'GD ; 4'

15.5K 894 0
                                    

Maaf apabila ada kesamaan tempat, nama tokoh, ataupun peristiwa dengan cerita lain.

Cerita ini murni dari pemikiran author sendiri.

***

"Duh nafas gue ya Allah," ujar Komet mengelus dadanya yang terasa sesak karena sudah berlari delapan putaran.

Benua mendudukkan dirinya di tengah lapangan sambil mengibaskan kedua tangannya di depan dada, "Gila capek anjir. Udah lama gak lari, sekalinya disuruh lari udah kayak mau mati," ujar Benua.

Komet tertawa, dia juga ikut duduk di samping Benua dengan kedua kaki yang terbuka lebar, "Bener banget tuh. Dada gue rasanya udah kayak nafasnya nenek-nenek,"ujar Komet ngawur.

Mata mereka berdua mengarah ke arah depan sana, dimana keempat temannya masih bertahan berlari dengan keringat yang bercucuran sampai membuat seragam mereka basah.

"Sih Gerhana lagi emosi tuh, makanya larinya kayak orang kesetanan," ujar Komet yang langsung dapat anggukan dari Benua.

Benua menunjuk ke Topan dan Rigel yang saling senggol saat berlari, "Itu anak berdua lagi rebutan kipas elektronik gue."

"Yang lainnya mana?" tanya Benua karena dia tidak melihat Bom dan yang lainnya.

Komet mengangkat bahunya, "Gak tau. Paling udah cabut duluan."

"Untung Gerhana gak liat," ujar Benua langsung dapat anggukan dari Komet.

Benua bangkit dari duduknya sambil menarik lengan Komet untuk ikut berdiri, "Lanjut. Nanti yang lainnya udahan, kita belum, bisa di tinggal."

Lima menit berlalu, akhirnya mereka semua selesai menjalankan tugas dari Pak Badri. Gerhana membuka seragam sekolah miliknya, menyisakan kaos hitam polosnya. Wajahnya memerah, keringat tak henti-hentinya bercucuran dari pelipis sampai ke badannya. Cuaca menjelang siang ini membuat mereka mati kepanasan.

"Gue beli minum dulu sama Komet," ujar Rigel menarik belakang kaos putih Komet.

Komet berdecak sebal, "Lo kalau ngajak bilang-bilang napa Gel!!" ujar Komet sewot.

Rigel menyengirkan giginya tanpa rasa bersalah, "Lo emang harus digituin Met."

Benua tertawa,"Udah lo berdua beli minum sana. Sekalian buat kita-kita. Pan, pake duit lo dulu," ujar Benua menunjuk ke Topan yang sedang rebahan.

Topan langsung mendudukkan dirinya, "Kemarin pake duit gue, sekarang lagi. Apa salah gue ya Allah."

"Lo kan yang paling tebel dompetnya," ujar Benua sesuai fakta.

Diantara mereka semua, orang terkaya itu ya sih Topan Januartha. Gimana tidak, Papanya Topan pengusaha terkenal yang punya cabang di berbagai negara. Jadi wajar saja kalau Topan yang sering jadi umpan mereka untuk dimintai uang.

Gerhana mengangguk, "Gue sama lo. Masih kaya bokap lo Pan."

"Iya deh iya, padahal masih ada Aerglo," ujar Topan mengambil dompetnya sambil melirik ke Aerglo.

Aerglo berdecak pelan, "Gak usah lirik ke gue. Gue masih seangkatan sama Gerhana."

Nuklir yang baru bergabung menjadi bagian dari Langcala. Hanya bisa menyimak ucapan mereka. Mau ikut nimbrung masih belum dekat asal-usul mereka gimana. Jadi lebih baik diam.

"Nuk, lo jangan gagu gitu kenapa kalau sama kita. Santai aja kali," ujar Benua menepuk bahu Nuklir.

"Gue diem aja. Mau ikutan masih belum tau lo semua gimana orangnya," jawab Nuklir sambil tersenyum kecil. Senyuman Nuklir tuh manis nya kebangetan. Lesung pipi nya jadi pemikat kaum hawa. Bibit unggul yang bakal nyusul kepopuleran Benua.

GERHANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang