Part 15 "Mimpi Buruk"

92.8K 9.6K 201
                                    

Yuk jangan jadi silent readers ;)
1 vote kamu berarti sejuta bagi penulis❤

"Erga."

"Erga?" Syila mengerutkan keningnya. Apa lelaki itu punya bakat melukis juga.

Indi kembali melanjutkan aktivitasnya. "Iya Erga, dia ikut nyumbang buat acara lelang kita."

"Hei, nggak boleh bengong." Indi menjentikkan jarinya di hadapan wajah Syila yang pandangannya terlihat kosong.

"Oh iya-iya, maaf kak saya agak kurang fokus." Ujar Syila lalu balik ke tempat lukisan-lukisan tersebut berjejer. Ia meletakkan kembali lukisan milik Erga setelah mengambil gambarnya dengan handphone.

"Kak, kalo gitu saya pulang duluan ya." Syila berjalan menghampiri Indi yang terlihat masih sibuk.

Indi mengangguk. "Iya, hati-hati ya." Tanggannya melambai kecil.

Syila lantas berjalan meninggalkan ruangan club melukis. Ia melangkah di sepanjang sekolah dengan pikiran yang berkeliaran kemana-mana.

Pita merah itu, ia mengenalnya. Banyak kemungkinan-kemungkinan bersliweran di kepala Syila. Pandangannya kosong, otaknya benar-benar dipenuhi oleh lukisan tersebut ditambah fakta bahwa pemilik sebelumnya adalah Erga.

"Awww...." Ringis Syila ketika kepalanya tiba-tiba membentur sesuatu, tidak keras hanya saja mengejutkan.

Syila membuka matanya dan sebuah telapak tangan berada tepat di depan wajahnya.

"Arlan?" Ucap Syila begitu melihat Arlan berdiri di sampingnya.

"Kalo jalan jangan bengong." Arlan menarik tangannya yang tadi ia gunakan untuk meghalangi kening Syila membentur pilar.

Syila menarik tangan laki-laki itu. "Tangan lo?" Tanyanya khawatir.

Arlan hanya menggeleng kecil. "Gapapa, btw lo mikirin apa sampe nggak liat ada pilar gede?"

Bibir Syila langsung tertutup rapat. "Emh bukan apa-apa kok." Kepalanya ia gelengkan beberapa kali.

Tiba-tiba Arlan tersenyum sembari berjalan mendekati Syila, mengikis jarak. "Betah ya megang tangan gue?"

Sial, Syila buru-buru melepas tangan Arlan dari genggamannya. Ia berdehem menetralkan suasana. Kemudian Syila memilih berjalan cepat meninggalkan laki-laki itu.

"Lo kemana?" Tanya Arlan dari belakang.

Syila tidak menoleh ia melanjutkan langkahnya belok ke kiri. "Ya pulang lah."

Terdengar suara kekehan Arlan dari posisinya tadi. "Pulang ke kanan bukan ke kiri."

Syila menggeram tertahan. Ia langsung membalikkan badannya lalu melangkah secepat mungkin.

Arlan di tempatnya hanya menatap lucu tingkah Syila. Ia akhirnya menyusul langkah perempuan itu. Di depannya terlihat lagi Syila berjalan hampir melewati motornya.

Tangan Arlan menarik tas Syila dari belakang. "Bengong lagi, ck."

Syila memutar badannya, ia tidak sadar akan langkahnya.

"Cepet naik." Perintah Arlan setelah memberikan helm kepada Syila.

Untungnya sekolah sudah sepi, jika saja masih ramai mungkin Syila lebih memilih pulang sendiri. Tatapan-tatapan yang ia terima tadi pagi sudah lebih dari cukup.

Selama perjalanan Syila kembali termenung. Entah sudah berapa kali hal itu kembali membangkitkan suatu cerita dari masa lalu. Cerita yang ia simpan cukup lama akhirnya kembali ke permukaan melalui susuatu yang tak ia bayangkan sebelumnya.

Romansa Remaja Satu Atap (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang