Part 63 "Mine"

57.5K 5.8K 489
                                    

Yuk jangan jadi silent readers ;)
1 vote kamu berarti sejuta bagi penulis❤

Kayaknya tumben deh update dalam beruntun gini, but anyway semoga kalian suka ❤❤

Happy reading to all my beloved readers....

Syila dan anggota-anggota club lainnya tengah sibuk merapikan lukisan-lukisan yang tadinya terpajang cantik. Langit yang awalnya biru cerah mengimbangi lukisan berubah menggelap diselimuti awan. Cukup banyak seniman-seniman ternama memuji lukisan dan barang seni dari SMA Cendrawasih. Terutama Syila yang cukup disorot karena berhasil menciptakan sebuah lukisan gabungan dengan Erlangga Dinara Pratama.

"Ekhm.. permisi." Sapa seorang laki-laki yang tahunya sudah berdiri di samping Syila. Laki-laki tak dikenal itu tersenyum manis menampilkan deretan gigi-giginya.

Syila mengangkat kedua alisnya. "Iya?" Tanyanya ke samping, mungkin laki-laki ini butuh bantuan. Meski Syila tidak yakin bantuan apa yang bisa ia berikan.

"Boleh kenalan?"

Ternyata dugaannya salah, untuk sesaat Syila sedikit tercengang dalam diam, jujur saja ia tidak biasa dengan orang asing yang tiba-tiba mengajaknya berkenalan, terumata lawan jenis. Tapi tunggu, mungkin kenalan baik ini berniatan baik. Tidak boleh terlalu berburuk sangka di awal. "Ehmm, boleh."

"Bagas."

"Syila."

Tangannya segera Syila tarik setelah berjabat tangan sesaat.

"Gue suka lukisan lo sama Pak Erlangga tadi, bakat lo patut diacungin jempol." Pujinya meyakini.

Syila mengangguk-nganggukkan kepalanya. Ternyata cukup banyak juga yang perhatiannya berhasil Syila tarik karena kesempatan tadi. "Makasi."

"Lo anak sekolah mana?"

"SMA Cendrawasih, lo?"

"SMA Bina Raharja."

"Ohhh.." Ucap Syila singkat dengan sedikit keterkejutan. Ia ingat jelas SMA itu adalah lawan final SMAnya. Sungguh selain karena kejuaraan yang berhasil membawa nama sekolah, hari itu menjadi salah satu hari yang tak terlupakan. Bahkan otaknya masih mengingat setiap detail yang terjadi.

Laki-laki itu mangangukkan kepala mengerti. "Boleh minta nomor telpon nggak?" Tanyanya seraya menjulurkan handphone dengan tangan kanan.

Syila mamainkan jarinya yang sedikit tegang di kedua sisi tubuh. "Buat apa?" Tanyanya sedikit risih.

"Gue juga sama suka seni dan ngelukis, kali aja ada event gue bisa share ke lo." Jelas Bagas seraya tetap menjulurkan handphonenya. Ia sedikit menundukkan kepala, menunggu jawaban yang akan keluar dari gadis di depannya. Bicara jujur, membagikan event seni adalah hal lain, karena tujuan utamanya adalah untuk mendekaktkan diri.

Syila mendorong handphone tersebut menjauh. Ia juga sedikit tidak nyaman dengan tatapan yang Bagas lempar ke arahnya. "Nggak usah, gue selalu update kok kalo ada event-event seni gitu. Lagipula nggak nyaman ngasi nomor telepon soalnya gue udah punya.."

"PACAR."

Dalam sedetik kalimatnya terpotong oleh suara lain berbarengan dengan sebuah lengan melingkari pundak Syila.

"Gue PACARnya." Tegas Arlan dengan tatapan dingin seraya mendekatkan badan Syila ke tubuhnya.

Syila berdehem singkat lantaran atmosphere yang berubah begitu tegang, Bagas sendiri terlihat tidak nyaman, namun memang benar itu faktanya. "Iya, dia pacar gue."

"Pergi gih, jangan minta nomor pacar gue." Ucap Arlan dengan dagu menunjuk keramaian di seberang arah. Ingin rasanya Arlan memberi sedikit pelajaran dengan laki-laki tidak dikenal ini. Untungnya ia datang tepat waktu, bahkan mata laki-laki itu dengan berani tadi menatap tubuh bagian bawah gadisnya.

Romansa Remaja Satu Atap (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang