'GD ; 1'

25.7K 1.3K 40
                                    

KORIDOR, selalu tampak ramai setiap harinya. Mau itu pagi atau saat jam istirahat. Siapa lagi pembuat keramaian, kalau bukan dari geng besar Ancala. Langcala. Geng yang sudah di dirikan sejak lima tahun yang lalu. Geng yang masa jabatan ketuanya sedang di pegang oleh sosok cowok yang berjalan di barisan depan bersama kedua temannya.

Gerhana Dewangga, ketua geng besar Langcala yang saat ini posisinya sedang di incar oleh seseorang.

Cowok yang membiarkan kemeja putih sekolahnya keluar begitu saja, lengannya dilipat, kaos hitam yang dibiarkan mengintip di sana, jangan lupakan sepatu converse juga dasi yang di biarkan bertengger di lehernya tanpa ada niatan ingin memakainya dengan benar.

Penampilannya yang seperti itu mampu membuat kaum ciwi ciwi terpesona. Tetapi cuma beberapa saja yang berani mendekat ke cowok itu. Karena Gerhana paling tidak suka diusik.

"Hari ini jadwal gue piket, gue kesiangan gara-gara nunggu sih Topan mendadak ada panggilan alam," ujar cowok bertubuh lebih kecil dari mereka dengan lollipop di tangan kirinya. Komet Wicaksana.

"Kalau gak ikhlas gak usah ngehujat. Lo sendiri yang nunggu gue sampai selesai," celetuk Topan. Cowok bertubuh tegap dengan auranya yang karismatik. Topan Januartha.

Gerhana paling dekat dengan kelima temannya. Di samping kanannya, ada Benua Auriga Wardana. Cowok yang jadi incaran banyak kaum hawa. Pesonanya tidak main-main dengan tubuhnya yang seperti atlet judo. Cowok yang paling murah senyum dan memiliki selera humor yang buruk.

Di sebelah kiri Gerhana, ada wakil Langcala. Aerglo Winata Gustama. Cowok yang tidak banyak bicara. Ia juga tak kalah terkenal karena dia menjadi kapten basket di SMA Ancala.

Rigel Gavriel Danudaksa. Posisi cowok itu berada di tengah Topan dan Komet. Selalu menjadi penenang kedua cowok itu kalau sedang bertengkar. Rigel dengan segala perhatiannya, dia juga bisa terlihat cuek.

"Yang penting kita masih tetep ikut upacara," ujar Topan tak mau di salahkan.

Mereka berjalan ke arah kelas mereka. XII MIPA 2, kelas anak populer yang sudah terkenal di Ancala dan sekolah lainnya. Kelas yang selalu di anggap paling sempurna dari kelas yang lainnya. Tetapi isinya, hampir berandalan semua.

"Mau kemana lo semua?" ujar seorang cewek berdiri di depan mereka. Lebih tepatnya, di ambang pintu.

Topan berdecak, "Biarin kita masuk dulu kali Le," ujar Topan menatap kesal cewek bernama Alexa yang notabenenya menjadi sekretaris kelas XII MIPA 2.

"Lo semua belum bayar kas. Nunggak nih, masa orang kaya gak bisa bayar," ujar Lea balik kesal.

"Yang kaya sih Topan, Gerhana, sama Aerglo. Kalau gue masih harus cari duit dulu," seru Benua.

"Gue juga sama," timpal Rigel.

"Gue juga," sahut Komet sambil angkat tangan.

Lea mendengus, "Yaudah bayar makanya! Gak ada alasan!"

"Berapa?" tanya Gerhana kepada Lea.

"Benua 50 ribu, Komet 250 ribu, Rigel 120 ribu, terakhir Topan 50 ribu," jelas Lea sambil melihat buku kas di tangannya.

Gerhana melirik Topan, "Orang kaya yang biasanya bisa bayar. Sekalian bayarin temen lo, duitnya di ganti sama pahala."

Topan yang berdiri di belakang pun langsung maju, "Enak aja! di kira dompet gue ATM apa."

"Emang!"ujar mereka serempak.

Setelah berdebat panjang. Akhirnya mereka bisa duduk di kursi mereka yang posisinya ada di barisan belakang.

GERHANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang