Mana suaranya yang udah nunggu ini up?
Btw hari sabtu kalian diisi dengan apa ni??Jangan lupa vote dan komen ya, satu berarti sejuta bagi penulis 💜💜
Selamat membaca...
Arlan melepas helm dengan kasar dari atas kepala lalu meletakkannya sembarangan begitu saja. Penampilannya dari atas hingga bawah hanya bisa dideskripsikan dengan satu kata, berantakan. Ditambah luka-luka di ruas telapak tangannya yang tak diobati sama sekali, terlihat darah-darah tersebut mulai mengering.
Begitu masuk ke dalam, tanpa mempedulikan yang lain Arlan langsung berjalan ke lantai dua.
“SYILAA.” Panggilnya seraya mengetuk pintu kamar gadis itu.
Setelah membunyikan pintu terus menerus, Arlan tak kunjung mendapat balasan atau dibukakan pintu. Mau tak mau, ia membuka pintu kamar dan tidak menemukan keberadaan Syila. Bahkan tas sekolah gadis itu tak ada di meja belajar.
Dengan tergesa-gesa, Arlan memasuki kamar mamanya yang terbuka. Langkah kakinya lebar menghampiri sang mama yang tengah berkutat di depan laptop.
“Maa.”
Suara Arlan yang begitu tiba-tiba dan keras berhasil membuat sang mama bersidekap. Ia menjauhkan laptopnya dan bangun dari kursi. Alisnya mengernyit ketika menyadari ada yang tidak baik dengan kondisi Arlan.
“Ma, Syila mana?”
Arlan meraih kedua lengan mamanya. “Syila mana ma? Kenapa jam segini nggak ada di kamar?”
Mamanya semakin dibuat terkejut tat kala pandangannya menangkap kondisi tangan Arlan yang terluka. “Arlan, kamu kenapa resah gini?” Tanyanya melihat gelagat sang anak yang tidak biasa. Seingatnya pagi tadi semuanya baik-baik saja.
“Syila nginep di rumah temennya, tadi dia udah ngabarin mama.” Jelas sang mama lalu menarik Arlan untuk duduk bersama di atas sofa.
Helaan nafas kasar keluar dari bibir laki-laki itu, ia tahu Syila pasti memilih untuk tidak bertemu dengannya. Hanya saja Arlan tidak ingin masalah ini berjalan semakin lama dan panjang, akan lebih baik jika cepat selesai. Arlan merindukan Syila, sangat.
Mama Rita mengarahkan wajah Arlan membuat kontak mata yang serius. “Kamu kenapa? Kenapa tangan kamu luka-luka? Kenapa kamu gelisah banget nyariin Syila? Kalian ada masalah?”
Tanpa tenaga yang tersisa, Arlan menundukkan kepalanya ke bawah dengan mata terpejam erat, menahan semua rasa sakit yang membabi buta di dalam. Penyesalan dan rasa bersalahan ini menyiksanya lebih dari segala luka fisik yang pernah Arlan dapatkan. Melihat wajah penuh kecewa yang terpampang nyata di wajah gadisnya membuat luka sayatan yang begitu lebar di dalam sana.
Setetes air mata jatuh di tangan mama Rita, menghasilkan keterkejutan yang begitu dalam. Matanya kering dan sumber air mata tersebut yang paling mungkin tidak lain adalah anaknya.
“Hiks….”
“Ma… Arlan nyakitin Syila.” Keluh Arlan dengan nada yang begitu lirih. Kepalanya jatuh di pundak sang mama, runtuh sudah kekuatannya tak tersisa lagi. Merebahkan diri pada satu-satunya senderan yang tersisa untuk Arlan dikala dirinya lelah. Ia benci ketika dirinya menjadi lemah seperti ini, seharusnya laki-laki tidak boleh selemah ini bukan.
“Arlan, cerita sama mama, apa maksud kamu nyakitin Syila?” Tanya Mama Rita lembut mengelus rambut Arlan, menenangkan putranya. Tubuh dalam rengkuhannya itu bergetar dengan semakin banyak air mata yang menetes ke bawah.
“Arlan ngeobongkar rahasia yang Syila tutup dalam-dalam ma, A..Arlan ngasi tahu semua orang kalo Syila sama Erga saudara. Dan…dan… sekarang orang-orang mikir Syila anak haram. Itu semua gara-gara Arlan ma, gara-gara Arlan.” Tangan laki-laki itu mencabik kasar kepalanya melampiaskan semua kekesalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Remaja Satu Atap (END)
Teen FictionBagaimana ketika Syila ditemukan takdir bahwa ia harus tinggal satu atap dengan seorang laki-laki yang ternyata juga most wanted di sekolah baru nya nanti. Jika kalian berpikir karena hamil? Tenang, bukan itu alasannya. Alasannya sederhana yang memb...