Part 67 "Kacau"

42.1K 4.7K 770
                                    

Mana suaranya yang udah nunggu ini up???

Siapin diri ya buat baca di bawah :)

Jangan jadi silent readers, satu vote dan komen berarti sejuta bagi penulis 💗💗

Selamat membaca...

Hari dimulai dengan lancar dan baik-baik saja terkecuali wajah penuh lebam dan luka Arlan yang menjadi sorotan satu sekolah begitu kehadirannya terlihat. Banyak yang bertanya-tanya mengenai alasan di balik wajah tersebut apalagi diperkeruh berita Rakil yang sudah menyebar kemana-mana. Sekalipun Arlan dan teman-temannya yang mengetahui hal tersebut tak memberi penjelasan sedikit pun, tapi banyak warga sekolah yang bisa menebak atau menyimpulkan dengan benar. Instuisi yang perlu diberi acungan jempol.

Bagaimana dengan ulangan biologi di kelas XII IPA 3, jawabannya sungguh instens. Pak Mamat dengan penggaris besi yang selalu berada dalam genggaman mengelilingi setiap bangku dari awal ulangan hingga akhir. Entah bagaimana otot kakinya tak merasa pegal sama sekali. Tidak, yang perlu diakui adalah otot matanya, setiap pergerakan kecil pasti berhasil Pak Mamat tangkap. Jangan pernah mencontek di kelasnya, kecuali kemampuan curangmu sangat-sangat pro, ingat perlu kata sangat.

Saat ini Syila beserta Rara, Ilma, dan Seva menduduki bangku di kantin yang sama dengan Arlan dan Argan. Nampaknya dua laki-laki itu tengah kesepian tanpa kehadiran buaya comelnya, siapa lagi jika bukan Rakil. Lebih parahnya lagi, paling tidak ada belasan perempuan yang bela-bela menghampiri Arlan dan Argan hanya untuk bertanya keadaan laki-laki itu. Jika kondisi Arlan cukup dipertanyakan dalam hati oleh para kaum hawa, mengingat yang satu ini sudah memiliki pawang. Sungguh cara Arlan menembak Syila sesudah kemenangan sekolah mereka menjadi sangat fenomenal, bahkan di kalangan sekolah lain.

"Halo kak..." Sapa seorang adik kelas perempuan dengan aksesoris serba pink. Ia mendekat ke meja mereka dengan senyum yang lebar.

Argan meletakkan sendok dan garpunya ke piring seraya memalingkan wajah. Kedua bola matanya memutar malas.

Rara menutup mulutnya menahan tawa melihat reaski Argan. "Pftt..." Laki-laki itu terlihat begitu muak. Sedangkan adik kelas itu dengan setia melambaikan tangannya kecil.

Arlan menggaruk rambutnya yang tak gatal. "Mau nanyain Rakil ya?" Tanyanya penuh sabar.

Adik kelas itu mengangguk dengan cepat. Pandangan matanya melengkung bak tengah dilanda kesedihan yang begitu dalam. Tidak tahu saja mereka Rakil di rumah tengah bermain ps dan bermalas-malasan. "Kak Rakil nggak papa kan kak? Saya denger dia luka-luka dipukulin gitu, kasian banget. Masih hidup kan?"

"Dia nggak papa kok, masih nafas, santai ae ya." Ujar Arlan memberi tahu.

Argan mendelik sinis. "Dimodusin apa lo sama tu bocah?"

"Yaampun enggak modus, Kak Rakil itu baik tulus banget, dia nanyain kabar saya pokoknya banyak cuman semenjak tiga hari ini dia nggak ada ngabarin apa-apa lagi. Saya jadi khawatir."

Syila membuat kontak mata prihatin dengan Seva. Bibirnya membisikkan sesuatu ke telingan Seva. "Korban ghosting."

Seva ikut mengangguk tidak tega. "Heem."

"Siapin diri sama hati deh, kasian gue sama lo." Ucap Argan mengandung peringatan. Pernah satu kali ia membuka whatsapp Rakil, ada satu kejadian yang paling tidak terlupakan. Seorang perempuan mencaci maki Rakil lantaran laki-laki itu mengghostingnya. Sungguh voice note itu mengundang gelak tawa hingga Arlan yang ikut mendengarnya tertawa terpingkal-pingkal. Perempuan itu bahkan menyumpahi Rakil aneh-aneh hingga nyali laki-laki itu menciut.

Adik kelas itu lantas pergi dengan kebingungan yang hinggap di benaknya.

"Tempel pengumuman di mading yuk, capek gue ngurusin stok betina-betinanya." Usul Arlan setelah menyeruput es lemon teanya.

Romansa Remaja Satu Atap (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang