Part 5 "Ditemani Arlan"

125K 12K 210
                                    

"Ehh eh kalian bertiga jangan kabur."

"Anj*ng." Rutuk Arlan kecil.

Pak Barut berjalan mendekat dengan berkacak pinggang. "Mau kemana kalian bertiga hah? Hobinya telat kalo ketahuan langsung kabur. Untung bapak dah hapal jadi udah stand by disini daritadi, perhatian kan bapak?" Pede amat dah si bapak, mana ada murid yang suka di stand by in guru.

Rakil memanyunkan bibirnya. "Pak Barut Pak Barut.."

Merasa terpanggil namanya, Pak Barut sontak mendelikkan matanya ke arah Rakil.

"Ganteng banget pak hari ini." Rakil mengacungkan kedua jempolnya. "Jangan salah sangka gitu dong pak, kan nggak lucu kalo pagi-pagi ada berita judulnya seorang guru matanya copot keluar." Tanpa takut Rakil mengeluarkan gurauannya, membuat guru itu semakin mendelik tajam.

"Kamu udah berani bercandain saya kaya gitu artinya udah siap ya ngejalanin hukuman."

Argan membuka suara. "Dijemur di lapangan pak?"

Pak Barut mengacungkan jempolnya. "Nah itu pinter dah tahu sendiri, yaudah cepet jalanin."

"Kuno." Celetuk Arlan.

"Eh apa kamu bilang?"

Arlan memperjelas celetukannya. "Hukuman bapak kuno."

Bagaimana tidak setiap mereka telat hukumannya selalu seperti ini. Kayaknya matahari saja sudah bosen menerangi mereka bertiga.

Pak Barut memainkan kumis melengkung bak bulan sabitnya dengan kesal. "Eh kalian mau bapak suruh joget tiktok yang malu-maluin di tengah lapangan biar ciwi-ciwi yang suka sama kalian jadi ilfeel?" Ancamnya depan ekpresi yang sengaja dijijik-jijikkan.

"Aduh jangan dong pak." Tolak Rakil, bisa hilang martabatnya sebagai cowok cool nan ganteng.

"Makanya jalan cepet, bapak suruh joget tarik sis semongko kalian ya kalo lama."

Rakil yang masih ingin menjaga imagenya mengguncang bahu Arlan.

"Buru dah lan."

Arlan berjalan dengan malas. "Awas aja lo Syila."

...

Arlan melepas helm dari kepalanya lalu dengan tangan ia menyisir rambutnya yang berantakan ke belakang. Dengan pakaian yang terlihat tak sebaik tadi pagi, Arlan berjalan memasuki rumahnya. Kira-kira waktu saat ini menunjukkan pukul lima sore.

Tante Rita yang sebelumnya tengah duduk santai dengan Syila di ruang tamu langsung berjalan mendekat begitu melihat pintu rumah dibuka oleh Arlan.

"Arlannn, mama mau ngomong sesuatu." Ucap Tante Rita begitu berdiri tepat di hadapan anaknya.

"Apa ma?" Kata Arlan berusaha sesabar mungkin, meski sebenarnya saat ini ia benar-benar lelah dan hanya kasur yang dibutuhkan.

"Gini lo, Syila kan baru banget disini terus belum kenal apa-apa. Nah mama mau nanti malam kamu temenin Syila jalan-jalan keliling ya biar dia lebih akrab sama kota Jakarta. Anak mama nggak akan nolak kan?" Tante Rita mengerjap-ngerjapkan matanya.

Ekspresi Arlan langsung datar begitu mendengar nama gadis tersebut dan semakin datar lagi setelah mendengar permintaan mamanya.

"Kenapa nggak mama aja?" Tanyanya berusaha menolak.

Tante Rita berbisik. "Kamu ini gimana sih kok nyuruh mama balik, kamu tu perlu akrab juga sama Syila. Udah pokoknya mama nggak terima penolakan. Nanti jam 7 ya sayang, dandan yang cakep."

Arlan jengah mendengar bisikan mamanya yang terdengar aneh di kupingnya. Matanya berganti menatap satu mahluk lainnya yang sedari tadi menguping di sofa.

Romansa Remaja Satu Atap (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang