GEA sedang duduk di ranjang miliknya, masih mencoba mengumpulkan nyawanya yang masih ada di dalam mimpi.
"Gea, udah bangun belum?"
Mendengar teriakan Ibu tercintanya, Gea langsung membuka matanya yang sembab karena habis bangun tidur.
"Udah, Ma." balas Gea.
Gea mengambil ponselnya, ingin melihat jam. Gea punya jam bundar bermotif kucing biru yang menempel di dinding, tapi sayangnya jam itu hanya sekedar hiasan tak berarti di kamar Gea.
"Wih, keren juga gue bisa bangun jam lima pagi tanpa dibangunin Mama."
Gea bertepuk tangan sendiri, merayakan kemajuan dirinya yang bisa bangun pagi tanpa harus disiram air dingin terlebih dahulu oleh sang Nyonya rumah.
Setelah itu, ia beranjak dari ranjangnya untuk membersihkan diri di dalam kamar mandi.
Gea tak lama di kamar mandi, sebab ia ingin melaksanakan sholat subuh dulu. Walaupun tidak tepat waktu, Gea tetap melaksanakan kewajibannya sebagai umat Muslim.
Setelah selesai melaksanakan sholat dua rakaat itu, Gea bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Namun, tangannya terhenti di udara saat hendak mengambil tas ranselnya yang ada di atas meja belajar.
Gea menepuk keningnya dengan gemas. "Mati lah gue. Sepatunya belum dibalikin sama si kutu kupret Andra."
Gea menggigit kuku jempolnya. Ia bingung, bagaimana bilang ke Mamanya kalau sepatunya hilang lagi? Masalahnya, Gea sudah sering beli sepatu baru dengan alasan yang sama : sepatunya hilang dibetak orang.
Gea menuruni tangga dengan tergesa-gesa, matanya celingukan mencari keberadaan Mamanya.
"Ma."
Gea duduk di kursi makan, mengamati Mamanya yang bolak-balik menaruh makanan yang sudah matang ke atas meja.
"Papa mana, Ma?"
"Tadi sih masih mandi. Lama mandinya, kayak kamu."
Gea meringis, kebiasaannya mandi lama ternyata turunan dari Papanya.
"Ge, tumben udah stand by di meja makan."
Gea melirik sebal ke arah Papanya yang baru saja mendudukkan diri di kursi.
"Pa, aku gak punya sepatu buat dipake ke sekolah nih." adu Gea.
"Lah, sepatumu yang baru beli seminggu lalu itu kemana?" Mama menyahut galak.
Gea meringis. "Hilang."
"Lagi?" pekik Mamanya itu sambil mengangkat centong sayur.
Bibir Gea melengkung ke bawah. "Pa, lihat tuh, Mama mau lempar Gea pake centong."
Papanya itu hanya geleng-geleng kepala sambil memijit pelipisnya. Drama paginya dimulai lagi.
"Sepatu converse hitam putih yang jarang kamu pake itu, masih ada kan?" tanya Papanya yang jauh lebih lembut dari sang Mama.
Gea menggaruk tengkuknya. Itu masalahnya, sepatu yang dimaksud Papanya itulah yang diambil Andra kemarin. Gea memang jarang memakai sepatu itu, ia hanya pakai di hari tertentu. Seperti hari senin dan selasa, kemarin dia terpaksa pakai sepatu itu karena hanya itu sisa sepatu yang Gea punya.
"Sebenernya sepatunya kamu pake atau cuma kamu tenteng sih? Kok bisa hilang terus?" tanya Mamanya itu, masih dengan nada sebal.
"Ya gak tau Gea, tiba-tiba hilang gitu aja."
"Pake sendal aja lah kamu ke sekolah. Tuh ambil sendal kodok Abang kamu di teras. Udah Papa kardusin, tadinya mau dibuang. Tapi buat kamu aja, kali aja kamu butuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
GEANDRA
Teen FictionIni tentang Gea dan Andra. Gea adik kelasnya Andra, sementara Andra kakak kelasnya Gea. Andralie Zafran, si kakak kelas tengil yang menyukai Sargea Wulandari. Punya setumpukan sepatu milik Gea, yang sayangnya hanya sebelah. Gea suka yang berbau Kor...