenapa memangnya kalau mereka bubar? 'Kan mereka yang mau bubar, kenapa kamu yang uring-uringan?"

Gea menghela napasnya, lalu menutup wajahnya dengan tangan. Fara tersenyum kecil, ia mengelus rambut Gea.

"Gea mengidolakan mereka, ya?" tanya Fara dengan lembut, tidak ingin membuat putrinya itu kembali bersedih.

Gea membalas pertanyaan Mamanya itu dengan mengangguk kecil.

"Boleh saja mengidolakan siapapun. Mama gak ngelarang. Tapi Gea harus tau batasannya ya? Gak boleh terlalu berlebihan. Lagian kenapa Gea harus nangis begini? Idolanya Gea 'kan juga punya kehidupannya masing-masing, takdirnya juga sudah ditentukan oleh Sang Pencipta. Mereka gak terus menerus menjadi apa yang Gea inginkan."

Gea membuka tangannya dari wajahnya, mencerna apa yang Mamanya itu katakan.

"Seorang fans itu tugasnya mendukung, memberi semangat untuk idolanya. Bukan menentukan karirnya. Jadi, apapun yang terjadi Gea harus bisa ikhlas menerima keputusan idola-mu itu. Lagian selama mereka masih sehat dan masih bisa bernapas, Gea masih bisa liat mereka 'kan? Ya walaupun dalam keadaan yang mencar-mencar."

Gea mengangguk kecil, sudut bibirnya terangkat perlahan. Ia merubah posisinya menjadi duduk, lalu memeluk Mamanya itu dengan sayang.

Ah, Mamanya itu memang yang paling bisa diandalkan dalam keadaan apapun. Walaupun Gea mengidolakan para bias-bias kesayangannya itu. Tetapi idola sejatinya tetaplah Mamanya. Wanita yang ada dipelukannya ini adalah kesayangannya yang paling utama, tidak akan bisa tergantikan.

_______

Ah entahlah aku nulis apa ini. Yang ada di hati semuanya aku keluarin di sini. Jadi, maaf kalo kalian gasuka atau bahkan ga ngerti:(


Oke guys, segini dulu ya untuk part ini. See you👋❤

GEANDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang