Part 73 "Terlambat"

32.2K 4.1K 569
                                    

Maaf karena updatenya cukup lama karena di rumah beberapa lagi sakit dan tentunya tugas yang menumpuk.

Jangan lupa vote dan komen ya  ❤
Karena satu berarti sejuta bagi penulis

Selamat membaca 😊😊

BRUK..

Sakit, itu berarti yang kini dihadapinya bukan mimpi, melainkan realita.

Tubuh Syila jatuh seketika merosot ke bawah. Tatapannya mengarah pada aspal hitam yang melambangkan isi pikirannya sekarang, gelap hilang harapan. Ingin tidak percaya, tapi percuma karena semua hal di sekitarnya menunjukkan bahwa itu fakta. Menyusul? Dimana ia akan mendapat uang untuk membeli tiket pesawat. Syila tidak mungkin seegois itu untuk meminta ibunya yang susah payah bekerja keras untuk membiayai. Kini yang tersisa hanya takdir. 

“Bi, Syila masih bisa ketemu Arlan kan?” Tanyanya parau dengan air mata yang perlahan menetes. Semua barang belanjaan di tangan kini dipangku aspal lantaran dua tangan itu tak lagi memiliki kekuatan.

Helaan nafas kasar keluar begitu saja. “Arlan belum maafin Syila bi.”

Bi Indah berjongkok ke bawah mengelus lengan Syila, menyalurkan kekuatan sebisanya. Tubuh gadis itu bergetar hebat penuh hampa. Sayang sekali, Arlan bahkan tak bepamitan padanya. “Shutt, gapapa nak Arlan pasti cepet sembuh. Kalian pasti ketemu lagi.”

Syila menggeleng dan meletakkan kepalan tangannya di dada. Jika kalian bisa merasakan, seolah petir merambat ke dadanya begitu ngilu. Kembali, Syila kembali mengalami kehilangan orang yang dicintainya. Mereka tidak pergi menuju alam yang berbeda, namun mereka pergi meninggalkan pertanyaan tanpa jawaban yang pasti. “Gue kangen lo Lan.”

“Gue kangen….hiks…” Tangis Syila sendu. Namun, kata rindu diucapkan beribu kali tak akan merubah apapun.

Dari jarak dekat, terdengar deruman motor perlahan berhenti di dekat mereka. Bi Indah menolehkan kepalanya ke samping. Dua wajah pria yang familiar itu langsung disambutnya dengan senyuman getir.

Argan dan Rakil melepas helm dari kepala dan berjalan mendekat. Tatapan bingung terlempar ke bawah memperhatikan yang tengah terjadi.

“Bi, Syila kenapa?” Tanya Argan dari samping.

Bi Indah menggelengkan kepalanya.

“Arlan pergi ke Singapura.” Tukas Syila tanpa mengangkat kepalanya ke atas. Nada bicaranya terdengar begitu datar, seolah emosi yang tdai bercampur aduk kini surut menyisakan badan kosong.

Rakil menekuk lutunya berjongkok ke bawah. “Ke Singapura? Ngapain? Liburan?”

“Nak Arlan pergi berobat kesana sama mamanya.” Jawab Bi Indah mendahului. “Kemungkinan berbulan-bulan.” Lanjutnya yang sontak menghadirkan cengangan dari kedua laki-laki remaja tersebut.

Sungguh berita yang mengejutkan, terutama karena Arlan memegang posisi sebagai sahabat dekat mereka. Kini baik Argan atau Rakil sadar kenapa Syila terduduk di bawah dengan isakan tangis yang tertahan. Jika saja menangis tak sebegitu memalukan bagi laki-laki, mungkin air mata ikut jatuh dari kedua kelopak mata mereka. Tamparan kenyataan yang sama sekali tak bisa dihindari. Bahkan tak ada kesempatan untuk mengucapkan sampai jumpa maupun mengantar.

Syila akhirnya mengangkat kepala mendongak ke atas. Terlihat wajah merah dengan aliran air mata yang tercetak jelas di pipi. Tangannya mengambil jemari Rakil. “Bawa gue ke bandara, tolong.” 

Argan menunduk ke bawah dengan sendu. Gadis itu terdengar begitu putus harapan. “Jam berapa Arlan berangkat bi?”

“Sekitar tiga jam yang lalu, mungkin udah lebih.”

Romansa Remaja Satu Atap (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang