"Skenario semesta bikin kita berdua
saling kenal lucu juga," - Keysha Sandaria.***
Pagi ini lapangan utama SMA Ancala dipenuhi oleh semua murid Ancala yang bersiap untuk mengikuti upacara. Seperti biasanya, barisan XII Bahasa 2 sudah penuh. Tinggal sisa sedikit tempat, itu pun menutupi jalan untuk guru berkeliling di bagian belakang.
"Yah, kalau kayak gini bakal di pindah deh barisannya. Males banget gue."
"Lo di depan gue aja Re, biar gak di pindah," ujar Keysha menyuruh Rere maju ke depan. Rere mengikuti apa yang dikatakan Keysha.
"Sha, baris di XII IPA 2 aja tuh. Anak-anak nya kan lagi jadi petugas," saran Neysa anak kelas sebelah yang kebetulan melihat Keysha kebingungan untuk baris dimana.
Keysha menoleh ke kanan, barisan pojok dekat ring basket. Wilayah anak IPA. Mulai dari kelas X sampai XII semuanya ada di barisan pojok kanan.
"Udah sana Sha, keburu Bu Endang kesini!" ujar Neysa membuat Keysha panik.
Rere sibuk mengobrol dengan Alya yang baris di sampingnya sampai tidak sadar kalau Keysha sudah pindah tempat. Keysha berjalan ragu ke arah barisan anak IPA. Dia berdiri dibarisan tengah dengan tangan yang terus meremas sisi roknya. Keysha tengah menahan sakit di perutnya. Sakitnya tak kunjung reda, malah semakin terasa sakit jika Keysha memaksa untuk tetap berdiri.
Sampai suara riuh dari arah belakang membuat Keysha menoleh.
"Nih anak mana nih?! Berani banget masuk wilayah IPA," ujar cowok dengan permen lollipop di tangan kanannya.
Gak malu sama umur.
"Lo anak mana?" tanya cowok disebelahnya yang menatap Keysha dari atas sampai bawah seakan mencari sesuatu untuk dijadikan candaan.
Keysha membuang wajahnya, merasa buang-buang waktu meladeni gerombolan cowok didepannya itu. Keysha memilih merapihkan dasinya yang bentuknya tidak karuan. Karena Keysha belum bisa memakai dasi sendiri, sudah belajar lewat tutorial di internet tetap saja hasilnya nihil.
"Lo di tanya sama temen gue," ujar cowok dari arah kiri Keysha.
Keysha menoleh, "Gue gak kebagian tempat, jadi kesini. Terus apa masalahnya?" ujar Keysha yang merasa dirinya tidak salah.
Cowok dengan seragam yang dikeluarkan, dasi yang hanya menggantung di lehernya dan rambut depannya yang sedikit panjang itu menatap Keysha lurus. Sampai suara teriakan yang entah darimana membuat intensi mata cowok itu mengarah ke arah lain.
"BU ENDANG LAGI JALAN KESINI!!"
Gerombolan cowok yang baru saja tiba tadi langsung grasak grusuk merapihkan atribut mereka. Keysha mengangkat bahunya acuh. Dia kembali menatap lurus ke depan sampai suara bariton cowok yang berdiri di sampingnya kembali terdengar di telinganya.
"Rapihin rambut gue," ujar cowok itu pada Keysha.
Keysha tidak menjawab, dia masih diam dengan wajah yang terus menatap lurus. Melirik ke arah cowok di sampingnya pun tidak.
Tiba-tiba saja tangan Keysha di tarik. Sontak membuat gadis itu menoleh, "Lo apaan-apaan sih?!" ujar Keysha muak dengan sikap cowok di sampingnya ini.
"Benerin rambut gue biar gak kena potong hari ini. Gue mau pake dasi," ujar cowok itu mengarahkan tangan Keysha ke atas kepalanya.
Ini pertama kalinya seorang Gerhana Dewangga berbicara padanya. Sudah dua tahun mereka di atap sekolah yang sama, tapi baru kali ini Gerhana berbicara pada Keysha. Keysha yang memandang wajah Gerhana langsung dapat gumaman pelan dari mulut cowok itu.
"Cepet keburu Bu Endang dateng," ujar Gerhana yang dengan cekatan memasang dasinya, tidak seperti Keysha yang butuh seharian untuk membuat dasi yang sempurna.
Keysha menelan ludahnya sejenak. Tangannya bergerak merapihkan rambut Gerhana. Tapi sedetik kemudian, Keysha teringat kalau dia membawa sesuatu yang lupa dia pakai. Dengan cepat, Keysha mengambil sesuatu itu dari saku roknya.
"Udah rapih," ujar Keysha menatap puas hasil karyanya.
Gerhana bergumam pelan sambil mendongakkan wajahnya. Tak bilang makasih atau apapun, Gerhana langsung menatap lurus ke depan. Diam-diam Keysha menahan tawanya, belum tau saja apa yang Keysha lakukan pada rambut cowok itu.
Gerhana hendak memakai topi nya tetapi suara teriakan Bu Endang membuat pergerakan tangannya terhenti.
"GERHANA!!" teriak Bu Endang yang baru saja datang dan menarik kerah seragam Gerhana untuk mundur.
Gerhana berdecak sebal, apa salah dia sampai harus di tegur kayak gini lagi?
"Besok kamu pake ROK aja ke sekolah," ujar Bu Endang berkacak pinggang dengan wajah sangarnya.
Gerhana menautkan kedua alisnya, "Saya kan cowok Bu, masa pake rok."
"WOI Gerhana! Di rambut lo," ujar Topan yang baris tidak jauh dari Gerhana.
Gerhana memegang rambutnya, lalu sedetik kemudian dia menarik kasar benda yang ada di rambutnya, "Ini punya siapa?" tanya Gerhana dengan polosnya.
"Mana ibu tau!! Kamu sekalinya bener malah bikin ibu emosi, punya siapa itu kamu ambil?!" ujar Bu Endang.
Gerhana menoleh ke samping, gadis yang tadi merapihkan rambutnya itu hanya melihat lurus ke depan. Melirik Gerhana pun tidak.
"Pake topi kamu! Jangan sampai ibu tarik kamu ke depan!"
"Udah sana kamu baris lagi!" ujar Bu Endang melanjutkan langkahnya ke arah anak-anak lain.
Gerhana meremas benda yang ada di tangannya. Benda yang mampu membuatnya malu dihadapan teman-temannya sekaligus anak Ancala lainnya.
"MASA IYA KETUA LANGCALA PAKE BANDANA WARNA PINK, "Ledek Topan membuat teman-temannya yang lain tertawa.
Gerhana langsung memberikan tatapan tajamnya, membuat Topan hanya bisa menyengirkan giginya. Dia mengalihkan pandangannya ke samping, gadis berkuncir kuda itu berpura-pura tidak peduli. Membuat tangan Gerhana terkepal kuat.
"Sialan!"
***
jangan lupa vote dan komen ya.
share ke teman kalian juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERHANA
Teen Fiction[SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, FOLLOW DULU BARU BISA MEMBACA] Gerhana Dewangga. Cowok pecinta futsal yang tidak akan memberikan jabatannya kepada siapapun, sebelum dia menemukan seseorang yang pas untuk menggantikan dirinya. Banyak yang tidak menyuka...