'GD ; 30'

11.6K 559 9
                                    

Gerhana baru saja mengurus biaya administrasi dan pendaftaran untuk Keysha. Gadis itu dinyatakan terkena DBD dan harus di opname selama beberapa hari. Kalau saja tadi Gerhana tidak mengajak Keysha ke dokter mungkin gadis itu akan tetap meringkuk kesakitan di atas kasurnya.

Langkah cowok itu berjalan ke arah ruang rawat Keysha. Gerhana membuka pintu, hal pertama yang dia lihat yaitu Keysha tengah tertidur pulas sehabis di infus. Gerhana duduk disamping ranjang. Matanya meneliti setiap inci wajah Keysha. Walau Keysha belum bisa menerima dirinya, Gerhana mencoba untuk bersabar karena dia tau Keysha tidak mungkin menerimanya begitu saja.

Suara dering ponsel dari saku jaketnya membuat Gerhana tersentak kecil. Dia merogoh sakunya, melihat siapa yang menelpon dirinya malam-malam begini.

Sedetik setelah melihat siapa yang menelpon dirinya. Gerhana menghela nafas, kenapa Bunda nya mendadak menelpon padahal sebelumnya tidak pernah menelpon dirinya sebelum dia yang menelpon lebih dulu.

"Kamu dimana Aa? Di rumah Keysha apa di basecamp?"

"Di rumah sakit," jawab Gerhana.

"Siapa yang sakit? Kamu? Apa Keysha?"

"Keysha, Bunda."

"Bunda kesana sekarang. Dia sakit apa? Gak parah kan?"

Bunda Gerhana mendadak cerewet. Ini pertama kalinya Gerhana mendengar Bunda nya berbicara panjang selain mengomeli dirinya. Gerhana mencoba untuk bersabar menghadapi situasi ini.

"Bunda gak perlu kesini. Keysha baik-baik aja. Gerhana yang jagain dia."

"Besok Bunda jenguk dia ya sama kak Rora. Kamu besok sekolah! Jangan gak sekolah! Bunda aja yang jagain Keysha besok."

"Iya Bun."

"Bunda nyariin lo ya Ger?" tanya Keysha tiba-tiba setelah Gerhana selesai menelpon.

Gerhana menggeleng, "cuma nanya."

"Nanya apa? Lo disuruh pulang?"

Gerhana tertawa renyah, "gue bukan anak kecil Sha."

"Terus kenapa Bunda tiba-tiba nelpon."

"Bunda mau kesini besok."

"Oh. Kenapa mukanya kesel gitu?" tanya Keysha melihat raut wajah Gerhana yang terlihat kesal.

"Gagal bolos," ujarnya beranjak lalu duduk di sofa yang ada di ruangan ini.

Ekspresi wajah Gerhana saat ini membuat Keysha gemas. Cowok itu tidak bisa membolos karena Bundanya tau rencananya. Keysha tidak bisa menahan tawanya. Dia tertawa pelan membuat Gerhana menaikan satu alisnya.

"Kenapa ketawa?" kata Gerhana.

"Gak papa. Bener kata Bunda, lo besok sekolah. Gak ada alasan pengen jagain gue disini."

"Iya," jawab Gerhana singkat.

Keysha menaikan selimutnya. Demam nya belum turun, masih sama seperti tadi. Dia juga harus ambil darah setiap lima jam sekali. Keysha belum pernah sakit sampai dirawat seperti ini. Paling cuma demam biasa, minum obat juga langsung sembuh besoknya. Tetapi kali ini berbeda, tubuhnya terasa lemas dan kepalanya pening. Di tambah mual yang terus menjalar di perutnya.

"Masih sakit?" tanya Gerhana kepada Keysha.

Keysha menoleh sedikit, "pusing. Gue tidur duluan ya Ger."

"Iya."

"Jangan begadang. Lo tidur juga, besok sekolah," ingat Keysha sebelum memejamkan matanya.

Gerhana membaringkan tubuhnya di sofa. Dia menatap langit-langit kamar. Berada di rumah sakit mengingkatkan Gerhana pada kejadian tiga tahun lalu. Dimana dia pernah menangis di koridor dengan tangan yang penuh darah. Isak tangis dari orang-orang juga terdengar. Kejadian itu seakan menjadi mimpi buruk untuk Gerhana sampai sekarang.

GERHANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang