Part 58 "3 Orang"

50.1K 5.5K 223
                                    

Yuk jangan jadi silent readers ;)
1 vote kamu berarti sejuta bagi penulis❤

Dengan rambut dikuncir setengah dan sweater putih, Syila masuk ke dalam kelasnya. Setengah dari keseluruhan murid sudah datang dan menduduki bangku masing-masing. Tapi anehnya semua dari mereka merunduk ke bawah membaca lembar demi lembar buku begitu serius, bahkan termasuk ketiga sahabatnya.

Syila datang menduduki bangkunya. Ia menyenggol lengan Seva di samping. "Anak kelas pada belajar apa sih? Kok serius banget?"

Seva menutup bukunya kasar. "Hari ini kita ada tes fisika dadakan, gila nggak lo kepala gue mau pecah rasanya." Keluh Seva menghamtam-hamtamkan buku ke kepalanya.

"Lo tau darimana?" Tanya Syila mengernyitkan alis.

"Anak IPA lain semua bilang habis tugas praktikum waktu itu, pertemuan selanjutnya pasti dikasi tes dadakan." Jelas Seva menghadap ke samping. Ia berharap ini hanya penggalan bunga tidur.

Syila mengambil tangan teman sebangkunya dan menepuknya pelan. "Kayaknya lo rugi deh." Katanya dengan rasa bersalah.

"Maksudnya?"

"Tadi gue dikasi tahu sama wali kalo Bu Ratih alias guru fisika kita hari ini izin, jadi disuruh baca materi aja." Jelas Syila menahan tawanya sebisa mungkin. Ia jadi tidak enak karena teman sekelasnya belajar susah-susah tanpa tahu fakta terbaru.

Seva mengacak rambutnya frustasi. "Anj*r, terus buat apa gue daritadi belajar susah-susah."

Tawa Syila tak bisa ia tahan lagi. "Kasi tahu gih depan kelas, hahaha..."

Akhirnya Seva beranjak ke muk kelas dan mengumumkan ketidakhadiran Bu Ratih. Semua murid sontak menutup buku mereka rapat-rapat. Sayangnya ada yang sudah menulis contekan panjang-panjang berakhir menelan kekesalan.

"IBASSSS!!" Teriak Rara di bangkunya dengan keras. Telinga Syila sampai berdengung dibuatnya.

Gadis itu membara dan berjalan ke pojok kelas. Ia mengejar murid laki-laki tersebut dengan tangan yang siap memukul. "Lo tuh makanya jangan asal ngasih info, cek dulu. Gara-gara lo gue jadi keringat dingin, sakit perut, pusing, apalagi ya... banyaklah pokoknya." Protesnya kesal.

Ibas sendiri berdiri di atas meja menghindari pukulan Rara sebisa mungkin. "Ya mana gue tahu gurunya nggak ada, maap ye semua." Ucapnya seraya menyatukan kedua telapak tangan di depan dada. Memang ia lah yang memulai informasi tersebut dan benar adanya. Hanya saja mereka lupa guru juga manusia yang bisa tidak menghadiri sekolah.

Seisi kelas bernafas kasar, namun lega disaat bersamaan. Jika saja Syila datang lebih lambat dipastikan mereka bisa saja selesai membaca singkat keseluruhan materi. Meski mereka memilih jurusan IPA, tapi rasa suka pada pelajaran fisika sangat kecil. Yang diajarin apa yang keluar apa, tahu rumus nggak selalu jamin kita bisa menjawab.

Syila menggerakkan tangannya memberi isyarat Rara agar kembali duduk di tempatnya. Temannya terlihat begitu meresahkan.

Ilma menepuk punggung Rara, menyabarkannya. "Udah Ra, yang penting kan rambut lo masih di tempatnya belum hangus kebakar karena stress." Ucap Ilma konyol. Rara bahkan sudah mencoret seisi telapak tangannya dengan berbagai rumus.

"Ilmaa, tau ah."

Syila menyodorkan dua lembar tissue basah kepada Rara. Gadis itu terlihat mencebikkan bibirnya membuat Syila kasihan. "Nih pake."

"Thank you Syila."

Tissue itu mulai Rara usap membersihkan seluruh telapak tangannya. "Eh btw lo nonton kan pertandingan basket dua hari lagi?" Tanyanya menghadap ke depan.

Romansa Remaja Satu Atap (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang