Part 22 "Malam yang Berbeda"

81.7K 7.7K 44
                                    

Yuk jangan jadi silent readers ;)
1 vote kamu berarti sejuta bagi penulis❤

"Syila, buka pintu lo."

Kepala Syila sontak terangkat mendengar suara Arlan. Tanpa berfikir, ia berjalan cepat menuju pintu. Begitu pintu terbuka dan menampilkan sosok Arlan, entah keberanian darimana Syila langsung memeluk Arlan erat.

Arlan terkejut dengan tindakan Syila yang tiba-tiba, namun tak lama ia kembali rileks.

"Lo mau manggil kunti nangis malem-malem?" Tanya Arlan.

Syila mencubit perut Arlan di tengah tangisannya. "Nggak lucu." Ia melepaskan kedua tangannya yang sebelumnya ia lingkarkan di badan Arlan.

Namun sedetik kemudian, Arlanlah yang kembali menariknya masuk ke dalam dekapannya.

"Selesaiin sekarang, gue nggak mau denger lo nangis lagi nanti." Tangan Arlan mengusap pundak Syila pelan.

"Maaf gue ganggu tidur lo." Ucap Syila tidak enak. Hanya saja ia benar-benar tidak bisa menahannya.

Arlan menggeleng kecil. "Nggak papa."

Arlan menegakkan tubuh Syila setelah beberapa saat, wajahnya basah dan memerah. Tangan Arlan terangkat mengusap bekas air mata. "Tidur, nggak usah dipikirin lagi." Mata Arlan menatap Syila dengan lembut.

Syila mengangguk dengan kedua sisi wajahnya yang ditahan Arlan.

Kaki Syila melangkah menuju kasur, berlawanan arah dengan Arlan yang berjalan menuju pintu. Syila tiba-tiba kepikiran akan sesuatu.

"Arlan." Panggilnya menghentikan langkah Arlan.

Merasa dipanggil, Arlan menoleh dengan kedua alis yag terangkat.

"Kalo gue nanti nggak bisa tidur, gue boleh nyari lo?" Tanya Syila pelan. Ia tak berani menatap lawan bicaranya. Diamnya Arlan membuat Syila berfikir kemungkinan besar jawabannya adalah penolakan.

"Kalo lo ngga.."

"Boleh." Ucap Arlan memotong perkataan Syila.

Di tempatnya, Syila langsung tersenyum singkat.

Begitu Arlan menutup pintunya, Syila menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Tiga puluh menit berlalu mata Syila tetap terjaga. Semakin ia memaksa menutup mata, semakin gelisah ia rasakan di dalam sana.

Syila mendudukkan dirinya, ia mengacak rambutnya frustasi. Ia tidak tau apa lagi yang harus dilakukan agar bisa tertidur. Syila menggigit bibirnya, bagimana jika ia mencari Arlan, tapi ia takut Arlan terganggu.

Semenit kemudian, ia sudah berdiri depan kamar Arlan. Toh juga tadi Arlan yang membolehkannya.

Tangan Syila mengetuk pintu kamar Arlan dua kali. Tak lama, pintu mulai terbuka dan terlihat Arlan berdiri dengan kondisi yang masih sama seperti tadi. Tidak ada rambut yang acak-acakan seperti orang bangun tidur, apa jangan-jangan ia juga terjaga.

"Nggak bisa tidur?" Tanya Arlan sembari menyenderkan tubuhnya di pintu.

Syila mengangguk kecil bak anak-anak.

"Terus lo mau ngapain?"

Syila menggigit bibir bawahnya. "Nonton film?"

Arlan menutup pintu kamarnya, ia melangkah mendahului Syila.

"Buruan."

Syila langsung berjalan menyamai langkah Arlan. "Iya."

Mereka berdua mendudukkan bokong masing-masing di sofa ruang keluarga. Arlan dan Syila memberi jarak di antara posisi mereka.

Romansa Remaja Satu Atap (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang