Yuk jangan jadi silent readers ;)
1 vote kamu berarti sejuta bagi penulis❤"Erga?"
Arlan mencengkram kuat handphone di sisi telinganya. "Syila dimana?"
"Di rumah gue." Jawab Erga di seberang sana.
Arlan mengetatkan rahangnya. Mendengar Syila yang saat ini berada di rumah Erga membuatnya kesal, tidak ia bahkan benar-benar kesal.
"Ngapain dia di rumah lo?" Tanya Arlan tak sabaran.
Erga tak langsung menjawab, ia terdiam sesaat. "Kecilin suara lo, Syila lagi tidur. Tenang aja, gue tipe orang yang bakal pastiin dia aman." Ucap Erga yang entah kenapa terdengar seperti sindiran.
Tidur? Otak Arlan seketika memikirkan beragam spekulasi. Belum sempat ia menjawab, Erga terlebih dahulu memutuskan sambungan telepon. Detik selanjutnya, Arlan membanting hnadphonenya ke atas sofa.
"Anj*ng."
Arlan buru-buru mengambil sebuah jaket di lemari. Ia dengan tergesa-gesa berjalan keluar kamar menuju pintu rumah.
Baru saja Arlan melangkah keluar, ia langsung disambut oleh rintikan air hujan. Langkah Arlan berubah gontai, kakinya bahkan mundur selangkah. Arlan mengepalkan tangannya, dengan cepat ia kembali masuk ke dalam rumah dan menutup pintu.
"Sial." Arlan meninju pintu rumahnya kasar.
Nafasnya memburu dengan tangan yang perlahan membiru. Ia kembali masuk ke dalam kamar. Tubuhnya ia baringkan pasrah di atas kasur dengan satu tangan sebagai bantalan dan satunya lagi untuk menutupi kedua kelopak mata.
...
Syila perlahan membuka kedua kelopak matanya dan semua yang ia lihat terasa begitu asing. Dimana? Kenapa? Mengapa? Kira-kira seperti itulah pertanyaan-pertanyaan yang berputar di otaknya.
Ia bangun dan semakin terkejut melihat pakaiannya terganti dengan pakaian yang tak ia kenali. Kaki Syila melangkah menuju pintu. Tangannya baru saja akan memutar handel pintu sebelum seseorang dari luar terlebih dahulu membuka.
"Udah bangun?" Seorang Erga tersenyum manis di depan Syila dan menanyakan keadaannya.
"Ini rumah lo?" Tanya Syila.
Erga mengangguk dan menarik tangan Syila, mengajaknya duduk di sofa.
"Tadi lo kehujanan dan selama perjalanan lo ketiduran, jadi gue bawa aja kesini." Jelas Erga.
Syila mengangguk, namun mimik wajahnya berubah serius sembari menatap ke bawah.
Erga tertawa kecil mengerti jalan pikiran Syila. "Tenang, yang gantiin baju lo bibi di rumah gue."
Syila langsung bernafas lega. Ia bangkit dari duduknya. "Yaudah kalo gitu gue pulang dulu."
Meski belum melihat jam, Syila yakin hari pasti sudah sore menjelang petang. Tentu saja ia harus pulang ke rumah, jika tidak Arlan mungkin mengkhawatirkannya. Tunggu, apa ia baru saja kepikiran tentang Arlan, betapa bodohnya ia bisa seyakin itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Remaja Satu Atap (END)
Teen FictionBagaimana ketika Syila ditemukan takdir bahwa ia harus tinggal satu atap dengan seorang laki-laki yang ternyata juga most wanted di sekolah baru nya nanti. Jika kalian berpikir karena hamil? Tenang, bukan itu alasannya. Alasannya sederhana yang memb...