Yuk jangan jadi silent readers ;)
1 vote kamu berarti sejuta bagi penulis❤Tangan Syila membuka pintu rumah dengan Arlan yang berdiri di belakangnya. Begitu masuk, di depannya terlihat Tante Rita tengah menyeret sebuah koper.
"Tante mau kemana?"
Tante Rita mendekati Syila dan Arlan. "Tante ada urusan kerja di Bali satu minggu." Tante Rita berganti menatap Arlan. "Kamu inget jagain rumah sama Syila."
"Iya ma."
Syila mengambil tangan tante Rita. "Hati-hati tante."
Tangan tante Rita berpindah melingkari pundak Syila. Tanpa menolak, Syila masuk ke dalam dekapan hangat tante Rita.
Arlan yang melihat kedekatan mamanya dan Syila hanya tersenyum tipis.
"Sini." Tante Rita meminta Arlan mendekat dengan menggunakan tangannya sebagai isyarat.
Arlan awalnya ragu, namun kemudian tangannya medekap kedua perempuan tersebut. Syila gugup merasakan tangan Arlan di permukaan tubuhnya.
"Selama mama nggak di rumah, kalian berdua inget nggak boleh keluar malam-malam." Ingat Tante Rita sebelum melepas pelukan mereka.
Tangan tante Rita mengambil kopernya lalu berjalan keluar rumah. Sebelum benar-benar menghilang dari balik pintu, tante Rita menyempatkan diri untuk melambaikan tangannya.
Setelah Syila dan Arlan melihat tante Rita masuk ke dalam mobil, mereka melangkah menuju kamar masing-masing.
...
Jam menunjukkan pukul tujuh malam. Syila baru saja selesai mandi. Ia tengah menggunakan body lotion ketika handphonenya terdengar memberikan notifikasi pesan.
"Rara?" Tukas Syila setelah menatap nama si pengirim pesan.
Begitu membaca isi pesannya, tangan Syila otomatis menepuk dahinya. Ia benar-benar lupa perkara Rara yang meminta penjelasan tentang hubungannya dengan Arlan.
Rara
Syila, inget utang lo!!!Lagi 5 menit kita telponan di grup ya.
Nggak boleh kabur ;)
Syila menggigit jari tangannya, menunjukkan otaknya saat ini tengah berfikir. Di tengah perdebatannya dengan diri sendiri, telpon genggam Syila kembali berdering, namun bukan notifikasi chat melainkan telepon.
Syila menarik satu nafas dalam kemudian menjawab telepon tersebut.
Begitu menempelkan teleponnya ke telinga, sedetik kemudian ia kembali menjauhkannya. Ilma dan Seva pasti melakukan hal yang sama saat ini. Bagimana tidak Rara meneriakkan namanya dengan sangat kencang, apa ia tidak menyayangi tenggorokannya.
"Ra nggak usah teriak-terika ntar suara lo abis lagi." Ucap Syila memperingati.
Terdengar Rara mendengus di seberang sana. "Oke-oke gue nggak teriak lagi, jadi Syila buruan. Gue udah nggak sabar." Rara terdiam sesaat. "Eh bentar, Seva Ilma kalian ada di tempat kan?"
"Ada." Jawab mereka berdua bersamaan.
Syila memencet tombol speaker lalu duduk tegap di atas kasur.
"Jadi sebenarnya gue sama Arlan udah kenal sebelum di sekolah, ibu gue sama mamanya sahabat."
'Terus pacarannya?" Tanya Seva dari seberang sana.
"Itu cuman Arlan ngada-ngada, serius gue bukan pacarnya." Syila bahkan mengangkat jarinya membentuk tanda peace.
"Tapi lo ada rasa nggak sama dia?" Rara bertanya lebih jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Remaja Satu Atap (END)
Teen FictionBagaimana ketika Syila ditemukan takdir bahwa ia harus tinggal satu atap dengan seorang laki-laki yang ternyata juga most wanted di sekolah baru nya nanti. Jika kalian berpikir karena hamil? Tenang, bukan itu alasannya. Alasannya sederhana yang memb...