60

117 6 4
                                    

LANGKAH kaki Andra terhenti, tepat 5 meter dari perpustakaan. Badannya berbalik setelah bu Dona melewati dirinya.

Diamatinya lamat-lamat dua orang yang berdiri di depan pintu perpustakaan.

Setelah itu, Andra berdecak. "Kenapa juga gue masih kepo sama urusannya?"

Lalu Andra melanjutkan langkahnya lagi menuju kantin.

Dilihatnya Zikri dan Aldi yang sedang duduk di bangku kantin sambil mengunyah kuaci.

"Wih, seger nih yang habis mabal." goda Aldi.

Andra tersenyum miring, lalu mencomot satu kuaci yang sudah terhampar di meja. "Yoi."

"Lagi, kenapa sih bolos sendirian gitu?"

Kemudian Zikri mengendus seragam Andra. "Buset, bau kesuraman nih. Habis berapa bungkus lo?"

Andra berdiri, membuat kedua temannya gelagapan.

"Ah 'kan baperan, gak asik lo!" kata Zikri.

Aldi menampol bahu Zikri. "Mulut lo sih asal aja kalau ngomong. Gak nyadar diri lo suram juga, PR aja lo suruh adik kelas yang ngerjain."

Zikri balas memukul Aldi. "Anjing lo juga numpang ngerjain PR ke adik kelas tadi ya!"

Andra hanya menghela napas dan mengabaikan dua temannya yang sedang ribut itu.

"Roti 3, susu kotak 2, wafer 3, yupi 2 sama air mineral 1. Bayarnya akhir bulan ya, Mpok. Thank You!"

Setelah itu Andra berlari kecil sebelum mendengar protesan si Ibu kantin. Sudah biasa kok Andra, akhir bulan pasti Andra bayar sesuai janjinya.

Setibanya Andra di depan pintu perpustakaan, ia celingak-celinguk sebelum akhirnya melangkahkan kakinya dengan pelan.

"Bu, Gea masuk perpus lagi gak?" tanya Andra sambil berbisik.

Bu Resih sedikit terkejut, karena Andra yang tiba-tiba berdiri di depan mejanya saat dirinya sedang fokus pada kerjaannya.

"Ada."

Andra berdesis sambil meletakkan jari telunjuknya di depan bibir. "Kita ngomongnya bisik-bisik aja, Bu. Di perpus kan gak boleh keras-keras ngomongnya."

Bu Resih menghembuskan napasnya, lalu menggeser laptopnya.

"Ada apa?"

Andra nyengir. "Tolong kasih ini ke Gea dong, Bu."

Bu Resih mengambil kantong plastik yang disodorkan Andra. "Isinya apa?"

"Narkoba."

Bu Resih melotot. "Yang bener aja kamu!"

Andra ketar-ketir. "Bu, jangan kenceng-kenceng!"

"Bercanda doang. Itu makanan buat Gea." lanjutnya.

"Mana boleh makan di perpustakaan." kata bu Resih sambil berbisik juga.

Andra memasang muka melas. "Boleh lah, Bu. Kasihan dia seharian dihukum gitu, gak bisa ke kantin."

"Iya, tapi bisa 'kan makan dulu di luar? Jangan makan di sini, nanti ketahuan anak-anak jadi pada ikutan makan di kantin."

"Kan, lagi sepi juga, Bu. Sekali ini aja kok, Bu."

Melihat bu Resih yang tak langsung menjawab, Andra pun menyunggingkan senyum jenakanya.

"Pak Banu katanya lagi cari calon istri yang pinter masak, lho, Bu. Biar bisa dibekelin setiap hari."

"Moso?" spontan bu Resih meninggikan suaranya, terdengar antusias.

Setelah tersadar, bu Resih gelagapan. "Eh, anu."

Andra nyengir. "Tenang aja, Bu, saya bisa pegang rahasia kok kalau Ibu naksir pak Banu."

Kemudian Andra menunjuk plastik yang masih dipegang bu Resih. "Tapi, kasihin dulu itu ke Gea ya, Bu. Izinin dia makan di sini."

Bu Resih berdecak. "Bocah iki loh! Yaudah, ini ibu kasihkan Gea."

"Tapi jangan kasih tau Gea kalau saya yang ngasih. Bilang aja dari Ibu."

Kini giliran bu Resih yang tersenyum menggoda. "Suka kok diem-diem, entar diambil orang."

Andra mengedikkan bahunya. "Udah ya, Bu, saya mau masuk kelas. Terima kasih bantuannya, Bu Resih."

Bu Resih tersenyum kecil lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Dasar anak muda."

Bu Resih menghampiri Gea yang terlihat fokus mengerjakan tugasnya. Untunglah sudah waktunya masuk kelas, jadi tidak ada yang datang ke perpustakaan lagi.

"Ini, makan dulu."

Gea mendongak. "Eh, emang boleh Bu, makan di perpustakaan?"

"Sekali ini saja Ibu izinkan. Ibu kasihan ngelihat kamu dihukum terus."

Gea terkekeh. "Makanan sehari-hari ini, Bu."

Bu Resih tersenyum kecil. "Berhenti dulu sebentar nulisnya, makan dulu."

"Repot-repot banget Ibu beliin saya makanan, banyak lagi ini. Saya ganti berapa, Bu?"

"Halah, udah gak usah. Makan aja yang banyak ya. Ibu tinggal ya, mau jaga lagi."

Baru beberapa melangkah, bu Resih berbalik badan lagi. "Jangan kasih tau siapa-siapa ya kalau kamu makan di perpustakaan, nanti banyak yang ikut-ikut."

Gea mengacungkan jempolnya.

Setelah bu Resih benar-benar tidak kelihatan lagi, perpustakaan kembali sunyi.

Gea menutup buku paketnya, lalu merogoh plastik pemberian bu Resih.

Setelah melihat sebungkus roti srikaya kesukaannya, barulah ia merasakan perutnya yang bergejolak menahan lapar.

Punggungnya ia sandarkan, bersiap untuk menyantap roti gratis ini.

"Makan enak banget sih." gumamnya sambil tersenyum haru.

Sambil menggigit rotinya, Gea melihat-lihat lagi makanan lain yang ada di dalam plastik.

"Yupi? Kayak anak kecil aja gue dijajanin yupi."

Mulutnya berkata seperti itu, tapi tak urung tangannya sudah beralih membuka bungkus permen kenyal itu.

"Ajak-ajak dong, kalau mau bolos ke perpustakaan."

Gea terkejut, hampir saja ia berteriak.

"Lo ngagetin aja sih!"

Kemudian Gea mengamati wajah cowok yang sudah duduk di depannya.

"Kayak ada biru-biru di pipi lo."

Dimas terkekeh. "Oh, masih kelihatan ya."

Walaupun samar-samar, tapi Gea masih bisa melihat banyaknya bekas luka di wajah Dimas.

"Pantes, kemarin gak kelihatan di sekolah. Lagi ada job di ring  tinju ya?"

Dimas tertawa. "Makin lucu deh lo."

Gea memutar bolak mata jengah, lalu kembali mengerjakan tugasnya.

Dimas bertopang dagu sambil memerhatikan Gea. "Lagi ngapain, sih?"

"Dapet hadiah nih, dari Bu Dona." jawab Gea tanpa mengalihkan fokusnya dari bukunya.

Dimas tersenyum kecil, ia hanya memandangi wajah Gea yang serius.

Bermenit-menit kemudian, Dimas membuka suara lagi, yang membuat tangan Gea berhenti menulis.

"Lo pilih gue atau Andra, Ge?"








_______

Halouu!!

GEANDRA update lagi untuk menemani puasa kalian ya, Gengs!

Semoga suka❤️

Salam,

San❣️










GEANDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang