Part 42 "Sedarah"

60.4K 6.7K 310
                                    

Yuk jangan jadi silent readers ;)
1 vote kamu berarti sejuta bagi penulis❤

"Sorry Erga gue nggak bisa jadi pacar lo."

Tepat setelah mengucapkan jawabannya, Syila langsung melangkah pergi tanpa menoleh ke belakang. Namun tangan Erga menggapai lengannya membuat Syila terhenti di tempat.

Erga memegang kedua pundak Syila, matanya menatap pupil Syila lekat-lekat. Jawaban yang terlalu mendadak itu tak bisa dicerna oleh otak maupun hatinya. "Jelasin alasan jawaban lo." Pinta Erga.

Syila menghempaskan tangan Erga di bahunya kasar, kepalanya ia gelenggkan. "Akan lebih baik kalo lo nggak tahu."

Erga memegang rambutnya geram. "Jelasin!!" Bentaknya frustasi. Semua yang terjadi saat ini tak ada yang jelas, Syila masih begitu baik padanya beberapa menit yang lalu.

Syila kembali memposisikan diri di hadapan Erga dengan mata merah yang menyalang.

"Karena lo SAUDARA gue." Teriak Syila menggema di segala penjuru.

Sontak Erga mengangkat kepalanya. Tidak mungkin benar yang baru saja keluar dari mulut Syila bukan. Bagaimana mungkin mereka menjadi saudara. Siapa di antara kedua orang tuanya yang memiliki anak lain.

Erga mengambil tangan Syila dan mengajaknya mendekat ke sang papa. Wajah Erga begitu merah saat ini hingga rasanya api siap keluar dari atas kepalanya.

"Pa, bener Syila saudara aku?" Tanya Erga memandang lekat-lekat sang papa.

Papanya diam membisu. Keadaan yang selama ini ia bayangkan takut terjadi akhirnya di depan mata bahkan dalam skenario yang lebih buruk. "Syila benar anak ayah, kalian adalah saudara." Ucapnya tak berani memandangi satupun anaknya.

"Bughh......"

Erga meninju tembok di depannya sekuat tenaga. Fakta bahwa yang saat ini baru saja masuk ke telinganya adalah kenyataan membuat separuh dirinya melemas. Ruas-ruas jarinya perlahan berubah ungu efek dari tinjuan yang kuat itu.

Syila menatap ke bawah, dirinya yang penuh keyakinan tadi benar-benar tak tersisa. Tangannya mengepal kuat menahan amarah dan kekecewaan.

Seseorang menggapai pundak Syila lembut. "Ayah minta maaf Syila.

Syila menggelengkan kepalanya, ia menjauhkan tangan pria itu dari bahunya. "Nggak usah, saya nggak perlu."

Laki-laki tua itu berusaha kembali menggapai jemari anaknya, namun kembali dihempaskan. Ia tahu kesalahannya meninggalkan rasa sakit yang begitu dalam pada putrinya ini. Putri yang sudah lama tak ia jumpai dan begitu dirindukannya. "Biar ayah jelasin dulu, ayah ngaku salah."

Syila menatap ayahnya itu lekat-lekat. "Kalo anda tahu itu salah kenapa anda lakukan? Kenapa harus meninggalkan saya dan ibu? Setiap hari saya berharap anda akan kembali tapi nihil. Saya melukis setiap hari supaya anda bisa melihatnya suatu hari nanti dan sedihnya bahkan sampai saat ini saya masih bermimpi untuk menjadi seniman." Tak terasa air matanya keluar semakin deras. Syila mencurahkan isi hatinya yang ia rasakan bertahun-tahun.

Laki-laki tua itu menunduk ke bawah dengan bahu yang bergetar. Nampaknya rasa bersalahnya berujung pada tangisan. Tangannya mengambali jemari Erga memintanya mendekat. "Ayah bakal jujur sama kalian sekarang. Dulu ayah dan ibu kamu Syila menikah tanpa persetujuan orang tua. Kita saling mencintai dan lahirlah kamu. Semua berjalan lancar ketika tiba-tiba mama kamu Erga, orang yang dijodohkan dengan papa memberi tahu bahwa ia melahirkan anak papa. Dan terbukti kamu memang benar darah daging papa juga. Saat itu papa frustasi bahkan kakek mengancam papa. Semua kacau dan papa nggak sanggup berfikir jernih." Ia berganti menatap Syila lekat-lekat. "Ayah memilih meninggalkan ibu kamu Syila dan putri kesayangan ayah, hingga saat ini itu tetap menjadi kesalahan terbesar ayah." Jelasnya dengan penuh nada penyesalan. Tak ada satupun yang keluar dari bibirnya adalah kebohongan.

Romansa Remaja Satu Atap (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang