30

777 46 1
                                    

GEA keluar dari ruangan dengan perasaan dongkol, merasa hukuman dari Bu Nurul sangatlah tak adil.

"Kena 'kan lo, mampus."

Gea menatap tajam pada Brita yang tersenyum pongah. "Ada masalah apaan sih lo sama gue? Kurang kerjaan amat."

Brita tak menjawab, ia meninggalkan Gea dengan senyum miringnya, membuat Gea bertambah emosi dengan gadis itu.

"Pakyu, anjir!" umpat Gea sambil mengacungkan jari tengahnya di udara.

Gea melangkahkan kakinya menuju lantai dua, area untuk kelas 11 IPS dan 12 IPS. Gea memasuki toilet yang ada di lantai dua untuk mengambil tongkat pel beserta ember yang berisikan air dan sabun lantai cair.

Gea menggaruk kepalanya. "Sapu ngambil di mana, ya?"

Gea keluar dari toilet sambil membawa peralatan yang ia ambil dari toilet, ia memutuskan untuk meminjam sapu dari kelas lain.

Gea berdecak pelan saat melihat beberapa anak laki-laki yang sedang duduk-duduk di bangku panjang depan kelas, salah satunya adalah Andra.

Dengan terpaksa Gea menghampiri gerombolan anak kelas 11 itu.

"Permisi kakak-kakak, boleh pinjam sapu gak?"

"Wah sapu gak ada, dek. Adanya Andra, nih." celetuk Riza sambil menunjuk Andra.

Andra menggeplak punggung Riza. "Asem lo! Apa hubungannya gue sama sapu?"

Mata Andra beralih pada Gea. "Buat apaan, Ge?"

Gea memutar bola matanya. "Lo pikir aja sendiri sapu gunanya untuk apa."

Jawaban ketus Gea membuat teman-teman Andra tergelak, bahkan ada yang sampai bertepuk tangan heboh.

"Savage euy mampus lo, Dra!" Zikri tertawa kencang sambil memukul bahu Andra.

Andra berdecak kesal, lalu berjalan masuk ke kelas. Tak lama kemudian, ia keluar lagi sambil membawa tiga sapu ijuk.

"Nih, pake tuh!" kata Andra ketus sambil menyerahkan sapu-sapu itu kepada Gea.

Gea mengerutkan keningnya. "Lo pikir tangan gue ada berapa? Satu sapu aja kali."

"Terserah lo, nih lah ambil buru!"

Gea mengambil satu sapu dari tangan Andra dengan kasar. Sebelum meninggalkan Andra, ia menyempatkan diri untuk menginjak kaki Andra.

"Heh, cewek barbar kurang ajar lo injek-injek kaki gue." teriak Andra.

"Tipenya Andra emang yang galak-galak gitu ya. Sedep euy." kata Zikri sambil tergelak lagi.

Andra yang sedang kesal akhirnya mengurung kepala Zikri di ketiaknya. "Mulut lo dari tadi bawel banget ya, Jabrik. Makan nih ketek gue!"

Zikri sudah megap-megap bak ikan yang kehabisan air. Perlakuan Andra pada Zikri mengundang gelak tawa dari teman-temannya yang juga ikut mengompori Andra agar tidak melepaskan Zikri.

"Eh misi dong, kakinya."

Kungkungan Andra pada Zikri terlepas karena Gea yang dengan seenaknya mendorong kakinya dengan sapu.

Andra tersenyum mengejek. "Lo kalo mau dapet perhatian dari gue, bilang dong, Ge. Duh gemes amat, sih."

Gea bergidik geli. "Duh jijik amat, sih."

"Maklumin ya, Ge. Si Andra emang bucin lo banget." ujar Aldi.

Gea tak menanggapi godaan dari teman-teman Andra, sekarang ia ingin cepat-cepat menyelesaikan hukumannya agar terhindar dari manusia-manusia laknat yang ada di depan kelas 11 IPS 2 ini.

"Panjul, kuaci yang tadi lo betak dari si Dini masih ada gak?" tanya Andra pada Panji, yang kerap dipanggil Panjul.

Panji merogoh saku seragamnya. "Mau yang baru apa yang udah dibuka nih?"

"Baru lah, bekas lo udah ada ilernya."

Andra membuka bungkus kuaci yang harganya 500 perak, lalu membuang bekas bukaannya sembarangan.

"Wah, mau mancing lagi nih anak." Zikri berdecak.

Aldi menepuk bahu Zikri. "Mancing apaan, Zik? Emang di sekolah kita ada empang ikan?"

Zikri menggeplak kepala Aldi. "Oonnya jangan kumat! Itu tuh si Andra mau mancing amukannya si Gea."

Andra memasukkan kuaci beserta kulitnya ke dalam mulut. Sebelum mengeluarkan kuaci dari kulitnya, ia menghisap dulu kulit kuacinya. Enak katanya, asin-asin gitu. Kalau gak percaya, cobain aja deh.

Andra melempari satu persatu kulit kuaci dengan sembarang. Sudah lemparan ke lima, tapi Gea yang sedang mengepel di ujung lorong belum menyadarinya.

Riza menggeleng-gelengkan kepalanya. "Udah gila ini bocah."

"Gak mau ikut-ikutan lah gue kalo kena amuk Gea, mending molor ah gue." kata Panji, lalu ia masuk ke kelas.

Dikit lagi Gea mengepel di depan kelasnya, Andra semakin gencar membuka kulit kuaci. Andra yang gemas karena Gea yang belum menyadarinya, dengan semangat ia melempari kulit kuaci tepat di bawah kaki Gea.

Gea berhenti menggoyangkan tongkat pel, kemudian berbalik badan. Tatapan tajam menghunus pada Andra, yang sekarang sedang nyengir sambil mengunyah kuaci.

Teman-teman Andra tidak berani berurusan dengan Gea, mereka memilih masuk ke kelas meninggalkan Andra yang masih duduk santai.

"Mata lo buta ya? Gue lagi ngepel, jangan seenaknya buang sampah sembarangan dong!"

Andra menaikkan bahunya. "Tempat sampah jauh, gue males jalan."

Gea mencengkram erat pegangan pel. "Kenapa sih hari ini orang-orang pada resek? Lo nyulut emosi banget, sih."

"Makanya jadi orang jangan gampang emosian, entar cepet tua loh."

Gea mengambil sapu yang ia sandarkan di tembok, lalu melemparnya ke arah Andra.

"Cowok gak ada kerjaan. Ngajak ribut?"

Andra berdiri, ia tersenyum lebar sambil menatap wajah Gea yang memerah karena emosi.

"Kalo maunya ngajak pacaran, gimana?"




_______

Hallo gengs!

Masih semangat kan puasanya? Tinggal beberapa hari lg kok. Semangat!

Semoga suka sama part ini.

Sampai jumpa di chapter selanjutnya~

Bubay👋

Salam,

San❣

GEANDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang