Part 25 "Another Roti Sobek"

78.2K 7.1K 57
                                    

Yuk jangan jadi silent readers ;)
1 vote kamu berarti sejuta bagi penulis❤

Arlan membuka perlahan kedua kelopak matanya. Jari-jari tangan Syila yang bertautan dengan jarinya menjadi hal pertama yang ia lihat. Pandangannya turun dan terlihat wajah Syila yang tertidur lelap. Posisi tidur Syila benar-benar mengkhawatirkan, jika dibiarkan berlanjut pasti beberapa bagian tubuhnya terasa sakit dan pegal.

Arlan bangkit dari sofa pelan-pelan setelah melepas tautan tangan mereka. Ia perlahan meletakkan satu tangannya di belakang leher dan di bawah lutut Syila. Ia merebahkan badan Syila di atas kasur. Setelahnya ia kembali mendaratkan bokongnya di sofa.

Pikirannya terbawa kepada peristiwa kemarin malam. Ia awalnya mengendarai motor seperti biasa dengan rumah Rakil sebagai tempat tujuannya. Entah bagaimana hujan tiba-tiba mengguyur. Perasaan Arlan seketika menjadi buruk ditambah dengan suara gemuruh petir yang saling bersahutan. Pikirannya mulai kacau bersaman dengan kejadian bertahun-tahun lalu yang mulai memenuhi pikirannya.

Arlan menambah kecepatan motornya bersamaan dengan ia yang mengganti arah jalan. Rumah, satu tempat yang ia butuhkan untuk berlindung.

Begitu sampai di rumah, Arlan asal menjatuhkan motornya di garasi. Ia berjalan dengan tertatih-tatih menuju teras dan badannya ambruk ke bawah seketika. Di saat itulah ia mendengar pintu dibuka dan pandangannya yang kabur melihat sosok perempuan itu. Perempuan yang ia tinggalkan sejak siang tadi menjadi penolongnya sekaligus melihat sisi lain dari dirinya.

Tiba-tiba berdering sebuah ponsel yang menyadarkakan Arlan dari lamunannya.

"Huammm." Terdengar suara Syila bergumam dari arah kasur.

Arlan mengambil handphone yang berada di atas meja tersebut, sepertinya milik Syila. Ternyata sudah cukup pagi, layar handphone menampakkan angka 5.00 pagi.

Syila bangkit dari posisi tidurnya dan ia langsung terduduk tegap begitu melihat Arlan.

"Lo udah enakkan?" Tanya Syila dengan suara yang kecil.

Arlan mengangguk kecil. "Hmm, makasi."

"Sama-sama, btw maaf gue jadi tahu soal trauma lo."

Arlan menatap lurus ke arah Syila. "Nggak masalah, semua orang punya sisi kelam masing-masing."

Syila menggigit ujung bibirnya. "Kalo lo butuh temen cerita, lo bisa cari gue. Semakin banyak lo cerita, lo bakalan semakin lega dan lebih ikhlas, gue yakin itu bisa ngebantu trauma yang lo punya."

"Gue juga minta maaf soal ayah lo." Tambah Syila dengan volume suara yang diturunkan.

Arlan hanya tersenyum kecil. "Oke."

Syila menundukkan kepalanya. "Oh ya soal kemarin, gue harusnya nggak usah bohong soal ketemuan bareng Erga sama lo."

Arlan menyenderkan punggungnya ke dinding. "Lo nggak salah, gue aja yang bereaksi berlebihan."

"Lain kali nggak bakal gue tutup-tutupin." Ucap Syila.

Arlan berjalan menuju lemari. "Itu keputusan lo."

"Siap-siap sekolah sana." Titah Arlan.

Sedetik kemudian, tangan Arlan menarik kerah baju belakangnya dan melepaskan baju tersebut dari badannya. Syila langsung menutup matanya, hampir saja ia berteriak kencang.

"Arlan lo ngapain buka baju di sini?" Tanya Syila dari balik telapak tangannya.

Arlan melempar bajunya ke keranjang. "Ini kamar gue."

Syila langsung membuka telapak tangannya dan melihat ke sekeliling. "Aishhh."

Tanpa sengaja matanya menangkap pemandangan perut berotot Arlan. Seketika ia menjadi gugup.

Romansa Remaja Satu Atap (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang